expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 21 Januari 2015

STUDI KASUS: KONSELING BEHAVIORISTIK



STUDI KASUS: KONSELING BEHAVIORISTIK
Kasus              : Takut dicalonkan menjadi ketua PRESIDIUM
Konseli            :Supri
Supri adalah sorang siswa SMP Mardi Putra kelas VIII. SMP Mardi Putra pada tahun ajaran ini akan mengadakan pemilihan ketua PRESIDIUM. Di sekolah supri adalah siswa yang pandai, kreatif, dan tekun. Dalam pergaulannya pun ia selalu disukai oleh teman-temannya. Dalam kesempatan ini teman-temannya mencalonkan Supri untuk maju sebagai ketua PRESIDIUM yang baru. Dalam hati, Supri sendiri sebenarnya berminat untuk mencalonkan diri. Akan tetapi, Supri menolak dukungan teman-temannya karena ia merasa minder, tidak pantas, tidak cocok seandainya ia menjadi ketua PRESIDIUM. Ketakutan ini muncul karena baginya menjadi ketua PRESIDIUM berarti ia akan banyak berbicara dihadapan orang-orang. Hal inilah yang menyebabkan Supri mengurungkan niatnya. Ketakutan Supri muncul ketika ia harus bicra di hadapan banyak orang karena ia pernah mempunyai masa lalu. Pada waktu kelas III SD ia terpeleset ketika berjalan di atas panggung dalam pentas drama di sekolah. Teman-temannya menertawakan dan bersorak-sorak mengejeknya. Ketika kelas IV SD, Supri mewakili sekolah dalam lomba menyanyi. Supri salah mengucapkan syair lagu sehingga para peserta tertawa, bahkan guru-guru pendamping peserta pun kut tertawa.  Pada waktu kelas IV Supri menjabat sebagai ketua darmawisata, namun program yang direncanakan berjalan mengecewakan. Guru dan teman-teman kelasnya menyalahkan Supri. Akhir-akhir ini Supri merasa gelisah, takut, selalu berdebar-berdebar. Karena situasi ini, Supri pun datang menemui konselor sekolah.
Langkah-langkah Kerja dan Skema untuk Menyelesaikan Kasus Supri dengan Pendekatan Konseling Behavioristik
1.      Hubungan Awal
Konselor membangun hubungan yang hangat dengan konseli. Contoh
a.       Konselor menyambut kedatangan konseli.
b.      Konselor mengajak konseli berbasa-basi.
c.       Konselor mempersilakan konseli untuk mengungkapkan masalahnya.
2.      Penjelasan Masalah
Konselor mengajak konseli untuk mengungkapkan apa yang menjadi kebingungan, kesulitan, atau masalah yang dihadapinya. Contoh:
Supri adalah siswa SMP Mardi Putra kelas VIII. Supri adalah anak yang berwibawa di kalangan teman-temannya, kreatif, pandai, dan tekun. Itulah alasan Supri dicalonkan teman-temannya menjadi ketua PRESIDIUM. Supri merasa takut dan gelisah, ia ingin menolak pencalonan itu karena ia merasa dirinya tidak pantas dan tidak cocok, tetapi ia juga tidak berani menerima reaksi dari teman-temannya yang antusias mencalonkan dirinya.
3.      Penggalian Masalah
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang akan digalu terkait dengan kejadian masa sekarang, pengalaman-pengalaman negatif yang pernah dialami pada masa lalu, perasaan-perasaan sekarang, perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan pada kejadian di masa lalu, apa yang dipikirkan pada saat sekarang, apa yang dipikirkan pada masa lalu keika mengalami ekjadian yang kurang menyenangkan, dan konsekuensi yang dilakukan setelah kejadian. Dengan demikian, alur yang akan dipakai oleh konselor adalah
A (antecedent) → B (behavior) →C (consequence)
Contoh
a.       Pengalaman saat ini
Antecedent (A)
Supri dicalonkan sebagai ketua PRESIDIUM oleh teman-temannya.
Behavior (B)
Respons (R) : Datang untuk meminta bantuan konselor.
r-kognitif:
1)      Menganggap dirinya tidak pantas jika harus menjadi ketua PRESIDIUM.
2)      Menganggap dirinya tidak cocok jika harus menjadi ketua PRESIDIUM.
r-afektif:
1)      Gelisah,
2)      Takut, dan
3)      Kaget untuk mengemban tugas sebagai ketua PRESIDIUM.
Consequence (C)
Merasa lega dan tenang setelah bertemu dengan konselor dan mendapat jalan keluar untuk masalah yang dihadapinya.
b.      Pengalaman masa lalu kelas III SD
Antecedent (A)
Terpeleset saat berjalan di atas panggung pada acara drama sekolah. Teman-temannya menertawakan dan bersorak-sorak mengejeknya.
Behavior (B)
Respons (R) : lari pulang dan menangis
r-kognitif:
1)      Saya bodoh
2)      Saya dipermalukan teman-teman
r-afektif:
1)      Jantung berdebar-debar
2)      Malu
Consequence (C)
Cepat-cepat pulang ke rumah agar lebih tenang dan aman karena ia bisa menjauhi panggung.
c.       Pengalaman masal lalu kelas IV SD
Antecedent (A)
Supri mewakili sekolah dalam lomba menyanyi. Supri salah menucapkan syair lagu sehingga para peserta tertawa, bahkan guru-guru pendamping peserta pun ikut tertawa.
Behavior (B)
Respons (R): Tetap melanjutkan lagunya, walaupun pikiran berkecamuk, badanya berkeringat dingin.
r-kognitif:
1)      guruku dan peseta lomba jahat
2)      cukup sekali ini saja saya mewakili sekolah
r-afektif:
1)      malu
2)      kecewa, dan
3)      grogi
Consequence (C)
Ingin cepat selesai dan turun dari panggung
d.      Pengalaman masa lalu kelas IV SD
Antencedent (A)
Supri menjabat sebagai ketua darmawisata. Program yang direncakan berjalan mengecewakan. Guru dan teman-teman sekelasnya menyalahkan Supri.
Behavior (B)
Respons (R) : Diam dan menerima masukan dari teman-teman dan para pendamping, walaupun hatinya sakit.
r-kognitif:
1)      Hanya karena ia ketua panitianya, ia harus disalahkan.
2)      Guru tidak adil.
3)      Teman-teman panitia tidak bersifat realistis.
4)      Kapok menjadi ketua panitia.
r-afektif:
1)      Jengkel,
2)      Sakit hati,
3)      Kecewa, dan
4)      Menyesal menjadi ketua
Consequence (C)
Pulang kerumah dan menangis
4.      Penyelesaian Masalah
Konselor menjaelaskan sumber masalah yang dialami konseli, bahkan pengalaman pada masa lalu mempengaruhi proses belajar sekarang. Konselor mengajak konseli untuk berperilaku baru yang lebih realistis dengan menggali pengalaman-pengalaman positif di masa lalu. Pengalaman positif inilah yang akan dijadikan patokan konseli untuk memiliki kognisi yang baru. Dengan demikian, konseli akan meencanakan tindakan-tindakan konkret yang lebih baik.
Contoh:
a)      Proses belajar yang telah berlangsung di masa lalu
Konselor menjelaskan pada konseli bahwa perasaan takut, gelisah, kaget, merasa diri tidak pantas/tidak cocok menjadi ketua PRESIDIUM merupakan akibat dari pengalaman traumatis yang terjadi di masa lalu, yaitu ketika Supri beberapa kali dipermalukan di depan umum. Peristiwa-peristiwa tersebut membuat perasaan-perasaannya selalu takut, cemas, dan merasa tidak mampu ketika Supri hendak dipercaya menjadi seorang calon pemimpin. Pengalaman pada masa lalu yang tidak menyenangkan inilah yang mempengaruhi perilaku Supri.
b)      Pengalaman positif masa lalu
1)      Pada saat TK, Supri mengikuti lomba menyanyi dan ia mendapat juara 1. Banyak orangtua teman dan guru yang memberikan pujian.
2)      Pada saat kelas I, Supri menyanyi di acara ulang tahun temannya. Teman-teman dan para tamu undangan bertepuk tangan dan terkagum-kagum dengan suaranya.
3)      Pada saat kelas V, Supri terkena demam berdarah dan diopname di rumah sakit. Guru dan teman sekolah menjenguk Supri di rumah sakit.
c)      Mengembangkan r-kognitif yang baru
Konselor mengajak konseli untuk melihat kembali pengalaman positif yang telah di alaminya di masa lalu dan selanjutnya memberi pemahaman baru bahwa
1)      Menjadi pemimpin itu tidak selalu tampil di depan umum.
2)      Tidak semua guru jahat.
3)      Setiap orang memiliki kemampuan utnuk menjadi pemimpin.
4)      Setiap pemimpin tidak luput dari kesalahan
d)     Rencana tindak lanjut
1)      Supri tetap menerima pencalonan dirinya menjadi ketua PRESIDIUM.
2)      Supri merasa yakin ahwa dirinya bisa menjadi seorang pemimpin.
3)      Supri siap menerima resiko apabila menjadi ketua PRESIDIUM.
5.      Hubungan Akhir
Setelah melalui proses wawancara konseling, konseli akhirnyasudah menemukan jalan keluar untuk permasalahannya. Dengan demikian, konselor dapat menutup proses konseling.
Contoh:
a.       Konselor/konseli meringkas kembali isi pembicaraan mulai dari awal.
b.      Konseli diminta menegaskan kembali keputusan yang telah diambil selama proses konseling.
c.       Konselor memberi bombongan atau semangat pada konseli.
d.      Konselor menawarkan bantuan jika kelak timbul permasalahan baru.
e.       Konseli mengucapkan terimakasih dan mohon pamit.
6.      Tindak lanjut
Meskipun wawancara konseling sudah berakhir, konselor wajib memantau perkembangan yang sudah tejadi dalam diri konseli. Kegiatan ini juga bisa dilakukan secara terjadwal sesuai waktu yang telah disepakati. Hal yang dilakukan adalah mengevaluasi keberhasilan konseli dalam melakukan alternatif pilihan/keputusan yang telah disepakatinya.
Contoh:
a.       Melihat/mengamati perilaku Supri selama di sekolah.
b.      Menggali informasi dari teman-teman, guru kelas, wali kelas Supri mengenai persiapan Supri atau setelah Supri terpilih menjadi ketua PRESIDIUM.
c.       Setelah 1-2 minggu, Supri diundang untuk datang lagi sehingga konselor bisa menanyakan perkembangan dirinya.
d.      Memberi pujian atas keberaniaannya menjadi ketua PRESIDIUM.

1 komentar: