expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 06 Juli 2015

Pendakian Gunung Lawu, Perdana

Pendakian lawu perdana ini, tanpa persiapan yang matang dan sangat mendadak. Kami berangkat mendaki tanggal 24 Januari 2014 hari sabtu tepat saat siangnya terjadi gempa yang dapat dirasakan sampai klaten dan pusat gempa tidak saya ketahui jelas. Sehari sebelumnya, yaitu hari jumat malam saya disms mbak ita,
“Diah, besuk naik yuk?”
“Naik kemana mbak?”
“Lawu.”
“Sama siapa aja mbak?”
“Sama temanku anak kampus juga. Mau ya, temani aku naik?”
“Belum bisa jawab, mbak. Minta izin Ibu dulu aku.”
Mungkin begitulah singkat sms awal rencana pendakian Lawu perdana. Setelah sms selesai, saya mencoba meminta izin ke Ibu. Ibupun mengizinkannya dan saya membalas pesan mbak Ita untuk mengiyakan ajakan naik Lawu.
Tepat siang hari sebelum malam pendakian, saya bermain kerumah teman saya dan saat itulah terjadi gempa bumi. Pendakianpun terbesit untuk saya pending, tetapi persiapan dari mbak Ita dan temannyapun sudah ready. Ragupun menghampiri, tanya lagi ke Ibu. Ibupun menyerahkan semua kepada saya, dan saya minta pendapat kepada teman saya yang lain. Jangan berangkat. Itu jawaban yang langsung diberikan. Saat mau mengabari untuk memending pendakian, mbak itapun sudah datang kerumah dengan membawa dome. Duch, masak iya mau batalin padalah udah pada semangat. Itulah yang terbesit dalam pikiran saya. Dengan basmalah, saya putuskan untuk melanjutkan rencana pendakian ke Gunung Lawu. Persiapanpun saya lakukan. Cari barang dan alat kesana-kemari saya lakukan. Dan saya dengan mbak Ita janjian untuk berkumpul ke rumah saya setelah isya.
Sekitar pukul setengah delapan, mbak ita sudah menghampiri saya untuk melakukan pendakian. Saya memohon izin dan doa restu ke Ibu, lalu saya bersama mbak Ita meninggalkan rumah saya menuju kampus saya, IAIN Surakarta untuk bertemu dengan Mas Ahsan. Kami berkumpul di SC IAIN Surakarta untuk memacking ulang bawaan kami. Setelah siap, kami mulai meninggalkan kampus saya tercinta, menuju basecamp gunung lawu. Dan Mas Ahsan memilih basecamp Cemoro Sewu untuk dijadikan awal pendakian lawu kali ini. Jalanan solo karanganyar, karanganyar tawangmangu dan tawangmangu magetan siap kami arungi. Semakin kami dekat dengan basecamp, dingin dengan sigap menusuk-nusuk tulang kami. Dingin tetap kami hadapi, kami mencoba melawan dingin. Tak terasa basecamp pun kami capai. Kami memarkirkan sepeda motor dan mencari perlindungan dari sergapan dingin. Basecamp cemoro kandang saat itu termasuk dalan keadaan sepi, karena banyak pendaki yang lebih memilh mendaki melalui cemoro sewu. Sebelum naik kami memutuskan untuk mengisi perut yang mulai kroncongan. Soto dengan teh hangat yang kami pinta, tak lama semangkok soto dan teh hangat udah dihadapan siap untuk disantap. Setelah selesai makan, kami kembali ke basecamp untuk mendaftar mendaki.






Sekitar pukul setengah dua belas, dan diawali dengan doa kami memulai pendakian. Pendakian melalui cemoro kandang lebih sepi, karena banyak pendaki yang memilh melewati cemoro sewu. Karena kata orang-orang kalau lewat cemoro kandang itu lebih jauh, jalannya agak mutar. Dan kalau cemoro sewu jalanan sudah bertangga dan diatas ada yang jualan. Baru berjalan setengah jam, saya sudah sering meminta untuk beristirahat. Badan saya mulai tidak bersahabat, kepala pusing, perut ndak enak, mual pengen muntah. Semua terasa ndak enak dan ingin mengakhiri pendakian ini. Tetapi, mbak Ita dan mas Ahsan selalu memberi semangat kepada saya. Dan saya mulai jalan pelan-pelan. Tetapi belum nyampai pos satu, saya pun sudah tidak tahan lagi, rasa pusing dan lemas pun menyerang saya. Dan sayapun terjatuh dan tiduran di atas pohon yang roboh. Rasanya untuk mengangkat kepala saja yang tidak kuat. Dan mas Ahsanpun memutuskan untuk ngecamp karena melihat kondisi saya yang tidak memungkinkan. Ditunggu dan ditunggu akhirnya dome pun berdiri dengan gagahnya. Dan saya disuruh untuk masuk kedalam dome, tetapi saat saya mencoba berdiri, saya malah terjatuh, lemas sekali dan pusing yang saya rasakan. Akhirnya mbak Ita memapah saya menuju dome. Di dalam dome saya langsung memakai sb dan disuruh untuk tidur. Saya mencoba memejamkan mata, tapi rasa mual membuat saya susah memejamkan mata. Minumn hangat diberikan kepada saya dan saya mencoba meminumnya. Dan saya mulai memejamkan mata kembali. Akhirnya sayapun terpejam, hingga akhirnya saya terbangun oleh sorotan matahari yang menyinari alam ini.
Setelah terbangun kami mulai menyiapkan nesting dan kompor untuk memasak mie untuk mengisi perut kami. Setelah dirasa kondisi memungkinkan, kami memutuskan untuk packing dan melanjutkan perjalanan pendakian kali ini. Alhamdulillah saya sudah merasa enakan, walaupun masih terasa lemas. Akhirnya, kami sampai di pos 1. 

Di pos 1 kami memutuskan untuk beristirahat dan segera keluarkan kamera dan mulai ngeksis. Cepret sana cepret sini, gaya gini gaya gitu. Dirasa cukup kami melanjutkan pendakian kami, jalanan tanah pun kami susurui. Bau menyengat dari belerang pun menganggu hidung saya. Akhirnya sampailah di pos 2, kami beristirahat lagi. Dan mulai foto-foto lagi. Setelah melihat alat waktu, ternyata tidak memungkinkan kami untuk melanjutkan pendakian. Dikarenakan sorenya kami sudah mempunyai acara masing-masing. Akhirnya kami memutuskan untuk turun kembali, dan pendakian perdana lawu ini puncak kesepakatan kami adalah pos 2.
Disepanjang perjalanan turun, kami selalu ngeksis untuk berfoto-foto. Tapi saat ditengah perjalanan ke pos 1, sungguh sangat disayangkan kami melihat bapak-bapak yang menebang pohon yang kayunya akan dibawa pulang. Karena wajah bapak itu sangat sangar, maka kami hanya lewat dan menganggukan kepala. Tatapan sinis dari bapaknyapun kami terima. Karena cari aman, kami mempercepat laju perjalanan menuju basecamp. Alhamdulillah suara sepeda motor sudah terdengar dengan jelas, tandanya basecamp semakin dekat. Puji syukur kami haturkan saat kami sampai di basecamp. Kami memutuskan untuk beristirahat sebentar sebelum memutuskan untuk pulang ke rumah kami masing-masing. Istirahat cukup, kamipun memutuskan untuk pulang tak lupa kami berpamitan kepada bapak penjaga basecamp. Jalanan menuju karanganyarpun siap kami arungi, dan alhamdulillah kami sampai dirumah dengan selamat.

Terimakasih untuk Mbak Ita dan Mas Ahsan, yang telah memberikan pelajaran baru dalam pendakian kali ini. Dan terimkasih telah merawat saya, saat saya tepar. Maaf pula sudah banyak merepotin dan maaf belum bisa sampai puncak. Terimakasih JJJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar