SAD: Separation Anxiety Disorder
(Takut Pisah)
Kalau
bayi sih wajar banget nempel sama mama. Tapi semakin besar seorang anak,
mestinya sih lebih berani pisah dari mama. Walaupun begitu, ada juga kok
anak-anak yang gak berani berjauhan sama orang tuanya. Yuk kita bahas di takut pisah
Kapan sih takut pisah
dianggap normal? Biasa muncul di sekitar usia 6 bulan, normal sampai sekitar usia 5 tahun.
Jika diatas usia 5 tahun masih terus takut
pisah, bahkan menolak melakukan berbagai hal, tak mau sekolah karena tak
mau pisah dari orang tua, maka itu mungkin jenis takut pisah yang berlebihan, dan bahkan meungkin mengalami “separation anxiety disorder”. Belum
tentu sih, tapi coba cek. Pada beberapa bagian tulisan ini, sesekali “separation
anxiety disorder” disingkat dengan SAD.
Biasanya
anak takut pisah dengan orangtuanya, secara khusus mamanya. Ada juga anak yang
takut pisah dengan pengasuh, nenek, dll. Orang yang menjadi obyek takut pisah anak sering kita sebut
sebagai “major attachment figure” atau mudahnya kita sebut dengan figur
terdekat.
Tidak
semua takut pisah adalah “separation anxiety disorder”. Apa
beda takut pisah normal dengan SAD?
Pertama,
bedanya pasti di usia. Anak balita sih masih wajar takut pisah dengan orangtua.
Tapi anak yang udah SD/SMP? Mungkin itu SAD. takut pisah mungkin alami SAD
jika:
1) Cemas
berlebihan bahwa akaan terjadi sesuatu yang buruk pada figur terdekatnya.
2) Cemas
berlebihan jika suatu kejadian membuat terpisah permanen, dan gara-gara terlalu
cemas jadi maunya nempel terus ke figur terdekat.
3) Sering
mimpi buruk, dengan tema-tema perpisahan. Contoh mimpi anak burung terpisah
dari mama burung.
4) Menolak
pergi ke sekolah dengan banyak alasan, melakukan apapun supaya bisa tetap di
rumah, atau supaya dekat dengan figur terdekatnya.
5) Kadang
anak alami sulit tidur, saking takut pisahnya dengan figur terdekat, takut
sendirian, dan takut dengan mimpi buruknya. Jika figur terdekat sedang pergi,
anak mungkin menolak tidur, bela-belain nungguin walaupun ngentuk berat.
Menolak tidur juga ketika jauh dari rumah. Jika sampai tertidur, mungkin
mengalami ngompol.
6) Ada
keluhan fisik seperti pusing, sakit perut, sakit di dada, gemetar, mual, dll.
Keluhan terjadi sebelum & setelah berpisah.
7) Anak
berusaha terus bersama figur terdekat, menolak sendirian, menolak sekolah/ikut
macam-macam kegiatan, takut situasi baru.
Semua
kecemasan berlebihan di atas tak hanya membuat anak takut pisah, tapi juga
berusaha jadi pelindung buat figur terdekat. Anak mungkin menghalangi figur
terdekat melakukan beberapa kegiatan atau bertemu beberapa orang karena terlalu
takut ada kejadian buruk menimpa. Akibatnya figur terdekat jadi sulit
beraktivitas karena terus ‘ditempel’ anak takut pisah SAD. Anak sendiri
sebetulnya tak suka, tapi tak berdaya. Untuk menghindari pisah, anak takut
pisah yang SAD bisa berteriak-teriak, tantrum, menangis, bahkan mengancam bunuh
diri jika ditinggal / pisah. Biasanya orangtua anak takut pisah SAD jadi amat sangat stres, karena
terus-terusan diikuti, anak terlihat beda dengan oranglain, juga karena
ancaman-ancaman anak. Saya sempat ketemu juga anak-anak yang SAD & sampai
alami serangan panik: sesak napas, pusing, mual, terasa panas gara-gara takut
pisah berlebihan.
Mengapa
anak bisa takut pisah SAD? Kadang karena ada keluarga yang alami gangguan
kecemasan, atau pola asuh yang kurang tepat. Kalau sekadar takut pisah biasa,
trik-trik berikut bisa membantu:
1) Usahakan
situasi (pengasuh & rumah) tetap, tidak ganti-ganti, supaya anak merasa
aman.
2) Jika
harus berpisah, jadwalkan pada saat anak cukup makan dan tidur. Misalnya
setelah bangun tidur/ setelah makan. Anak yang lapar dan mengantuk jauh lebih
rewel dan takut pisah dibandingkan anak yang sudah cukup makan dan cukup tidur.
3) Jika
berpisah, pastikan anak bersama orang yang dipercaya orangtua. Biarkan anak
beradaptasi & merasa nyaman dulu dengan orang tersebut.
4) Jika
berpisah, orangtua pamit, lalu secara terbuka dadah-dadah dan tersenyum dan
pergilah. Jangan ngumpet-ngumpet walaupun anak nangis. Kalau orangtua ngumpet
demi anak tidak menangis, anak akan tambah takut pisah & maunya nempel
karena tak percaya bahwa orangtuanya akan kembali. Semakin sering anak
membuktikan bahwa setelah berpish ia
akan baik-baik saja, maka ia tak lagi takut pisah. Maka seringlah berlatih.
5) Anak
menangis keras bahkan memberontak ketika berpisah? Pastikan pengasuh pegang
erat-erat, orangtua tetaplah pergi. Jika orangtua menyerah dan akhirnya mengajak
anak, anak akan tahu bahwa orangtuanya akan mengajaknya kalau ia memberontak.
Ia tambah takut pisah
6) Bikin
roleplay (bermain pura-pura) dengan skenario berpisah. Misalnya, boneka harus
dadah-dadah ke mama & mama terlihat oke-oke aja.
7) Kurangi
film serem, kurangi menonton TV apalagi yang mungkin menakutkan bagi anak.
8) Jangan
melabel anak sebagai ‘penakut’ atau ‘maunya nempel mama’. Doa tesebut akan
membuat anak semakin takut pisah. Sebaliknya yakinkan anak bahwa ia anak yang
berani. Tentunya nggak usah berlebihan ketika menyakinkan anak.
9) Penuhi
janji Anda. Misalnya janji pulang jam 5 sore, usahakan sekuatnya agar pulang
selambatnya jam 5.
Trik-trik
tadi jika dilakukan konsisten akan membantu anak-anak takut pisah normal. Tapi
jika anak alami SAD, mungkin trik tadi belum cukup. Walaupun belum cukup,
trik-trik tadi tetap harus dilakukan untuk membanu anak takut pisah bisa
berpisah dengan lega hati. Ingat, anak takut pisah yang sampai alami SAD
usianya sudah cukup besar. Misalnya kelas 1 SD bahkan lebih tua. Jadi trik
–trik berikut banyak gunakan diskusi.
a) Coba
pahami betul-betul bahwa anak memang betul-betul takut & cemas, bukan
dibuat-buat. Berempatilah kepadanya.
b) Ajak
anak membicarakan kecemasannya, apa yang ia cemasukan, apa ketakutan
terbesarnya jika berpisah dengan orangtua. Kalau anak disuruh ‘jangan pikirkan
takutnya’, kadang justru tambah kesulitan dan akhinya malah tambah takut pisah.
c) Usahakan
ada rutinitas yang jelas sehari-hari. Jika ada perubahan, usahakan bicarakan
dulu sebelumnya jangan tiba-tiba berubah.
d) Beri
batasan yang jelas. Contoh, ketika mama mandi, anak betul-betul harus di luar
kamar mandi, tak boleh ikut masuk.
e) Berikan
pilihan, Misalnya jika pergi sama mama maka tak beli apapun, tapi jika pergi
dengan tante bisa jajan makanan favoritnya.
f) Walaupun
orangtua sudah dia akan menjerit-jerit ketika pisah, tetap usahakan tenang
& yakin bahwa anak bisa pisah. Jika orangtua justru tak yakin dan ikut
cemas, anak akan merasakan kecemasan tersebut & tambah takut pisah SAD.
g) Jika
tanpa sengaja anak berpisah sebentar & oke-oke saja, sampaikan penghargaan
dan pujian orangtua.
h) Carikan
kegiatan-kegiatan yang anak sukai, dan dorong anak untuk menikmati kegiatan
tersebut. Carikan teman-teman yang cocok dengan anak.
i)
Bolos sekolah? Esoknya segera masuk
lagi, walaupun Cuma sebentar. Semakin lama anak bolos, semakin sulit masuk
sekolah lagi.
j)
Kerjasama dengan guru, jangan sampai
guru yang justru melabel anak sebagai penakut/malas sekolah. Sebaliknya guru
bisa membantu anak agar senyaman mungkin berada di sekolah walapun telat/pulang
cepat, sehingga berkurang rasa takut pisah.
k) Bawakan
ke sekolah: barang mama (agar anak bisa pegang ketika sedang cemas). Bisa juga
tempelkan kertas di belakangnya ‘I Love You’
Jika
sudah lakukan semua trik secara konsisten dan anak masih juga takut pisah SAD,
ajak anak beberapa kali ke psikolog anak. Ada banyak jenis terapi psikologis
untuk anak takut pisah SAD, perlu
dilakukan berulangkali sampai simptom
berkurang dratis.
Nah
itu dia sedikit tulisan saya. Semoga membuka mata bahwa anak-anak yang takut
pisah berlebihan & butuh penangan lebih intensif.
Sumber: @AnnaSurtiNina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar