expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 26 November 2013

Pendekatan Psikologi Realitas



RESUME
“Pendekatan Psikologi Realitas”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Konseling
Dosen : Nur Muhlashin, S.Psi., M.A.
Disusun oleh :
1.      Albig Koma Jaya                                          (121221004)
2.      Baharudin Syah Rizal Mustofa                   (121221012)
3.      Diah Astuti Saputri Retnaningsih               (121221020)
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
SURAKARTA
2013
Pendekatan Psikologi Realitas
Konsep Dasar
Pendekatan realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan psikologi tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas yang mencakup suatu kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan dan ketersendirian.
Menurut pendekatan realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas dalam pengertian “identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Dalam pembentukan identitas masing-masing dari kita mengembangkan keterlibatan-keterlibatan dengan orang lain dan dengan bayangan diri, yang dengannya kita relatif merasa berhasil atau tidak berhasil.
Menurut Glasser, basis dari terapi realitas adalah membantu klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya yang mencakup “kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri sendiri maupun orang lain”.
Pandangan Tentang Sifat Manusia
Pandangan tentang manusia mencakup pernyataan bahwa suatu “kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk berusaha mencapai suatu identitas keberhasilan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Glasser dan Zunin, “kami percaya bahwa masing-masing individu memiliki kekuatan kearah kesehatan dan pertumbuhan. Pada dasarnya orang-orang ingin puas hati dan merasakan identitas keberhasilan menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab dan memiliki hubungan interpersonal yang penuh makna”. Pandangan terapi realitas menyatakan bahwa, karena individu dapat mengubah cara hidup, perasaan, dan tingkah lakunya, maka merekapun dapat mengubah identitasnya. Perubahan identitas bergantung pada perubahan tingkah laku.
Secara lebih terperinci hakikat manusia menurut pendekatan realistis adalah sebagai berkut:
1.      Manusia memiliki kebutuhan psikologis tunggal yang disebut kebutuhan akan identitas.
2.      Manusia memiliki kekuatan untuk tumbuh yang mendorong menuju ke identitas sukses.
3.      Kekuatan tumbuh bukanlah bawaan
4.      Manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri dan bertanggung jawab.
5.      Manusia adalah agen perubahan terhadap dirinya sendiri.
Ciri-Ciri Pendekatan Realistis
1.      Sekurang-kurangnya ada delapan cirri yang menentukan terapi realitas sebagai berikut.
2.      Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidak bertanggungjawaban.
3.      Terapi realistis berfocus pada tingkah laku sekarang atau menekankan kesadaran atau tingkah laku sekarang.
4.      Terapi realistis berfokus pada masa sekarang bukan masa lampau, karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak dapat diubah maka yang dapat diubah hanya masa sekarang dan masa yang akan datang.
5.      Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Terapi realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang menjadi penyebab kegagalannya.
6.      Terapi realitas tidak menekankan transferensi. Terapi realitas menghimbau agarpara terapis menempuh cara beradanya yang sejati, yakni menjadi diri sendiri tidak memainkan peran sebagai ayah dan ibu klien.
7.      Terapi realitas menghapus hukuman.
8.      Terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran .
9.      Terapi realistis menekankan tanggungjawab. Menurut Glasser, orang yang bertanggung jawab melakukan apa-apa yang memberikan kepada dirinya perasaan diri berguna dan perasaan bahwa dirinya dan berguna bagi orang lain.
Tujuan Konseling
1.      Membantu individu mencapai otonomi, yaitu kematangan yang diperlukan bagi kemampuan seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan internal.
2.      Membantu individu dalam mengartikan dan memperjelas tujuan hidup mereka.
3.      Klien mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab atas siapa mereka dan ingin jadi apa mereka serta mengembangkan rencana-rencana yang bertanggung jawab dan realistis guna mencapai tujuan-tujuan mereka.
Fungsi dan Peran Terapis
1.      Konselor terlibat dengan klien dan membawa klien menghadapi kenyataannya.
2.      Tidak membuat pertimbangan nilai dan keputusan bagi klien.
3.      Sebagai pembimbing yang membantu klien agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.
4.      Memberi pujian apabila klien bertindak dengan cara bertanggung jawab.
5.      Mengajari klien bahwa tujuan terapi tidak diarahkan kepada kebahagiaan, karena menurut terapi realistis klien bisa menciptakan kebahagiaannya sendiri.
Pengalaman Klien dalam Terapi
            Para klien diharapkan,
1.      Memusatkan pada tingkah laku.
2.      Membuat dan menyepakati rencana dengan konselor.
3.      Mengevaluasi tingkah lakunya sendiri.
4.      Harus belajar kecanduan positif.
5.      mengembangkan sikap yang bertanggung jawab.
6.      Semakin sadar akan tingkah lakunya.
Hubungan antara Konselor dan Klien
Hubungan antara konselor dan klien dapat berjalan sebagai berikut :
1.      Terapi realitas berlandaskan hubungan untuk keterlibatan pribadi antara terapis dan klien. Terapis, dengan kehangatan, pengertian, penerimaan, dan kepercayaannya atas kesanggupan klien untuk mengembangkan  suatu identitas keberhasilan, harus mengomunikasikan bahwa dia menaruh perhatian.
2.      Perencanaan adalah hal yang esensial dalam terapi realitas. Situasi terapeutik tidak terbatas pada diskusi-diskusi antara terapis dan klien.
3.      Komitmen adalah kunci utama terapi realitas. Setelah para klien membuat pertimbangan-pertimbangan nilai mengenai tingkah laku mereka sendiri dan memutuskan rencana-rencana tindakan, terapis membantu mereka dalam membuat suatu komitmen untuk melaksanakan rencana-rencana itu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pernyataan-pernyataan dan rencana-rencana tidak ada artinya sebelum ada keputusan untuk melaksanakannya.
4.      Terapi realitas tidak menerima dalih. Jelas bahwa tidak semua komitmen klien bisa terlaksana. Rencana-rencana bisa gagal. Akan tetapi, jika rencana-rencana gagal, terapis realitas tidak menerima dalih. Arinya dalam pendekatan realitas, seorang terapis tidak pernah memaklumi atau memaafkan tingkah laku klien yang tidak bertanggung jawab.
Teknik Konseling
1.      Terlibat dalam permainan peran dengan klien.
2.      Menggunakan humor.
3.      Mengkonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun.
4.      Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana spesifik bagi perubahan.
5.      Melayani klien sebagai model dan guru.
6.      Menentukan batas-batas dan menyusun situasi terapi.
7.      Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang tepat untuk menentang klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis.
8.      Melibatkan diri dengan klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih efektif.
Penerapan pada situasi-situasi Konseling
Pendekatan ini paling cocok untuk konseling individu, kelompok, dan konseling perkawinan. Dalam konseling individu, biasanya konselor menemui klien sekali dalam seminggu. Sementara dalam konseling kelompok, konselor bisa dengan meminta komitmen dari para anggota kelompok untuk melaksanakan rencana dan komitmen yang telah dibuat sesuai dengan masalah yang dibahas dalam forum tersebut. Sedangkan aplikasi pendekatan realitas dalam konseling perkawinan adalah ketika sepasang suami istri berkeinginan untuk bercerai. Melalui pendekatan ini konselor dapat mengeksplorasi pro dan kontra diteruskannya suatu perkawinan. ( Gerald Corey, 1973 : 283 )
Kelebihan Pendekatan Realitas
  1. Klien diharuskan dapat mengavaluasi tingkah lakunya sendiri.
  2. Pemahaman dan kesadaran tidak cukup, tetapi klien dituntut untuk melakukan tindakan atas komitmen yang telah ia buat.
  3. Klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistic dan karenanya bisa tercapai keberhasilan.
  4.  Jangka waktu terapi yang relatif pendek dan berurusan dengan masalah tingkah laku sadar.
  5. Langsung lebih cepat menyadarkan klien karena menggunakan secara langsung mengajak klien berbuat.
  6. Bersifat praktis, luwes dan efektif
  7. Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan pengetahuan tentang diagnosis dan psikopatologi.
Kelemahan Pendekatan Realitas
1.      Klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistic dan karenanya bisa mencapai keberhasilan.
2.      Jangka waktu terapi yang relatif pendek dan berurusan dengan masalah tingkah laku sadar.
3.      Teknik yang digunakan kurang mampu mengungkapkan data yang dialami dari diri pribadi klien.
4.      Hanya menekankan perilaku tanpa mempertimbangkan sisi perasaan.
5.      Tidak memberikan penekanan yang cukup pada dinamika tidak sadar dan pada masa lampau individu sebagai salah satu determinan dari TLnya sekarang.
6.       Bisa terjadi suatu tipe campur tangan yang dangkal karena ia menggunakan kerangka yang terlampu disederhanakan.
7.      Tidak memperhatikan dinamika alam bawah sadar manusia.
  1. Di satu sisi pendekatan ini juga  memandang peristiwa masa lalu sebagai penyebab dari peristiwa sekarang.
Referensi :
Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar