expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 22 Oktober 2013

Asesmen Perilaku : Fase-fase dalam Proses Modifikasi Perilaku

Proses modifikasi perilaku yang berhasil paling tidak melalui fase-fase berikut ini :
  1. Skrining atau intake phase,
  2. Baseline,
  3. Tritmen, dan
  4. Tindak lanjut.   
      Untuk memperjelas pemahaman mengenai asesmen ini baik kiranya diamati terlebih dahulu aktivitasnya yang dilakukan pada setiap fase dari program modifikasi perilaku.

  1. Skrining atau intake phase
          Istilah fase intake biasanya dikenakan pada tahap awal dari proses pertemuan seorang klien dan trapis. Pada fase ini terapis memberi kesempatan pada klien untuk mnegisi formulir yang disediakan ataupun hanya wawancara umum dengan maksud agar terapis memperoleh informasi mengenai nama, alamat, usia, status perkwainan, dll. Pada fase ini, terapis juga dapat mengumpulkan informasi awal mengenai hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang mendorong klien datang menemui terapis.
         Fase ini sering disebut skrining karena fase ini berfungsi untuk memberi kesempatan pada terapis untuk menimbang apakah klien telah datang kepada terapis atau biro yang tepat untuk masalah yang dialaminya. Fungsi kedua, terapis atau biro tersebut dapat menginformasikan layanan-layanan yang diberikan, serta kode etik profesi. Fungsi ketiga, mendeteksi apakah klien yang datang masuk kategori krisis (misalnya dorongan bunuh diri atau penyalah gunaan obat) sehingga membutuhkan tindakan segera atau tidak. Bagi terapis tertentu, skrining ini memiliki fungsi keempat yaitu mengumpulkan data melalui tes-tes psikologi yang dapat digunakan untuk memperkuat diagnosa. Fungsi kelima dari fase skrining ini adalah untuk menentukan perilaku mana yang perlu diukur baselinenya.
  2. Fase Baseline
           Fase baseline adalah fase penilaian awal terhadap awal terhadap perilaku klien, yang merupakan sampel dari perilaku target. Fase ini dilakukan dengan beberapa kali pengukuran terhadap sampel perilaku tersebut pada situasi-situasi yang berbeda. Pengukuran dihentikan apabila hasil pengukuran sudah menunjukkan hasil yang konsisten.
          Selama fase baseline, terapis menilai seberapa jauh gap antara sampel perilaku yang ditunjukkan klien dengan perilaku target untuk menentukan level perilaku yang saat ini dimiliki klien. Pada fase ini, terapis juga melakukan pengamatan dan penilaian terhadap lingkungan tempat di mana klien hidup sehari-hari sehingga dapat mengumpulkan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang mungkin potensial mendukung atau menghambat proses modifikasi perilaku terhadap klien. Setelah diamati, terapis dapat diprediksi variabel apa saja perlu dikontrol untuk mencapai tujuan program modifikasi perilaku.
  3. Fase Tritmen
           Setelah baseline dilakukan, terapis memperoleh data yang lebih lengkap mengenai klien. Idealnya, pada saat ini terapis mulai merancang program modifikasi perilaku yang tepat bagi klien. Pada masalah-masalah kesulitan belajar, umunya program dalam bentuk pelatihan atau program pengajaran. Untuk masalah-masalah klinis atau komunitas, program yang lebih sering diusulkan adalah terapis atau intervensi komunitas.
            Dalam modifikasi perilaku, beberapa metode dapat disarankan pada beberapa klien dengan masalah-masaslah tertentu. Namun demikian selama metode diterapkan, sebagaimana pendekatan perilaku lainnya asesmen tetap terus menerus dilakukan.
  4. Fase Tindak Lanjut
           Fase tindak lanjut dilakukan untuk mengevaluasi mengenai keberlangsungan suatu perubahan perilaku tertentu. Bila perubahan tersebut dapat bertahan selama periode tertentu mengikuti perubahan perilaku yang terjadi setelah klien dikenai metode modifikasi perilaku, maka dapar disimpulkan bahwa metode tersebut efektif. Sebaliknya, bila perubahan itu tidak permanen maka dapat dikatakan bahwa problem yang sesungguhnya tidak terpecahkan secara tuntas.



    Sumber = Modul 1 dari Dosen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar