expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 28 Januari 2015

Perkembangan Bahasa

Perkembangan Bahasa dan Stimulasinya
Sebetulnya kalau kita bicara tentang perkembangan bahasa, kita bicara tentang perkembangan bicara, pendengaran, pemahaman bahasa secara umum, juga kecerdasannya. Setiap perkembangan bahasa tadi bisa dipilah-pilah tiap tahap usia, misalnya 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, 1.5-2 tahun, 2-3 tahun, 3-4 tahun, dst. Secara garis besar aja ya kita bahas perkembangan bahasa. Ketika baru lahir, bayi kan ‘nangis doang’. Perhatikan, bunyi tangisnya beda-beda artinya lho. Sekitar usia 2 bulan, biasanya bayi lakukan cooing, yaitu belajar mengucapkan huruf vokal, misalnya aaaa atau uuuuu. Sekitar 6 bulan, biasanya bayi lakukan babbling, yaitu belajar mengucapkan vokal plus konsonan, misalnya bababababa atau mamamama. Sekitar 8-10 bulan, babbling bayi ada kombinasi konsonannya, misalnya badabadabada atau dagadagadaga. Mendekat usia 1 tahun semakin banyak kata yang dipahami anak, sehingga anak mengikuti intruksi sederhana, misal diminta ambil barang tertentu. Sekitar 1-1.5 tahun, kita menunggu kata pertamanya muncul. Kata pertama bisa berupa mama/papa, bisa juga mainan favorit, atau apapun. Kata pertama adalah kata utuh, cukup jelas apa yang dimaksud. Misalnya bilang ‘bola’, ya memang artinya bola, atau’mama’ itu memanggil mama.
Perkembangan bahasa awal, kurang dari 1 tahun, perlu diingat-ingat oleh orang tua. Jika kelak ada masalah, biasanya perkembangan ini dicek, misalnya kapan cooing & babbling. Contoh masalah, jika usia 1.5 tahun/ 18 bulan belum menyebut kata pertama, buruan bikin janji ke klinik tumbuh kembang. Kenapa? Apabila ada keterlambatan, dapat segera dicek apakah masalah tumbuh kembang atau karena situasi bahasa yang kurang tepat. Biasanya kalau ada masalah keterlambatan, akan ditanya dulu kapan anak dulu cooing & babbling, apakah ada ucapan mirip kata yang muncul. Sekitar 1-1.5 tahun, diharapkan kata pertamanya muncul. Sekitar 1.5-2 tahun, biasanya ada ‘ledakan bahasa’, tau-tau anak bisa ngomong macem-macem kata yang pernah dia dengar sebelumnya. Sekitar 2-3 tahun, kita harapkan anak ucapkan kalimat 2 kata, misalnya, “Mama minum”, maksudnya “ Mama, aku mau minta minum.” Sekitar 3-4 tahun, kita harapkan kalimat-kalimatnya sudah lebih panjang, misalnya 3-5 kata. Mulai banyak bertanya. 90% ucapan sudah jelas buat orang lain. Sekitar 4-5 tahun, seluruh ucapan sudah jelas, sudah bisa bercerita, bertanya dengan berbagai kata tanya (apa, siapa, kenapa, gimana, dll). Skitar 5-6 tahun, mampu mendefinisikan kata-kata yang digunakannya sehari-hari (misalnya, sendok = untuk makan), paham perasaan & lawan kata. Sekitar 6-7 tahun, sudah bisa menceritakan humor, ketika dibacakan cerita ia bisa menjawab pertanyaan yang ada di bacaan. Semakin besar, kemampuan bahasa semakin kompleks. Pedoman paling sederhana adalah dia punya nilai baik dalam pelajaran bahasa. Pedoman lain, seberapa baik anak dalam menyampaikan pikiran & perasaannya kepada orang lain, juga menangkap maksud orang lain.
Nah, sekarang gimana stimulasi bahasa. Tentunya, karena kemampuan tiap usia berbeda, maka stimulasinya  berbeda juga, tapi ada pedoman umumnya. Pedoman garis besar, anak kurang dari 1 tahun, banyak-banyaklah bicara kepada anak lebih banyak ditanya, bukan sekadar diberitahu. Bicara kepada anak itu bisa lewat ngajak ngobrol biasa, nyanyi, mendongeng, talk-out-loud, dll. Usahakan dalam 1 kalimat, gunakan 1 bahasa aja. Boleh bahasa apapun sih, tapi 1 bahasa dalam 1 kalimat, jangan campur lebih dari 1 bahasa. Saya pernah mendengar kayak gini nih,  “Ini car, warnanya yellow.” Nah lho, anaknya bisa kesulitan nangkep struktur bahasa tuh.
Boleh lebih dari 1 bahasa?
Kalau perkembangan sesuai tahapan, lebih aman untuk kenalkan lebih dari 1 bahasa, asal 1 kalimat 1 bahasa. Ada beberapa cara, yaitu: Cara 1) Papa selalu bicara ke anak dengan bahasa A, mama dengan bahasa B (nenek dengan bahasa C, si mbak dengan bahasa D, dst). Yang penting konsisten. Cara 2) Tempat berbeda, maka bahasa berbeda. Contoh di rumah bahasa A, di sekolah bahasa B, dst. Cara 3) Waktu berbeda, maka bahasa berbeda. Contoh hari Senin-Kamis bahasa A, Jumat-Minggu bahasa B. Mana cara yang dipilih, tentunya tergantung kondisi keluarga, juga yang dianggap paling nyaman. Kalau ada tahap perkembangan bahasa yang terlambat, ada baiknya fokus dulu satu bahasa, lebih aman. Kalau anak sudah kuasai, baru kenalkan bahasa berikut.
Pada anak bayi & batita, ketika bicara, gunakan kata-kata sederhana, kalimat pendek saja. Contoh, “Ayo Nak, ganti popok dulu. Popokmu basah.” Anak semakin besar, tentunya kalimat-kalimat kita juga perlu semakin panjang, pilihan kata juga semakin variatif, supaya perluas kosa katanya. Pilihan buku juga seperti itu. Pada batita gambar besar & kata-kata sedikit saja, lebih dari 3 tahun ada kalimat-kalimat, lebih dari 5 tahun ada cerita untuk dibacakan. Nah itu tadi stimulasi untuk perbanyak kosa kata. Tapi pada anak lebih dari 1 tahun, bukan hanya kita yang aktif bicara, anak kudu diajak bicara. Kurang pas kalau stimulasi anak lebih dari 1 tahun tetap hanya kita yang banyak bicara, karena usia >1 tahun perlu distimulasi kemampuan bicaranya. Gimana caranya?
Pada anak >1 tahun, ketika anak minta sesuatu, jangan diberi dulu, minta anak bilang dulu apa yang ia inginkan, kalau sudah usaha baru diberikan. Trik ini memang susah-susah gampang, karena anak biasanya marah. Tapi PENTING! Apalagi pada anak yang belum mau/bisa bicara. Contoh anak ingin ambil bola, peluk anak sambil pegang bolanya dalam jarak yang tak bisa ia jangkau. Katakan, “Bola. Coba bilang, bola.” Boleh lho anak digodain dulu biar tetep pingin ambil bola, tapi jangan diberi dulu. Nanti kalau ia sudah usaha, misalnya, “Boa,” baru diberi. Lama-lama tentunya kalimat yang diminta dari anak mesti semakin panjang dong. Misalnya, “Ma, tolong ambil bola,” baru diberi bolanya. Anak juga bisa diajak bernyanyi, diberi pertanyaan lalu anak diminta menjawab. Apapun, intinya anak diajak bicara.
Di usia batita, ketika anak ngomong agak jelas kayak apapun, mendingan kita tanggapi. Jangan didiemin ya. Biar mereka suka bicara.Kalau sudah bisa bicara kita kata, stimulasi bicara kalimat. Kalau sudah kalimat, stimulasi buat cerita. Intinya, tingkatkan kemampuannya. Kalau anak ngomongnya gak jelas terus, mesti gimana? Teknik ‘abaikan’ dicoba. Gimana caranya?
Ketika anak >3 tahun bicara tidak jelas, sebutkan kata-kata lain yang kita tahu bukan maksudnya, supaya anak berusaha untuk katakan dengan lebih jelas. Bisa juga kita ajak anak duduk dipangku menghadap kita, lalu sambil bertatap mata (no gadget) ajak katakan kata-kata yang ingin dilatih. Semakin besar, bukan hanya tanya jawab, tapi juga  diskusi, artinya anak diajak mengemukakan pemdapat tentang sesuatu. Banyak kalimat panjang. Semoga kalau sudah dapat info-info tentang perkembangan bahasa dan stimulasinya, gak ada lagi nih anak yang telat banget perkembangan bahasanya ya. Kalaupun telat, bisa segera dipastikan penyebabnya, sehingga bisa segera ditangani dengan cara yang paling tepat.


Sumber: @AnnaSurtiNina


Tidak ada komentar:

Posting Komentar