expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 28 Januari 2015

Waspada, Takut pisah bisa menjadi Separation Anxiety Disorder (SAD)

SAD: Separation Anxiety Disorder (Takut Pisah)
Kalau bayi sih wajar banget nempel sama mama. Tapi semakin besar seorang anak, mestinya sih lebih berani pisah dari mama. Walaupun begitu, ada juga kok anak-anak yang gak berani berjauhan sama orang tuanya. Yuk kita bahas di takut pisah
Kapan sih takut pisah dianggap normal? Biasa muncul di sekitar usia 6  bulan, normal sampai sekitar usia 5 tahun. Jika diatas usia 5 tahun masih terus takut pisah, bahkan menolak melakukan berbagai hal, tak mau sekolah karena tak mau pisah dari orang tua, maka itu mungkin jenis takut pisah yang berlebihan, dan bahkan meungkin mengalami  “separation anxiety disorder”. Belum tentu sih, tapi coba cek. Pada beberapa bagian tulisan ini, sesekali “separation anxiety disorder” disingkat dengan SAD.
Biasanya anak takut pisah dengan orangtuanya, secara khusus mamanya. Ada juga anak yang takut pisah dengan pengasuh, nenek, dll. Orang yang menjadi obyek takut pisah anak sering kita sebut sebagai “major attachment figure” atau mudahnya kita sebut dengan figur terdekat.
Tidak semua takut pisah adalah “separation anxiety disorder”. Apa beda takut pisah  normal dengan SAD?
Pertama, bedanya pasti di usia. Anak balita sih masih wajar takut pisah dengan orangtua. Tapi anak yang udah SD/SMP? Mungkin itu SAD. takut pisah mungkin alami SAD jika:
1)      Cemas berlebihan bahwa akaan terjadi sesuatu yang buruk pada figur terdekatnya.
2)      Cemas berlebihan jika suatu kejadian membuat terpisah permanen, dan gara-gara terlalu cemas jadi maunya nempel terus ke figur terdekat.
3)      Sering mimpi buruk, dengan tema-tema perpisahan. Contoh mimpi anak burung terpisah dari mama burung.
4)      Menolak pergi ke sekolah dengan banyak alasan, melakukan apapun supaya bisa tetap di rumah, atau supaya dekat dengan figur terdekatnya.
5)      Kadang anak alami sulit tidur, saking takut pisahnya dengan figur terdekat, takut sendirian, dan takut dengan mimpi buruknya. Jika figur terdekat sedang pergi, anak mungkin menolak tidur, bela-belain nungguin walaupun ngentuk berat. Menolak tidur juga ketika jauh dari rumah. Jika sampai tertidur, mungkin mengalami ngompol.
6)      Ada keluhan fisik seperti pusing, sakit perut, sakit di dada, gemetar, mual, dll. Keluhan terjadi sebelum & setelah berpisah.
7)      Anak berusaha terus bersama figur terdekat, menolak sendirian, menolak sekolah/ikut macam-macam kegiatan, takut situasi baru.
Semua kecemasan berlebihan di atas tak hanya membuat anak takut pisah, tapi juga berusaha jadi pelindung buat figur terdekat. Anak mungkin menghalangi figur terdekat melakukan beberapa kegiatan atau bertemu beberapa orang karena terlalu takut ada kejadian buruk menimpa. Akibatnya figur terdekat jadi sulit beraktivitas karena terus ‘ditempel’ anak takut pisah SAD. Anak sendiri sebetulnya tak suka, tapi tak berdaya. Untuk menghindari pisah, anak takut pisah yang SAD bisa berteriak-teriak, tantrum, menangis, bahkan mengancam bunuh diri jika ditinggal / pisah. Biasanya orangtua anak takut pisah  SAD jadi amat sangat stres, karena terus-terusan diikuti, anak terlihat beda dengan oranglain, juga karena ancaman-ancaman anak. Saya sempat ketemu juga anak-anak yang SAD & sampai alami serangan panik: sesak napas, pusing, mual, terasa panas gara-gara takut pisah berlebihan.
Mengapa anak bisa takut pisah SAD? Kadang karena ada keluarga yang alami gangguan kecemasan, atau pola asuh yang kurang tepat. Kalau sekadar takut pisah biasa, trik-trik berikut bisa membantu:
1)      Usahakan situasi (pengasuh & rumah) tetap, tidak ganti-ganti, supaya anak merasa aman.
2)      Jika harus berpisah, jadwalkan pada saat anak cukup makan dan tidur. Misalnya setelah bangun tidur/ setelah makan. Anak yang lapar dan mengantuk jauh lebih rewel dan takut pisah dibandingkan anak yang sudah cukup makan dan cukup tidur.
3)      Jika berpisah, pastikan anak bersama orang yang dipercaya orangtua. Biarkan anak beradaptasi & merasa nyaman dulu dengan orang tersebut.
4)      Jika berpisah, orangtua pamit, lalu secara terbuka dadah-dadah dan tersenyum dan pergilah. Jangan ngumpet-ngumpet walaupun anak nangis. Kalau orangtua ngumpet demi anak tidak menangis, anak akan tambah takut pisah & maunya nempel karena tak percaya bahwa orangtuanya akan kembali. Semakin sering anak membuktikan  bahwa setelah berpish ia akan baik-baik saja, maka ia tak lagi takut pisah. Maka seringlah berlatih.
5)      Anak menangis keras bahkan memberontak ketika berpisah? Pastikan pengasuh pegang erat-erat, orangtua tetaplah pergi. Jika orangtua menyerah dan akhirnya mengajak anak, anak akan tahu bahwa orangtuanya akan mengajaknya kalau ia memberontak. Ia tambah takut pisah
6)      Bikin roleplay (bermain pura-pura) dengan skenario berpisah. Misalnya, boneka harus dadah-dadah ke mama & mama terlihat oke-oke aja.
7)      Kurangi film serem, kurangi menonton TV apalagi yang mungkin menakutkan bagi anak.
8)      Jangan melabel anak sebagai ‘penakut’ atau ‘maunya nempel mama’. Doa tesebut akan membuat anak semakin takut pisah. Sebaliknya yakinkan anak bahwa ia anak yang berani. Tentunya nggak usah berlebihan ketika menyakinkan anak.
9)      Penuhi janji Anda. Misalnya janji pulang jam 5 sore, usahakan sekuatnya agar pulang selambatnya jam 5.
Trik-trik tadi jika dilakukan konsisten akan membantu anak-anak takut pisah normal. Tapi jika anak alami SAD, mungkin trik tadi belum cukup. Walaupun belum cukup, trik-trik tadi tetap harus dilakukan untuk membanu anak takut pisah bisa berpisah dengan lega hati. Ingat, anak takut pisah yang sampai alami SAD usianya sudah cukup besar. Misalnya kelas 1 SD bahkan lebih tua. Jadi trik –trik berikut banyak gunakan diskusi.
a)      Coba pahami betul-betul bahwa anak memang betul-betul takut & cemas, bukan dibuat-buat. Berempatilah kepadanya.
b)      Ajak anak membicarakan kecemasannya, apa yang ia cemasukan, apa ketakutan terbesarnya jika berpisah dengan orangtua. Kalau anak disuruh ‘jangan pikirkan takutnya’, kadang justru tambah kesulitan dan akhinya malah tambah takut pisah.
c)      Usahakan ada rutinitas yang jelas sehari-hari. Jika ada perubahan, usahakan bicarakan dulu sebelumnya jangan tiba-tiba berubah.
d)     Beri batasan yang jelas. Contoh, ketika mama mandi, anak betul-betul harus di luar kamar mandi, tak boleh ikut masuk.
e)      Berikan pilihan, Misalnya jika pergi sama mama maka tak beli apapun, tapi jika pergi dengan tante bisa jajan makanan favoritnya.
f)       Walaupun orangtua sudah dia akan menjerit-jerit ketika pisah, tetap usahakan tenang & yakin bahwa anak bisa pisah. Jika orangtua justru tak yakin dan ikut cemas, anak akan merasakan kecemasan tersebut & tambah takut pisah SAD.
g)      Jika tanpa sengaja anak berpisah sebentar & oke-oke saja, sampaikan penghargaan dan pujian orangtua.
h)      Carikan kegiatan-kegiatan yang anak sukai, dan dorong anak untuk menikmati kegiatan tersebut. Carikan teman-teman yang cocok dengan anak.
i)        Bolos sekolah? Esoknya segera masuk lagi, walaupun Cuma sebentar. Semakin lama anak bolos, semakin sulit masuk sekolah lagi.
j)        Kerjasama dengan guru, jangan sampai guru yang justru melabel anak sebagai penakut/malas sekolah. Sebaliknya guru bisa membantu anak agar senyaman mungkin berada di sekolah walapun telat/pulang cepat, sehingga berkurang rasa takut pisah.
k)      Bawakan ke sekolah: barang mama (agar anak bisa pegang ketika sedang cemas). Bisa juga tempelkan kertas di belakangnya ‘I Love You’
Jika sudah lakukan semua trik secara konsisten dan anak masih juga takut pisah SAD, ajak anak beberapa kali ke psikolog anak. Ada banyak jenis terapi psikologis untuk anak takut pisah  SAD, perlu dilakukan berulangkali sampai simptom  berkurang dratis.
Nah itu dia sedikit tulisan saya. Semoga membuka mata bahwa anak-anak yang takut pisah berlebihan & butuh penangan lebih intensif.


Sumber: @AnnaSurtiNina


Tidak ada komentar:

Posting Komentar