expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 25 Oktober 2013

Mengembangkan Empati



Ada enam langkah dalam prosedur untuk menjadi petunjuk mengembangkan keterampilan empati, yaitu : 
1. Mengasumsikan Perbedaaan. 
Jika kita menerima bahwa kita bisa saja berbeda menghadapi konstuksi dan situasi yang berbeda, maka kita kan bebas membayangkan pikiran dan perasaan kita dari perspektif yang lain. Selama kita dapat menghubungkan perspektif dari hasil bayangan kita dengan perspektif orang lain yang sebenarnya, maka barulah kita dapatmelakukan empati. 
2. Mengenali Diri. 
Jika kita menyadari nilai, asumsi dan keyakinan individual secara kultural kita sendiri, yakni: bagaimana kita mendefinisikan identitas kita, maka kitatidak perlu takut kehilangan diri kita. Kita tidak akan kehilangan sesuatu yang dapat diciptakan kembali sekehendak kita. 
3. Menunda diri. 
Identitas yang dipertegas pada langkah langkah untuk sementara dikesampingkan. Salah satu cara memikirkan prosedur ini adalah membayangkan bahwa diri atau identitas adalah batas arbitrer yang kita tarik antara diri kita dengan dunia yang lain, termasuk orang lain. Penangguhan diri adalah perluasan batas ini secara sementara menghilangkan pemisahan antara diri dan lingkungan. Pusat perhatian pada langkah ini adalah bukan pada menunda ”isi” identitas (asumsi, nilai, perangkat perilaku,dan seterusnya). Tetapi, fokusnya terletak pada kemampuyan mengubah dan memperluas batas. 
4. Melakukan Imajinasi Terbimbing. 
Jika batas diri diperluas, perbedaan antara yanginternal dengan yang eksternal (subjektif dan objektif) dihapuskan. Dalam keadaan yang diperluas, kita dapat menggerakan perhatian kita ke dalam pengalaman peristiwa yang biasanya eksternal, bukan memusatkan perhatian kita kepada peristiwa tersebut. Geseran kesadaran ke dalam fenomena ini, yang biasanya tidak dihubungkan dengan diri, dapat disebut ”imajinasi”. Agar empati interpersonal yangcermat terjadi, kita harus membiarkan imajinasi kita dibimbing ke dalam pengalaman orang lain tertentu. 
5. Membiarkan Pengalaman Empati. 
Jika kita membiarkan imajinasi kita dibimbing ke dalam diri orang lain, kita sedang mengalami seakan akan orang itu adalah diri kita sendiri. Walaupun pengalaman ini imajinatif, intensitas dan ”realitasnya” tidak selalu lebih rendah dari pengalaman biasa kita. Intensitas pengalaman empati kita bahkan bisa lebih besar, sejajar dengan intensitas drama yang kadang kadang lebih besar dari kehidupan. 
6. Meneguhkan kembali Diri. 
Empati Interpersonal membiarkan penundaan identitas secara terkendali dan sementara untuk mencapai tujuan khusus, memahami orang lain. Jika tujuan ini tercapai, batas batas diri dapat ditegakkan kembali. Salah satu pengecualian diri ini mungkin saja berupa mempertahankan hubungan akrab di mana kita terlibat ” menjadi satu dengan orang lain”. Identitas diteguhkan kembali dengan, pertama tama, menciptakan lagi rasa keterpisahan antar diri kita dengan orang lain yang merupakan keadaan normal dalam kebudayaan kita. Jika perpisahan ini diperoleh kembali, isi pandangandunia kitasecara otomatis muncul lagidan dan dapat ditentukan pikiran dan perasaasn kita yang mana kepunyaan siapa. Mungkin jugaberguna mengontraskan reaksi simpati kita pada orang lain dengan pengertian empati. Dari kontar ini dapat muncul pengakuan yang jelas tentang perbedaan antar diri kita dan yang lain. Pengakuan ini yang memperkokoh perlunya empati.

 Sumber :
"Mengatasi Kaedah Emas Simpati dan Empati" (Milton J. Bennet)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar