expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 06 Juli 2015

“Tradisi Yaqowiyyu di Jatinom Klaten”

Tugas Sejarah Dakwah Lokal
“Tradisi Yaqowiyyu di Jatinom Klaten”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Dakwah Nusantara
Dosen : Dr. Syamsul Bakri, S.Ag, M.Ag

LOGO
Disusun oleh :
Diah Astuti Saputri Retnaningsih
121221020
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
SURAKARTA
2015
Tradisi sebaran apem yaqowiyu ini salah satu sejarah dakwah lokal yang ada di daerah saya. Tradisi ini berada di jatinom, klaten. Sejarah tradisi sebaran apem yaqowiyu memang tak lepas dari sosok Ki Ageng Gribig. Sejarah kue apem ini berawal dari saat Ki Ageng Gribig selesai menunaikan ibadah haji dari Mekah membawa beberapa buah kue apem untuk oleh-oleh anak cucunya. Karena tidak cukup, maka Nyi Ageng Gribig membuat apem lagi sekaligus untuk dibagikan kepada penduduk Jatinom dan saat membagikan apem beliau meneriakkan kata “yaqowiyu” yang artinya “Tuhan berilah kekuatan”. Oleh karena itu momen tersebut diabadikan dalam sebuah tradisi setiap satu tahun yang dikenal sebagai Tradisi Yaqowiyu.
Kyai Ageng Gribig juga meminta kepada orang-orang Jatinom di bulan Sapar, agar merelakan harta bendanya sekedar untuk zakat kepada sesama yang datang (tamu). Oleh karena orang-orang semua tahu bahwa Nyai Ageng Gribig sedekah apem, maka kini penduduk Jatinom ikut-ikutan membawa apem untuk selamatan. Sekarang ini orang-orang Jatinom membawa apem untuk diserahkan ke panitia penyebaran apem, dan sesudah sholat Jumat disebarkan di lapangan.
Menurut kepercayaan warga, apem tersebut sebagai syarat untuk bermacam-macam maksud. Bagi petani dapat untuk sawahnya, agar tanamannya selamat dari hama. Ada yang percaya bahwa apem tersebut akan membawa rezeki, membawa jodoh, dan lain-lain. Bahkan, ada yang percaya siapa yang mendapat banyak apem pada perebutan itu sebagai tanda akan memperoleh rezeki melimpah. Saking percaya hal itu ada yang kaul (nadar) menggelar wayang kulit, atau pertunjukan tradisional yang lain.
Pada Kamis siang sebelum apem disebar pada hari jumat, apem disusun dalam dua gunungan yaitu gunungan lanang dan gunungan wadon. Gunungan apem ini lalu akan diarak dari Kantor Kecamatan Jatinom menuju Masjid Ageng  Jatinom yang sebelumnya telah mampir terlebih dahulu ke Masjid Alit Jatinom. Arak-arakan ini diikuti oleh pejabat-pejabat kecamatan, kabupaten, Pemerintah Daerah Kabupaten, Bupati (atau yang mewakili), Disbudparpora (Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga) dari Klaten. Arak-arakan jalan kaki ini juga dimeriahkan oleh marching band, reog, seni bela diri dan Mas Mbak Klaten yang terpilih.
Setelah kedua gunungan apem sampai di Masjid Ageng Jatinom maka gunungan apem tersebut dimalamkan di dalam Masjid untuk diberi doa-doa. Pada hari Jumat setelah sholat Jumat, apem tersebut disebar oleh Panitia bersama dengan ribuan apem sumbangan dari warga setempat. 
Banyak orang berpendapat bahwa apem yang ada di gunungan dan telah dimalamkan di Masjid Ageng itulah apem yang paling “berkhasiat” atau manjur. Menurut banyak warga sebenarnya dari ribuan apem yang disebar apem yang telah dimalamkan di Masjid tersebut adalah apem yang benar-benar punya berkah. Tapi meskipun demikian tidak berarti ribuan apem lain yang disebar tidak membawa berkah, masyarakat percaya bahwa apem-apem yang disebar itu punya berkah. Menurut para sesepuh Jatinom, gunungan apem itu mulai diadakan sejak 1974, bersamaan dengan dipindahnya lokasi sebaran apem dari halaman Masjid Gedhe ke tempat sekarang. Sebelumnya, acara sebaran apem tidak menggunakan gunungan.

Jumat siang, ribuan orang memadati lapangan di dekat Masjid Ageng Jatinom  Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten untuk berebut kue apem yang disebar, yaa qowiyyu yang dirayakan pada setiap hari Jumat bakda sholat Jumat pada pertengahan bulan Sapar ini telah ada sejak jaman sejarah Kyai Ageng Gribig dan sampai saat ini masih dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar