expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 18 Januari 2015

Laporan Observasi dan Wawancara Penyebab Anak Membolos

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latarbelakang Masalah
Pergi ke sekolah bagi remaja merupakan suatu hak sekaligus kewajiban sebagai sarana mengenyam pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sayang, kenyataannya banyak remaja yang enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Banyak yang akhirnya membolos.
Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara, subyek tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja mulai tingkat pendidikan SMP namun masih ada sebagian di tingkat SMA.
Memang cerita bolos sewaktu pelajaran sudah tidak asing lagi bagi sebagian kalangan murid ataupun masyarakat. Bolos atau meninggalkan jam pelajaran saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di sekolah, itu merupakan hal yang sering dilakukan oleh para pelajar. Namun tetap saja boleh dikatakan wajar sebab sikap dasar manusia yang selalu saja ada secuil rasa bosan yang timbul di benak subyek untuk menghadapi pelajaran. Terlebih bagi mereka yang sudah menjadikan bolos ini sebagai hobi atau agenda wajib saat sekolah, mereka yang malas-malasan dan hanya ingin bersenang-senang saja. Mereka lebih memilih untuk meninggalkan kelas daripada harus mendengarkan penjelasan pembimbing yang tidak mereka mengerti. Mungkin masalah yang seperti ini sering dianggap sepele oleh sebagian kalangan, namun hal ini sangatlah disayangkan terutama bagi pemerintah yang sudah berusaha keras untu memajukan pendidikan di Indonesia.
Dan untuk kepedulian peneliti kepada merosotnya kedisiplinan dalam pendidikan, maka peneliti melakukan penelitian tentang para subyek yang membolos saat jam pelajaran.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi rumusan masalah adalah
1.      Apa yang dimaksud membolos?
2.      Apa yang menyebabkan subyek membolos?
3.      Apa akibat dari membolos?
4.      Apa yang dilakukan untuk menangani membolos?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah
1.      Mengetahui pengertian dari membolos.
2.      Mengetahui penyebab subyek membolos.
3.      Mengetahui akibat dari membolos.
4.      Mengetahui penanganan dari membolos.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Dasar Teori
Yang dimaksud dengan membolos sekolah di sini adalah keadaan dimana subyek tidak datang ke sekolah untuk mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya pada jam yang telah ditetapkan. Suatu perbuatan mangkir, melarikan diri dari aktifitas sekolah. Membolos juga dapat diartikan sebagai perilaku subyek yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidakhadiran dengan alasan yang tepat banyak faktor menyebabkan subyek membolos, antara lain:
1.      Pengertian Faktor Penyebabnya
Yang dimaksud dengan faktor penyebab disini adalah segala yang menjadi alasan yang ada kaitan dengan kegiatan belajar, sehingga subyek tidak hadir di sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
2.      Faktor-faktor Penyebab Subyek Bolos Sekolah
Beberapa faktor penyebab subyek bolos sekolah diantaranya adalah
a.       Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari subyek, berupa
1)      Perilaku dan kebiasaan subyek yang memang tidak suka belajar. Sekolah hanya dijadikan tempat mangkal karena kalau di rumah nanti disuruh kerja dan tidak dapat uang jajan sekolah.
2)      Tidak ada motivasi belajar. Subyek sepertinya tidak ada dorongan untuk maju entah bercita-cita menjadi apa, sehingga ia tidak merasa perlu untuk sekolah secara baik.
b.      Faktor Eksternal, berasal dari luar.
1)      Dipengaruhi oleh teman yang suka bolos, hal ini bisa terjadi. Misalnya karena ia punya teman yang suka bolos dan bermain, seperti ditaman, intenet, dll.
2)      Tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah, artinya subyek tidak mampu menguasai pelajaran tertentu sehingga menyebabkan ia malah belajar/bolos.
3)      Tidak mengerjakan PR, artinya bahwa subyek yang bersangkutan mempunyai tugas dari pembimbing yang belum diselesaikan, sehingga ia takut masuk nanti dimarahi pembimbing.
4)      Peraturan sekolah longgar. Peraturan dan pengawasan sekolah yang longgarkurang begitu memperhatikan anak didiknya dengan alasan tertentu juga bisa menjadi penyebab subyek gapang bolos karena pihak sekolah tidak pernah menindaklanjutinya.
5)      Suasana belajar tidak menarik. Hal ini bisa terjadi kalau pembimbing yang mengajar kurang memperhatikan suasana belajar dikelas bagaimana agar subyek merasa senang setiap mengikuti pelajaran yang disajikan.
6)      Hukuman yang tak setimpal atas kesalahan/pelanggaran yang dilakukan subyek. Kadangkala ada pembimbing yang tidak mampu menahan emosi karena pelanggaran yang berulang-ulang dilakukan oleh subyek sehingga hukuman yang diberikan melebihi apa yang seharusnya.
3.      Akibat yang ditimbulkan subyek sering membolos.
Subyek yang dapat datang ke sekolah tapi sering juga membolos, akan mengalami kegagalan dalam pelajaran. Meskipun dalam teori pembimbing harus bersedia membantu subyek untuk mengejar ketinggalan pelajaran, akan tetapi akan sulit dalam prakteknya karena hal ini sukar dilakukan. Karena pelajaran kelas akan berjalan terus, tidak mungkin kembali lagi  ke awal untuk mengejar ketinggalan. Bahkan kalau subyek tersebut hadir, ia tidak akan mengerti apa yang akan diajarkan oleh pembimbing, karena ia tidak mempelajari pelajaran sebelumnya dari mata pelajaran yang diperlukan untuk dapat mengerti apa yang akan diajarkan oleh pembimbing. Selain mengalami kegagalan dalam pembelajaran, subyek tersebut akan mengalami perasaan yang tersisihkan dari teman-temannya. Hal ini terkadang manakala subyek tersebut  sudah parah sehingga anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika subyek membolos adalah hilangnya rasa disiplin dalam dirinya, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, subyek tidak peduli dengan semua urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah lagi subyek dapat dikeluarkan dari sekolah. Akhirnya ia harus belajar sendiri untuk mengejar semua mata pelajaran yang ketinggalan. Masalah akan muncul manakala ia tidak memahami apa yang dijelaskan oleh pembimbing. Sudah pasti akan berpengaruh pada nilai ulangnya.
4.      Penanganan Subyek Membolos
a.       Kebutuhan, potensi, minat, bakat dan masalah anak underachiever dalam kegiatan pembelajaran.
Anak membolos adalah perilaku untuk mendapatkan perhatian, dihargai pendapat dan perbuatannya, diberikan kasih sayang, memberinya tugas agar dirinya merasa tertantang,dan ditumbuhkannya minat pada diri subyek.
Potensi/minat anak membolos adalah dalam bidang yang merasakan kreativitasnya, menantan dan sportif. Dan biasanya mempunyai kecerdasan dibanding dengan teman yang lain.
Orangtua juga harus ikut berpasrtisipasi dalam pendidikan sang anak, untuk mempermudah dan membantu dalam mengembangkan bakat minat anak, memberikan kepercayaan dan pengawasan kepada anak, memberi motivasi dan pengarahan apabila anak berhasil dalam prestasinya, serta menjalin komunikasi dengan pembimbing, dan anak dengan baik.
Pembimbing atau guru dan sekolah diantaranya memberikan sanksi yang tegas dan konsisten, diberi tugas sekolah yang menarik, menyenangkan dan menantang, mengubah teknik pembelajaran menjadi lebih inovatif, memberi penghargaan/reward ketika subyek mendapatkanprestasi yang memuaskan, melakukan pendakatan individual dan melakukan komunikasi dengan orang tua.
b.      Memberi kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan subyek di lingkungan sekolah
1)      Membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan.
2)      Menanyakan pendapat/pandagan anak terhadap kegiatan belajar di sekolah.
3)      Memberikan tugas yang dapat merangsang kreativitas sang anak.
4)      Memberikan rasa nyaman kepada para subyek.
5)      Mengenalkan minat pada subyek  dan mengembangkannya.
c.       Melakukan bimbingan kelompok, baik di dalam maupun di luar pembelajaran
1)      Membantu kesulitan subyek dalam proses pembelajaran di kelas.
2)      Menanyakan apa ada kesulitan dalam proses pembelajarannya.
3)      Memberikan hal-hal yang baik terhadap subyek.
d.      Melakukan konseling
1)      Menanyakan keinginannya di dalam kelas/ di sekolah.
2)      Mencoba menghargai pendapatnya.
3)      Menanyakan apa masalah subyek yang kini sendang dialami.
B.     Hasil Observasi
Observasi dirumah dilakukan pada hari Selasa,16 Desember 2014. Pada pukul 6.35 si X keluar dari rumah dan menuntun sepeda motornya dengan berpakaian seragam putih abu-abu, dengan baju tidak dimasukkan, celana bentuk bawahan yang sempit, rambut panjang, sepatu bertali warna merah hitam. Sampai di depan rumah, si X mengelap sepeda motornya dan memanasi sepeda motornya. Terlihat tetangga menyapa, “kok rung mangkat le?” (dalam bahasa Indonesia, Kok belum berangkat nak?). Si X, menjawab dengan wajah yang senyum “riyin mbah, manasi motor riyin. Ndak pundi mbah? (Bentar mbah, manasi sepeda motor dulu. Mau kemana mbah?). Si tetangga tadi menjawab dan bertanya lagi, “Ki arep ngilikne banyu nang sawah. Opo ora telat kowe mengko?” (Ini mau mengalirkan airdi sawah. Apa nanti kamu tidak terlambat?). Si X menjawab, “Mboten mbah!” (Tidak mbah). Dan tetangga pergi meninggalkan si X. Pukul 6.45 si X langsung naik ke sepeda motor dan menghidupkan mesinnya, mengendarai sepeda motor meninggalkan rumah dengan motor yang suaranya menganggu telinga. Pukul 08.00 si X kembali ke rumah, dan ada tetangga yang bertanya, “Kok wes mulih le?” (Kok udah pulang nak?). Si X menjawab sambil berjalan memasuki rumah dan menuntun sepeda motor, “Guru ne wonten rapat budhe.” (Guru nya ada rapat Budhe). Pukul 08.30 si X kembali keluar rumah dengan membawa sepeda motor. Dan saya mencoba menyapa dan bertanya, “Arep nangndi dik?”. (Mau kemana dik?) Si X menjawab dengan wajah senyum merekah, dolan lah cah enom kok, hehhehe (Mainlah anak muda kok). Saya menjawab, wwoo dolan terus lho! (Woo main terus lho). Dia menjawab, yow mbok biar tho.. hahhaha.. sik yow mbak. (Ya biarin. Hahha... Duluan ya mbak). Saya menjwab, “Yow ati-ati”. (Ya hati-hati). Si X menjawab dan sambil mengendarai sepeda motor meninggalkan rumah, “Siap grraakk, mbak. Yen ono ling ngolek i omong o ra reti ya mbak...” (Sip grak, Mbak nanti kalau ada yang nyari bilang aja tidak tau ya mbak). Sampai sore si X belum terlihat pulang kembali ke rumah. Sekitar pukul 19:00 terdengar suara sepeda motornya.
Observasi hari kedua, hari Rabu, 17 Desember 2014. Pukul 07.30 si X baru keluar dari rumah dengan seragam putih abu-abu, baju tidak dimasukkan, celana bagian bawah sempit, memakai topi dibalik, mengenakan jaket, sepatu warna merah hitam, menuntun sepeda motor. Lalu, ada tetangga yang mengendarai sepeda ontel, memakai caping dikepala, membawa cangkul, pakaian lengan pendek warna merah, celana pendek menegur , “Lagi arep mangkat le? Opo ora telat.” (Lagi mau berangkat nak? Apa tidak terlambat?) Dan tetangga yang satunya agak muda memakai seragam kerja mengendarai sepeda motor, memakai jaket, helm, sepatu hitam berkata, “Paling bolos pakdhe, koyo ra ngerti bendino ne kan bolos terus”. (Paling bolos Pakdhe, kayak tidak tauaja setiap hari kan bolos) Si X menjawab dengan suara pelan dan tatapan mata yang agak melotot, “Asseemm i, jancuk, cerewet wae”. Lalu sekitar pukul 07.40, si X menghidupkan sepeda motor lalu mengendarai sepeda motor dan meninggalkan rumah. Pukul 11.00 si X kembali ke rumah. Dan saya mencoba menyapa, “Kok wes muleh dik? Sekolah po ra e mau ki?” (Kok sudah pulang dik? Sekolah apa tidak tadi?). Si X menjawab, “Sakjane ora mbak, hehhehe” (Sebenarnya tidak mbak, hehhehe). Saya menjawab lagi, “Bolos ki critane? Lha ngopo kox bolos ki?” (Bolos nich ceritanya? Lha kenapa kok bolos?). Dia menjawab, “Pisan ne mbak. Males oog mbak sekolah, ra seneng aku sekolah nang kono, yow wes mbak aku arep mlebu sek ganti klambi, njut metu meneh”. (Sekali aja mbak. Males mbak sekolah, tidak suka aku sekolah disana, ya udah mbak aku mau masuk dulu ganti baju, lalu keluar lagi). Saya bertanya lagi, “Arep nang ndi meneh?” (mau kemana lagi?) si X menjawab, “Nang Hek’an mbak.. hehhehe” (di hek’an mbak).
C.    Temuan
Dari proses observasi dan wawancara yang telah saya lakukan, temuan yang saya peroleh tentang anak membolos memiliki perilaku antara lain adalah
a.       Observasi
1.      Subyek sering bangun terlambat.
2.      Subyek berpakaian kurang rapi.
3.      Subyek berpenampilan kurang rapi.
4.      Subyek berkata kurang sopan..
5.      Subyek sering keluyuran.
b.      Wawancara
1.      Subyek sering dimarahi orangtua
2.      Subyek tidak mau ikuti aturan orangtua
3.      Subyek tidak pernah belajar.
4.      Subyek tidak suka dengan sekolahnya.
5.      Subyek tidak memiliki motivasi belajar
6.      Subyek tidak bisa mengikuti pelajaran.
7.      Subyek tidak disukai teman-temannya.
8.      Tidak punya motivasi belajar.
9.      Komunikasi dengan orangtua kurang baik.
10.  Subyek tidak mengikuti ekstrakulikuler.
11.  Subyek tidak mendengarkan penjelasan pembimbing.
12.  Subyek tidak pernah mengerjakan PR.
13.  Subyek tidak dihargai dan diperhatikan orangtua.
14.  Subyek nongkrong di warung hek.
D.    Analisa Data
Dari temuan yang diperoleh melalui proses observasi dan wawancara dapat dianalisis sebagai berikut:
1.      Pada subyek 1 yang saya lakukan dengan observasi dan wawancara, penyebab subyek tersebut membolos adalah subyek tidak nyaman dengan sekolahnya. Subyek tidak minat bersekolah disekolahnya dan merasa tidak cocok dan subyek memilih untuk membolos. Subyek juga malas belajar karena dia bersolah tidak sesuai yang diinginkan. Selain itu, subyek di sekolah juga tidak disukai teman-temannya karena dianggap arogan, maka subyek lebih memilih membolos ke warung hek yang subyek merasa ada teman disana. Selain itu, sikap orangtua yang tidak menghargai dan memperhatikan pendidikan anaknya merupakan penyebabnya.
Penyebab itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Penyebab internal antaralain adalah
a.       Tidak memiliki motivasi dan suka belajar
Perilaku dan kebiasaan subyek yang memang tidak suka belajar dan tidak memiliki motivasi belajar. Sekolah hanya dijadikan tempat mangkal karena kalau di rumah nanti disuruh kerja dan tidak dapat uang jajan sekolah. Dan subyek sepertinya tidak ada dorongan untuk maju entah bercita-cita menjadi apa, sehingga ia tidak merasa perlu untuk sekolah secara baik.
Dan penyebab yang berasal dari eksternal atau luar antaralain adalah
a.       Tidak cocok dengan sekolahnya
Penyebab ini dapat berasal dari banyak hal antaralain, adalah lingkungan sekolah yang kurang nyaman, sekolah disekolahan yang terpaksa atau sekolah yang tidak sesuai dengan keinginannya. Dan kaerena penyebab itu, anak jadi merasa tidak nyaman di sekolahnya dan mencari kenyamanan diluar dan menyebabkan membolos.
b.      Orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan.
Sikap orang tua terhadap sekolah juga memberi pengaruh yang besar pada anak. Jika orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan hanya membuang-buang waktu saja, atau juga jika mereka menanamkan perasaan pada anak bahwa ia tidak akan berhasil, anak ini akan berkurang semangatnya untuk masuk sekolah. Biasanya sikap orang tua yang menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting karena mereka sendiri orang yang kurang berpendidikan. Akibatnya penghargaan terhadap pendidikan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan mereka menuntut agar anak-anaknya untuk bekerja saja mencari uang. Ironisnya mereka juga menuntut agar anaknya memperoleh hasil yang lebih besar dari kemampuan anak tersebut. Orang tua seperti ini tidak memiliki pandangan jauh ke depan, sebagai imbasnya masa depan anaklah yang menjadi korban.
c.       Pengaruh dari teman
Dari temuan subyek 1 ini, subyek 1 ini tidak disukai teman-temannya disekolah karena dengan alasan subyek terkenal arogan. Karena subyek tidak disukai teman dan tidak memiliki banyak teman, subyek merasa tidak nyaman. Maka subyek akan mencari teman-teman yang menyukainya dan mau menerimanya apa adanya, dan itu yang menyebabkan subyek memilih membolos ke suatu tempat yang subyek pikir akan mendapatkan teman-teman yang mau menerima apa adanya dan subyek bisa merasa nyaman.
2.      Pada subyek 2 yang saya lakukan dengan wawancara, subyek tersebut membolos karena tidak mempunyai motivasi belajar dan malas belajar, maka subyek lebih memilih membolos. Subyek juga jarang mengerjakan PR, dan agar tidak dimarahi karena tidak mengerjakan PR maka subyek memilih membolos. Membolos yang dilakukan juga disebabkan oleh pengaruh teman yang mengajak untuk berkumpul di suatu tempat seperti tempat PS, warung hek, dll. Subyek juga tidak memahaim pelajaran yang di dapat di sekolahnya, maka subyek memilih untuk membolos. Selain itu juga karena peraturan sekolah yang longgar, yang peserta didik bolos tindak lanjutnya kurang.
Faktor membolos subyek 2 itu dapat berasal dari internal dan eksteral. Dan faktor internalnya, antara lain
a.       Tidak memiliki motivasi dan suka belajar
Perilaku dan kebiasaan subyek yang memang tidak suka belajar dan tidak memiliki motivasi belajar. Sekolah hanya dijadikan tempat mangkal karena kalau di rumah nanti disuruh kerja dan tidak dapat uang jajan sekolah. Dan subyek sepertinya tidak ada dorongan untuk maju entah bercita-cita menjadi apa, sehingga ia tidak merasa perlu untuk sekolah secara baik.
Selain faktor internal, juga ada faktor eksternal. Dan faktor eksternal itu antaralain adalah
a.       Tidak mengerjakan PR, artinya bahwa subyek yang bersangkutan mempunyai tugas dari guru yang belum diselesaikan, sehingga ia takut masuk nanti dimarahi guru. Maka subyek lebih memilih untuk membolos.
b.      Dipengaruhi oleh teman yang suka bolos, hal ini bisa terjadi. Misalnya karena ia punya teman yang suka bolos dan bermain, seperti warung hek, ditaman, intenet, dll.
c.       Tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah, artinya subyek tidak mampu menguasai pelajaran tertentu sehingga menyebabkan ia malas belajar/bolos.
d.      Peraturan sekolah yang longgar
Peraturan yang longgar ini, membuat subyek merasa lebih leluasa dan berani untuk membolos. Karena membolospun tidak mendapatkan hukuman ataupun teguran. Dan seperti tidak ada yang melarang, maka subyek membolos.
Dan untuk mengatasi perilaku membolos pada anak dapat dilakukan beberapa hal antara lain, adalah
1.      Kebutuhan, potensi, minat, bakat dan masalah anak underachiever dalam kegiatan pembelajaran.
Anak membolos adalah perilaku untuk mendapatkan perhatian, dihargai pendapat dan perbuatannya, diberikan kasih sayang, memberinya tugas agar dirinya merasa tertantang, dan ditumbuhkannya minat pada diri subyek.
Potensi/minat anak membolos adalah dalam bidang yang merasakan kreativitasnya, menantan dan sportif. Dan biasanya mempunyai kecerdasan dibanding dengan teman yang lain.
Orangtua juga harus ikut berpasrtisipasi dalam pendidikan sang anak, untuk mempermudah dan membantu dalam mengembangkan bakat minat anak, memberikan kepercayaan dan pengawasan kepada anak, memberi motivasi dan pengarahan apabila anak berhasil dalam prestasinya, serta menjalin komunikasi dengan pembimbing, dan anak dengan baik.
Pembimbing atau guru dan sekolah diantaranya memberikan sanksi yang tegas dan konsisten, diberi tugas sekolah yang menarik, menyenangkan dan menantang, mengubah teknik pembelajaran menjadi lebih inovatif, memberi penghargaan/reward ketika subyek mendapatkanprestasi yang memuaskan, melakukan pendakatan individual dan melakukan komunikasi dengan orang tua.
2.      Memberi kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan subyek di lingkungan sekolah
a)      Membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan.
b)      Menanyakan pendapat/pandagan anak terhadap kegiatan belajar di sekolah.
c)      Memberikan tugas yang dapat merangsang kreativitas sang anak.
d)     Memberikan rasa nyaman kepada para subyek.
e)      Mengenalkan minat pada subyek  dan mengembangkannya.
3.      Melakukan bimbingan kelompok, baik di dalam maupun di luar pembelajaran
a.       Membantu kesulitan subyek dalam proses pembelajaran di kelas.
b.      Menanyakan apa ada kesulitan dalam proses pembelajarannya.
c.       Memberikan hal-hal yang baik terhadap subyek.
4.      Melakukan konseling
a.       Menanyakan keinginannya di dalam kelas/ di sekolah.
b.      Mencoba menghargai pendapatnya.
c.       Menanyakan apa masalah subyek yang kini sendang dialami.
5.      Pembimbing melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa
6.      Pembimbing memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan pembimbing yang sering terlambat dibiarkan saja.
7.      Pembimbing selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup.
8.      Pembimbing hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan memahami yang telah diajarkan pembimbing.
9.      Pembimbing harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan tidak merekayasa.
10.  Mencari tahu faktor-faktor penyebabnya
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan subyek. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya subyek yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika subyek masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada subyek. Ada banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan membolos subyek tidak sepenuhnya kesalahan subyek. Ada faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada subyek juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya subyek merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga subyek ada kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
11.  Menerapkan Gerakan Disiplin
Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau pergi pada waktu jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di tempat hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi untuk menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang suko membolos mempunyai tingkat kenakalan yang tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti pengompasan pelajar yang lebih kecil atau dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di kalangan pelajar juga muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang tua sering kali tidak di rumah karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat negatif. Fenomena bolos sekolah ini sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral pelajar dimulai. Oleh karena itu perlu tindakan tegas dari para aparat Satpol PP untuk sering melakukan operasi agar menjadi sebuah shock therapy yang mempunyai efek jera bagi para pembolos dan juga ketegasan dari pihak sekolah untuk mencegah subyeknya bolos sekolah. Kalaupun subyek harus keluar sekolah pada jam sekolah haruslah seijin sekolah dengan menggunakan surat ijin.
12.  Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan
Pihak Dinas Pendidikan dibantu oleh Kesbanglinmas dan Satpol PP serta berkoordinasi dengan Kepolisian harus terus mensosialisasikan kepada para pengelola hiburan seperti Play Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar pada jam sekolah. Kebanyakan pelajar yang bolos sekolah ”bersembunyi” di sana. Setelah sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan penempelan stiker atau poster tentang larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka ditingkatkan menjadi taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para pelajar bolos bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan maka bisa dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa disesuaikan dengan aturan yang berlaku.















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Membolos sekolah adalah keadaan dimana subyek tidak datang ke sekolah untuk mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya pada jam yang telah ditetapkan. Faktor penyebab membolos antaralain, adalah karena subyek malas belajar, tidak memiliki motivas untuk belajar atau sekolah, pengaruh teman bermain, orangtua yang kurang memperhatikan anak, suasana kelas atau sekolah yang kurang atau tidak nyaman, peraturan yang longgar, dll. Untuk mengatasi subyek yang sering membolos dapat dilakukan antara lain dengan melakukan konselig, melakukan bimbingan kelompok, orangtua lebih memperhatikan anak terutama hal pendidikan, peraturan atau kedisiplinan ditegakkan, membuat suasana sekolah atau kelas nyaman untuk belajar, dan lain-lain.
B.     Saran
1)      Untuk Subyek
a.       Seharusnya subyek menyadari kerja keras orangtua yang rela kerja membanting tulang untuk sekolahnya.
b.      Seharusnya subyek menyadari bahwa manfaat belajar itu juga untuk dirinya sendiri di suatu waktu kelak.
c.       Menjalin komunikasi dengan siapapun terutama orangtua.
2)      Untuk Orangtua
a.       Seharusnya orangtua lebih memperhatikan anak terutama hal pendidikan.
b.      Menjalin hubungan yang baik terutama komunikasi dengan anak.
c.       Menghargai pendapat atau pencapaian anak.
d.      Membantu menyelesaikan masalah anak, agar tidak menyebabkan masalah yang lebih besar.
3)      Untuk Pihak Sekolah
a.       Seharusnya guru atau pemimbing juga bisa menjadi teman bagi anak, dan tidak hanya menjadi polisi sekolah.
b.      Menegakkan peraturan atau kedisplinan di sekolah.
c.       Membantu subyek menyelesaikan masalahnya.



















DAFTAR PUSTAKA
Kartono, kartini. 1991. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja Yang Bermasalah. RajawaliPers: Jakarta

























LAMPIRAN
1.      Observasi
Hari, tanggal   : Selasa-Rabu, 16-17 Desember 2014
Jam                  : 06.30-11.00
Lokasi             : Pakis, Boto, Wonosari, Klaten (didepan rumah subyek)
Nama Subyek  : P
Identitas          : Pelajar STM
Hari/Tanggal Waktu
Peristiwa
Evaluasi
Selasa,
16-12-2014
06. 35
Si X keluar rumah dan sampai di depan rumah, si X mengelap sepeda motornya dan memanasi sepeda motornya. Terlihat tetangga menyapa, “kok rung mangkat le?” (dalam bahasa Indonesia, Kok belum berangkat nak?). Si X, menjawab dengan wajah yang senyum “riyin mbah, manasi motor riyin. Ndak pundi mbah? (Bentar mbah, manasi sepeda motor dulu. Mau kemana mbah?). Si tetangga tadi menjawab dan bertanya lagi, “Ki arep ngilikne banyu nang sawah. Opo ora telat kowe mengko?” (Ini mau mengalirkan air di sawah. Apa nanti kamu tidak terlambat?). Si X menjawab, “Mboten mbah!” (Tidak mbah). Dan tetangga pergi meninggalkan si X.
Si X berbicara dengan sopan.

Si X kesiangan berangkat sekolah.

Bagaimana agar si X tidak kesiangan ke sekolah?
Misalnya : memasang alarm
Selasa,
16-12-2014
06. 40
Si X langsung naik ke sepeda motor dan menghidupkan mesinnya, mengendarai sepeda motor meninggalkan rumah dengan motor yang suaranya menganggu telinga
Si X berangkat ke sekolah kesiangan.

Bagaimana agar Si X tidak kesiangan ke sekolah?
Misalnya: dengan memasang alarm, agar banguntepat waktu dan tidak kesiangan.
Selasa,
16-12-2014
08.00
Kembali ke rumah. Tetangga yang bertanya, “Kok wes mulih le?” (Kok udah pulang nak?). Si X menjawab sambil berjalan memasuki rumah dan menuntun sepeda motor, “Gurune rapat budhe.” (Gurunya rapat Budhe).
Bicara dengan lebih tua kurang sopan.


Bagaimana agar si X bicara dengan orang lebih tua sopan?
Misalnya: Menggunakan bahasa krama kepada orang yang lebih tinggi.
Selasa,
16-12-2014
08.30
Pukul 08.30 si X kembali keluar rumah dengan membawa sepeda motor. Dan saya mencoba menyapa dan bertanya, “Arep nangndi dik?”. (Mau kemana dik?) Si X menjawab dengan wajah senyum merekah, dolan lah cah enom kok, hehhehe (Mainlah anak muda kok). Saya menjawab, wwoo dolan terus lho! (Woo main terus lho). Dia menjawab, yow mbok biar tho.. hahhaha.. sik yow mbak. (Ya biarin. Hahha... Duluan ya mbak). Saya menjwab, “Yow ati-ati”. (Ya hati-hati). Si X menjawab dan sambil mengendarai sepeda motor meninggalkan rumah, “Siap grraakk, mbak. Yen ono ling ngolek i omong o ra reti ya mbak...” (Sip grak, Mbak nanti kalau ada yang nyari bilang aja tidak tau ya mbak).
Si X suka keluyuran.


Bagaimana agar si X dapat menggunakan waktu dengan baik, tidak hanya untuk main?
Misalnya: Membantu pekerjaan orang tua di rumah.
Selasa,
16-12-2014
19:00
Terdengar suara sepeda motornya.

Si X main terlalu lama, pulang malam.

Bagaimana agar si X tidak terlalu lama bermain?

Misal: membuat time schedule, mencari dan mengikuti kegiatan yang bermanfaat.
Rabu,
17-12-2014
07.30
si X baru keluar dari rumah dengan seragam putih abu-abu, baju tidak dimasukkan, celana bagian bawah sempit, memakai topi dibalik, mengenakan jaket, sepatu warna merah hitam, menuntun sepeda motor. Lalu, ada tetangga yang mengendarai sepeda ontel, memakai caping dikepala, membawa cangkul, pakaian lengan pendek warna merah, celana pendek menegur , “Lagi arep mangkat le? Opo ora telat.” (Lagi mau berangkat nak? Apa tidak terlambat?) Dan tetangga yang satunya agak muda memakai seragam kerja mengendarai sepeda motor, memakai jaket, helm, sepatu hitam berkata, “Paling bolos pakdhe, koyo ra ngerti bendino ne kan bolos terus”. (Paling bolos Pakdhe, kayak tidak tau aja setiap hari kan bolos) Si X menjawab dengan suara pelan dan tatapan mata yang agak melotot, “Asseemm i, jancuk, cerewet wae”.
Si X berpakaian tidak rapi.

Bagaimana agar si X dapat berpakaian rapi?

Misalnya: membiasakan berpakaian rapi dan sesuai aturan.

Si X berbicara tidak sopan.

Bagaimana agar si X berbicara sopan?

Misal: membiasakan berbicara sopan, diberi punishment saat berbicara tidak sopan.






Rabu,
17-12-2014
07:40
si X menghidupkan sepeda motor lalu mengendarai sepeda motor dan meninggalkan rumah.
Si X berangkat ke sekolah kesiangan.
Bagaimana agar si X bisa berangkat sekolah awal dan tidak terlambat?
Misal: membiasakan bangun pagi dan awal, membuat time schedule, memasang alarm.
Rabu,
17-12-2014
11:00

si X kembali ke rumah. Dan saya mencoba menyapa, “Kok wes muleh dik? Sekolah po ra e mau ki?” (Kok sudah pulang dik? Sekolah apa tidak tadi?). Si X menjawab, “Sakjane ora mbak, hehhehe” (Sebenarnya tidak mbak, hehhehe). Saya menjawab lagi, “Bolos ki critane? Lha ngopo kox bolos ki?” (Bolos nich ceritanya? Lha kenapa kok bolos?). Dia menjawab, “Pisan ne mbak. Males oog mbak sekolah, ra seneng aku sekolah nang kono, yow wes mbak aku arep mlebu sek ganti klambi, njut metu meneh”. (Sekali aja mbak. Males mbak sekolah, tidak suka aku sekolah disana, ya udah mbak aku mau masuk dulu ganti baju, lalu keluar lagi). Saya bertanya lagi, “Arep nang ndi meneh?” (mau kemana lagi?) si X menjawab, “Nang Hek’an mbak.. hehhehe” (di hek’an mbak).
si X kembali kerumah lebih awal dari waktu pulang sekolah dan membolos.

Bagaimana agar si X bisa pulang sekolah sesuai waktu dan tidak membolos?

Misalnya: memberikan teguran atau punishment saat subyek membolos.

Si X tidak senang dengan sekolahnya.

Bagaimana agar si X senang dengan sekolahnya?

Misalnya: menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, membuat nyaman dengan suasana sekolah

Si X pulang sekolah ganti baju dan main.

Bagaimana agar si X sepulang sekolah tidak langsung main?

Misalnya: memberikan si X pekerjaan atau tanggung jawab dirumah.




2.      Wawancara
Subyek 1, Wawancara 1
Hari, tanggal   : Kamis, 18 Desember 2014
Jam                  : 16.30-17.30
Lokasi             : Pakis, Boto, Wonosari, Klaten (didepan rumah subyek)
Nama Subyek  : P
Identitas          : Pelajar STM
Keterangan      :
            P          : Pewawancara
            S          : Subyek
Baris
Isi Wawancara
Baris
Tema
1



5




10




15




20




25




30




35




40




45




50




55




60




65




70




75




80




85




90




95




100




105




110




115




120




125




130




135




140




145
P: Selamat Siang, dik X?
S: Siang juga mbak (sedikit tidak suka)
P: maaf menganggu belajar dek X sebentar
S: Tidak apa-apa mbak?
P: Terimakasih, kalau boleh tau sepulang sekolah biasanya apa kegiatan dik X?
S: Biasanya saya tidak langsung pulang mbak, mampir ke warung hek dulu, baru pulang
P: Kenapa dik X tidak langsung pulang dan lebih memilih ke warung hek dulu?
S: Daripada di rumah dimarahi terus oleh orang tua mbak, lebih baik ke warung hek bisa kumpul bersama teman-teman
P: Biasanya ke warung hek mana dan apa saja yang dik X lakukan disana?
S: Warung hek dekat sekolah mbak, ya Cuma nongkrong saja mbak, kadang-kadang ya sambil main remi (main kartu)
P: Sepulang dari warung kopi, apa yang X lakukan?
S: Biasanya tidur mbak kalau tidak ada acara keluar dengan teman-teman.
P: Kalau begitu kapan waktu belajar adik?
S: Tidak pernah belajar mbak, belajar juga buat apa, wong saya ini tidak pernah diperhatikan orang tua saya kok.
P: Maksud X tidak memperhatikan?
S: Saya itu sebenarnya kepengin bersekolah di STM di Surakarta, tapi orang tua tidak pernah mau mendengarkan dan akhirnya saya bersekolah di SMK YP Delanggu.
P: Kalau boleh tau apa yang menjadi alasan orang tua X lebih memilih STM di Delanggu daripada di Surakarta?
S: Orang tua saya itu kepinginnya saya sekolah di dekat-dekat saja.
P: Apa karena tidak boleh masuk ke STM di Surakarta itu yang membuat X selalu membolos sekolah?
S: Iya mbak, la wong saya itu tidak berminat sekolah selain sekolah di daerah Surakarta, ya mau bagaimana lagi mbak, saya itu tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
P: X bisa bertanya ke teman-teman yang lain kan?
S: Teman-teman tidak ada ya suka dengan saya mbak, soalnya kata teman-teman saya itu kalau bicara arogan. Makanya saya sering bolos karena saya tidak punya teman di sekolah, lebih baik saya ke warung hek banyak yang menghargai saya.
P: Apa X tidak merasa rugi kalau X selalu membolos sekolah?
S: Tidak mbak buat apa wong saya memang tidak suka sekolah disini. Kalau orangtua saya mau memindahkan saya sekolah didaerah Surakarta ya saya akan rajin sekolah mbak.
P: Apa X tidak pernah membicarakan kepada orangtua X?
S: Saya itu jarang bicara dengan orang tua saya mbak. Paling-paling kalau mau marahi atau menyuruh saya saja baru bicara. Mereka itu tidak pernah mau tau dengan keinginan anak-anaknya. Makanya kakak saya dulu juga sering bermasalah dengan orang tua seperti saya ini.
P:  Jadi komunikasi X dengan orang tua selama ini bagaimana?
S: Ya seperti yang saya bilang tadi mbak.
P: Menurut informasi dari seseorang teman di sekolah. X juga tidak punya sopan santun pada guru dan tidak pernah ikut ekstrakulikuler, apa benar demikian?
S: Saya tidak pernah mengikuti ekstrakulikuler karena tidak ada yang saya sukai mbak, jadi buat apa saya ikut. Kalau sopan santun dengan guru, saya sopan kok mbak.
P: Pernah X tidak memperhatikan saat pelajaran berlangsung?
S:  Sering mbak, saya tidak suka dengan perlajarannya makanya saya tidak mau mendengarkan mbak.
P: Apa X selalu mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan oleh guru?
S: tidak mbak
P: Baik, apa alasan X tidak pernah memasukkan baju den berambut panjang?
S: Biar keren pak, biar kelihatan macho, kalau tidak begini tidak ada cewek yang naksir saya donk mbak, sudah bodoh dan tidak keren. Kalau begini kan keren mbak.
P: Lalu apa yang membuat X tidak pernah mematuhi peraturan orang tua?
S: mereka juga tidak memperhatikan saya mbak.
P: Maksud X?
S: Mereka kan maunya menang sendiri. Mereka juga tidak pernah memberi penghargaan atas prestasi saya.Saya pernah menang juara 1 dalam lomba menggambar tingkat kecamatan. Semua teman memberi upacan selamat. Tapi orang tua saya biasa saja dan tidak menghargai saya.
P: Baik, kalau begitu untuk sementara waktu cukup dulu.  Terimakasih.
S:  Baik









10-12




16-19




23-26









34









40-45









50-51





56-58



60-61




64-66




74-76




76-79




83-84




87-88



89-91


94-95







102









110




117




121









130-131




133-141
















Keluyuran




Selalu dimarahi orangtua



Tidak mau mengikuti aturan orang tua







Tidak pernah belajar








Tidak suka dengan sekolahnya







Orangtua menginginkan subyek sekolah yang dekat


Tidak berminatdengan sekolahnya

Tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik

Tidak disukai teman



Tidak merasa rugi karena membolos


Tidak punya motivasi



Jarang komunikasi dengan orangtua

Orangtua tidak mau tau kemauan anak

Kakaknya dulu juga bermasalah

Komunikasi kurang baik dengan orangtua




Tidak mengikuti ekstrakulikuler







Sering tidak memperhatikan pelajaran


Tidak mengerjakan PR


Berpakaian kurang rapi








Tidak diperhatikan orangtua


Tidak dihargai orangtua


















Subyek 2, Wawancara 2
Hari, tanggal   : Jumat, 19 Desember 2014
Jam                  : 16.00-17.00
Lokasi             : Pakis, Boto, Wonosari, Klaten (ditempat subyek bermain)
Nama Subyek  : SB
Identitas          : Pelajar STM
Keterangan      :
            P          : Pewawancara
            S          : Subyek
Baris
Isi Wawancara
Baris
Tema
1



5




10




15




20




25




30




35




40




45




50




55




60




65




70




P: Bagaimana dengan sekolah hari ini dik?
S: Ya, menyenangkan sih mbak.
P: Menurut adik apakah sekolah disana menyenangkan?
S: Ya, begitulah mbak kadang enak, kadang juga tidak enak.
P: Apakah teman-teman adik semuanya baik pada adik?
S: Baik-baik sih mbak, ya ada yang agak sirik juga.
P: Saya tadi sempet bicara sama kakakmu. Apakah benar kamu sering membolos?
S: Iya bener mbak.
P: Kalau boleh mbak tau nih, adik membolos sekolah kenapa?
S: Males aja mbak, emm kadang juga alesan gara-gara belum ngerjain PR.
P: Biasanya kalau adik membolos pergi kemana?
S: Eemm. Kalau tidak ke PS’an paling juga nongkrong di warung hek mbak.
P: Apa adik tidak takut tertangkap Satpol PP?
S: Ya, takut lah mbak, secara kalau saya ditangkap pasti yang ambil saya kalau tidak orangtua ya guru.
P: Apa selama ini adik pernah tertangkap sama Saptol PP?
S: Belum pernah mbak,kan saya pinter kalau ada razia, saya bawa baju bebas, jadi tidak ketangkep. Hehhe
P: Memangnya kalau adik membolos tidak ketahuan sama orangtua?
S: Ya kadang ketahuan sih mbak, tapi ya tetep bandel.
P: Kalau ketahuan bohong sama orang tua, apa alasan adik?
S: Ya, saya bilang kalau gurunya ada acara mendadak atau rapat guru rutin.
P: Kalau adik masuk sekolah, apa tidak takut diberi sanksi sama guru, terutama guru bk?
S: Ya, takut sih mbak, kadang orangtua di suruh datang ke sekolah itu yang bikin saya takut.
P: Bila kamu meminta sesuatu sama orang tua apakah akan dipenuhi?
S: Ya, kalau orang tua ada uang.
P: Selama kamu membolos apakah adik tidak takut kalau nantinya banyak ketinggalan pelajaran?
S: Biasa saja  sih mbak, saya masuk sama tidak masuk, pasti tidak ngerti bahan pelajarannya.
P: Kok begitu dik?
S: Ya itu mbak,aku tidak paham sama pelajarannya.
P: Seandainya adik tidak naik kelas gara-gara membolos dan ketinggalan banyak pelajaran bagaimana?
N: Wah, kalau itu saya takut banget mbak, nanti saya bisa-bisa dinikahin sama orangtua. Hehhe














15


18-20





23-25




28-31





34






41-42

















63-65





67-68



73

















Mengaku sering membolos

Penyebab membolos adalah malas dan belum mengerjakan PR.
Nongkrong di warung hek.



Takut ditangkap Satpol PP




Belum pernah tertangkap satpol PP




Kadang ketahuan orangtua membolos














Merasa biasa saja saat ketinggalan pelajaran.


Tidak paham dengan pelajaran

Takut kalau tidak naik kelas




Tidak ada komentar:

Posting Komentar