expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 06 Juli 2015

Pendakian Pertama di Gunung Merbabu: Hanya sampai Pos II :(

Pendakian pertama ini dilakukan saat saya masih semester tiga, sore itu kami memutuskan untuk berkumpul dirumah Dila di sekaran, wonosari, klaten. Sesampai disana saya disambut dengan hangat oleh Ibunya Dila, waktu itu Dila belum berada di rumah. Dia sedang menukar sepeda motornya dengan sepeda motor yang lebih kuat milik kakaknya. Karena rute jalan menuju gunung kan tinggi, jadi perlu sepeda motorpun yang kuat juga. Disana saya juga harus menunggu Kang Debi yang kembali pulang untuk mengambil kameranya yang ketinggalan dirumah. Tak lama ditunggu Kang Debi pun datang, dan disusul si Dila. Semua sudah terkumpul dan sekarang waktunya packing ulang. Melihat bawaan mereka, kayaknya bawaan dan cara packing saya salah dech. Si Dila aja sampai bilang, “Kamu bawa apa aja, Diah? Besar banget tasmu, ndak takut keberatan ntar?” “Hehhehehe, aku Cuma bawa yang dismsin Kang Debi nich, tapi kox tasku doanx ya yang terlihat besar. Duch salah bawa kali ye aku, hehhehe”
Setelah packing selesai, kita memutuskan untuk menuju ke Gapura Kampus saya, yaitu Gapura IAIN Surakarta yang lebih terkenal dengan nama Merapi, tapi bukan Gunung Merapi ya, lebih terkenal dengan Merapi karena disebelah gapura ada bengkel yang bernama Mega Merapi dan sering disebut Merapi. Kami memutuskan untuk menunggu di depan tempat potong rambut. Disitulah saya bertemu dan berkenalan dengan Mbak Elisa dan Mas Fajar. Setelah say hello, say hello akhirnya diketahui lah ternyata Mas Fajar itu juga mahasiswa IAIN. Tetapi Mas Fajar berbeda jurusan dengan saya, saya jurusan BKI dan Mas Fajar jurusan Ekonomi. Ternyata disana kami harus menunggu dua teman lagi dari Mas Fajar. Tepat pukul setengah 6 akhinya berkumpullah kami tujuh orang, dan memutuskan untuk berangkat. Keluar dari gapura IAIN Surakarta ambil kiri sampai depan kolam renang Kopasus belok kanan dan berputar arah menuju bundaran kartasura. Setelah sampai bundaran kartasura ambil kiri, jalanan boyolali, solo-semarang mulai kami arungi. Setelah itu kami, mengambil jalan menuju cepogo dan selo. Jalanan menuju selo pun, ulala banget jalanan naik dan belokan menukik yang sering disebut irung petrukpun, kami lalui dengan semangat. Udara dingin menyambut kedatangan kami, dan mulai menusuk ke tulang. Rasanya ingin mengurungkan niat mendaki karena dingin yang tidak terkira. Sampai di Polsek Selo kami belok kanan memasukki gang dan menuju basecamp merbabu. Basecamp merbabu ini berada di dalam desa. Untuk mencapai basecamp tersebut jalanan naik menukik dan gelap menyambut kami. Dan alhasil, saya harus turun dari boncengan dan jalan kaki dibeberapa tanjakkan karena sepeda Kang Debi tidak kuat membawa beban naik tanjakkan. Duch, mendaki gunung aja belum, tapi udah jalan naik dengan bawaan berat sekali. Hheemm, tak disangka setelah berjalan cukup jauh akhirnya sampailah dibasecamp Merbabu. Disana kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan tak lupa menunaikan shalat maghrib dan isya. Setelah kewajiban sudah ditunaikan dan istirahat dirasa cukup, sekitar pukul 9 kami memutuskan keluar dari basecamp dan memulai pendakian. Ternyata jalanan beraspal dari basecamp sampai gerbang pendakian, masih luumayan lah. Saya pikir mah keluar basecamp langsung jalan setapak, ternyata tidak. Semangat lah, hehhehe. 

Tepat di depan gerbang pendakian selo, kami memanjatkan doa untuk keselamatan kami dan mohon perlindungan Allah. Mas Fajarpun memimpin doa, setelah doa selesai senter mulai dinyalakan. Duch awal jalan aja, saya udach salah bawa senter. Ya, saya membawa senter dengan cahaya merah, dan kata teman-teman kalau untuk pendakian lebih baik pakai senter cahaya putih. Dengan alasan cahaya putih itu jarak pancarannya lebih jauh dan lebih terang. Oke dech, lain kali kalau naik ndak pakai senter ini lagi dech, tapi kayaknya nggaakk akan naik lagi dech. Baru jalan belum ada lima menit aja, udach teriak “break” nafas mulai tak teratur. Setelah istirahat dirasa cukup, kami mulai jalan lagi. Di perjalanan pendakian pertama ini, kami khususnya saya lebih banyak beristirahat, mungkin baru pertama kali saya belum terbiasa. Waktu yang biasa ditempuh dari basecamp ke pos 1 adalah 1-1,5 jam, karena saya yang melewati hingga mencapai hampir 2  jam an. Di pertengahan perjalanan pos 1, sepatu saya rusak ternyata dan tidak memungkinkan untuk dipakai, akhirnya salah satu teman mas Fajar meminjamkan sandalnya untuk saya. Duch, salah lagi kan saya, sendal yang saya pakai tidak sesuai. Dan karena bawaan kami sudah berat, maka sepatu saya ditinggal di atas pohon yang ambruk kalau besuk masih ada ya dibawa pulang, kalau tidak ada ya diikhlaskan saja kali ye, hhehehe.
Pos 1 akhirnya sudah kami lewati, karena cuaca yang sangat dingin kami memutuskan untuk mengeluarkan peralatan memasak. Jjiiaah, sang koki langsung dengan sigap menyiapkan minuman hangat. Ditunggu dan ditunggu akhirnya minuman hangat pun siap dinikmati didampingin makanan ringan. Dirasa istirahat cukup, peralatan memasakpun dipacking ulang dan perjalanan siap dilanjutkan.

Perasaan ogah-ogahapun mulai merasuk ke diri, tapi perasaan perkewuh dan tidak enak kepada teman-temanpun mampu melawan itu semua. Perjalanan menuju pos dua pun semakin ulala, tanjakkan mulai ditemui. Satu jam berlalu, akhirnya pos bayangan pun kami lewati. Di sinilah kami mulai istirahat lagi. Di pos bayangan itu ternyata baunya tidak sedap, mungkin banyak yang buang air kecil disini yang menyebabkan bau tidak sedap. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke pos 2, jalanan tanah disertai batu besarpun kami lewati. Ditengah perjalanan, seolah-olah tergelitik untuk melihat ke belakang, daripada penasaran akhirnya saya membalikkan badan, subhanallah sungguh indah kemerlap lampu yang menyala membelah jalanan. Terlihat dengan jelas jalanan boyolali kota dengan indahnya. Terlalu lama diam ternyata membuat badan kedinginan, dan kaku untuk bergerak. Dan kami memutuskan untuk berjalan lagi. Sekitar pukul 1 akhirnya kami sampai dipos 2, karena tenaga yang tak mungkin lagi diperas untuk mengarungi perjalanan menuju puncak merbabu. Kami memutuskan untuk istirahat dan ngecam dipos 2. Peralatan ngecam kami keluarkan dengan ekstra hati-hati, dome dan peralatan masakpun juga dikeluarkan. Karena cacing diperut udach pada demo, maka kami bagi tugas ada yang mendirikan dome dan ada yang memasak mie. Setelah dome berdiri dengan gagah, cacing udah disuap dengan mie, kami bersiap-siap untuk memejamkan dan berharap mimpi indah. Saat itu sangat dingin banget, tidurpun kami sangat terganggu.
Saat mata masih terpejam, telinga mulai tergelitik oleh salah satu alarm adzan subuh dari handpone, akirnya kami mulai lah menyiapkan diri untuk menunaikan shalat subuh. Shalat subuh selesai, ternyata sb memanggil-manggil untuk disentuh lagi. Karena masih dingin banget, tanpa pikir panjang langsung sambar aja sb tersebut dan mulai memejamkan mata kembali. Dua jam berlalu, mata mulai digelitik oleh pancaran cahaya yang sedikit menghangatkan tubuh. Mata langsung melirik jam tangan, “What?”, udach hampir jam 7 ternyata. Akhirnya kami semua membuka dan berunding untuk melanjutkan pendakian kali ini atau tidak, karena teman-teman sudah lama tidak melakukan pendakian dan ini pendakian pertama saya. Dan fisik belum terbiasa, kami memutuskan tidak melanjutkan pendakian. Akhrinya di pos 2 ini lah kami melakukan pemotretan-pemotretan nnggaakk jelas alias narsong. Pemotretan selesai akhirnya kami memasak mie lagi untuk bahan bakar menuruni pos 2 menuju basecamp. Sarapan usai, kami akhirnya packing, satu persatu barang dimasukkan dan ditata rapi di dalam tas kami masing-masing. Semua udach dipacking, sudah dimasukkan semua, kami meninggalkan pos 2 menuju bacesamp.
Perjalanan turun ternyata lebih menakutkan, tak disangka semalam melewati jalanan seperti ini. Bingung turun, takut terpeleset, takut njungkel semua ada diotak. Berbekal yakin dalam menepakkan kaki, akhirnya pos 1 udah di depan mata. Sepertinya udach kangen berat seperti bertahun-tahun tidak ketemu basecamp, pos 1 Cuma untuk numpang lewat aje lah, hehhehe. Akhirnya kami melewati jalanan dimana saya kemaren menaruh sepatu, ternyata sepatu saya masih ada dan katanya kan, klo gunung, “Jangan tinggalkan apapun selain jejak”, maka sepatu tersebut saya ambil kembali. Dijalanan menuju baecamp, kami mulai foto-foto ndak jelas gitu. Akhirnya kami sampai di gerbang pendakian selo, disinilah pemotretan diakhiri dengan foto bersama. Alhamdullillah syukur selalu saya panjatkan, akhirnya kami sampai di basecamp merbabu walaupun puncak tidak kami capai. Perasaan tidak enakpun hadir, perkewuh kepada teman-teman karena saya merasa membuat pendakian menuju puncak teman-teman terganggu. Tetapi disinilah saya belajar banyak pelajaran, antaralain tentang kebersamaan, kesolidaritasan, kepemimpinan, dan laim-lain.

Terimakasih Kang Debi, Mbak Dila, Mas Fajar, Mbak Elisa, dan 2 teman dari Mas Fajar telah menemani pendakian pertama saya. Dan kalian yang pertama kali mengenalkanku akan gunung yang sebenarnya. Terimakasih.. J J J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar