expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 22 Maret 2015

Mengasah Kepekaan Diri


A.    Pengertian Kepekaan
Manusia tumbuh dan berkembang di sebuah lingkungan. Manusia pun tumbuh dengan rasa peka atau sensitivitas jiwa bermula dari lingkungan yang lebih luas dan global. Kepekaan terhadap lingkungan pun juga mengalami peningkatan. Seorang individu diasah dan ditempa untuk mengenal nilai moral baik buruk, pantas tidak pantas, mulia, hina, sikap-sikap yang membawa pada keberhasilan, atau pola perilaku yang mengakibatkan kegagalan. Tumbuhnya kepekaan diri dan kepekaan sosial tersebut selanjutnya akan membentuk kepribadian seseorang.
Bentuk kepekaan diri, antara lain: peka terhadap ekspresi wajah dan perasaan, pikiran, pendapat, dan lain-lain. Adapun kepekaan sosial contohnya peka terhadap berita di media massa, perilaku ikut-ikutan, gosip, fitnah, serta pergaulan. Observasilah ekpresi orang ketika mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Nisalnya saat sedih, senang, marah, dan sebagainya.
            Catatlah hal-hal sekecil-kecilnya, meliputi berikut ini.
1.      Gerakan mata: tatapan, gerak pupil atau gerakan hitam, arah pandang, lirikan, berkaca-kaca, dan tetesan air mata.
2.      Gerakan mulut atau bibir: senyum (tipis, sinis, lebar), pojok bibir (ke atas ke bawah), gemetar.
3.      Isyarat suara: datar, rendah, tinggi, berbisik, lantang.
4.      Isyarat tangan: bergerak, gemetar, mengepal, menuding, dan menggit jari.
5.      Gerakan badan: condong, mendekat, menjauh, jantung berdebar-debar.
Kepekaan diri akan menumbuhkan jiwa yang responsif, empati, dan peka terhadap apa yang terjadi di lingkukan sekitarnya. Kepekaan jiwa dapat menjauhi sikap egois, mau mennag sendiri, atau mementingkan diri sendiri.
Bagaimana menurut kalian sikap terbaik dalam menghadapi ekspresi perasaan orang lain? Bagaimana tutur kata atau ekpresi wajah atau tindakan kalian menanggapi perasaan orang-orang terdekat kalian?
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepekaan adalah sifat sensitif seseorang terhadap suatu keadaan atau perilaku orang lain, baik perilaku yang menyenangkan maupun perilaku yang tidak menyenangkan (menyakitkan). Sifat peka sangat erat hubungannya dengan perasaan/hati seseorang.
B.     Peka Terhadap Pemberitaan
Berita adalah kabar tentang sesuatu keadaan. Baik keadaan alam maupun keadaan manusia ataupun keadaan suatu negara di dunia ini. Sumber berita itu bisa dari mulut ke mulut, melalui radio, televisi, internet, maupun melalui media massa (koran, majalah).
Berita di media massa itu dahsyat pengaruhnya. Berita itu mudah tersebar secara luas, sehingga mempengaruhi pikiran dan sikap jutaan pembaca atau penerimanya. Inilah yang disebut bahwa berita dapat membentuk opini publik.
Bahayanya apabila berita itu menyangkut citra dan martabat seseorang. Khususnya bila berita itu tidak benar, isu, gosip, ditambah-tambah, dibelok-belokan, atau fitnah. Hal inilah yang sering dikeluhkan bahwa pemberitaan dapat menghakimi atau membunuh karakter seseorang individu. Ini tidak adil dan kejam! Di samping itu, jurnalistik memang menganut prinsip anomali, yaitu sesuatu yang anah, “sakit”, penyimpang, dan unik dinilai sbagai daya tarik berita. Naumun sayang, suatu berita dianggap seolah-olah mewakili keadaan mayoritas pada umumnya.

Untuk berita yang baik biasanya orang tidak begitu mempedulikan atau dianggap biasa-biasa saja. Tetapi untuk berita buruk menyangkut status seseorang seperti perselingkuhan, kawin cerai selebritis, korupsi pejabat, kasus narkoba bagi siswa SMP atau SMA akan cepat membuat heboh. Bahkan menjadi hot line (berita yang hangat) yang sangat diminati oleh para pembaca. Namun bagi pelajar harus selektif dalam mencerna atau membaca berita, bila kita mengetahui berita yang menyangkut kejelekan seseorang, maka tidak usah dibesar-besarkan. Bila perlu dieliminasi, agar tidak mudah tersebar meluas, sebagai pelajar hendaklah kita sendiri dan secara religius orang yang menjaga/menutupi aib saudaranya akan mendapatkan pahala di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar