BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Masalah
Pergi ke sekolah bagi remaja merupakan suatu hak
sekaligus kewajiban sebagai sarana mengenyam pendidikan dalam rangka
meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sayang, kenyataannya banyak remaja yang
enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Banyak yang
akhirnya membolos.
Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy
ini dilakukan dengan cara, subyek tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan
berseragam, tetapi mereka tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya
ditemukan pada remaja mulai tingkat pendidikan SMP namun masih
ada sebagian di tingkat SMA.
Memang cerita bolos sewaktu pelajaran sudah
tidak asing lagi bagi sebagian kalangan murid ataupun masyarakat. Bolos atau
meninggalkan jam pelajaran saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di
sekolah, itu merupakan hal yang sering dilakukan oleh para pelajar. Namun tetap
saja boleh dikatakan wajar sebab sikap dasar manusia yang selalu saja ada
secuil rasa bosan yang timbul di benak subyek untuk menghadapi pelajaran.
Terlebih bagi mereka yang sudah menjadikan bolos ini sebagai hobi atau agenda
wajib saat sekolah, mereka yang malas-malasan dan hanya ingin bersenang-senang
saja. Mereka lebih memilih untuk meninggalkan kelas daripada harus mendengarkan
penjelasan pembimbing yang tidak mereka mengerti. Mungkin masalah yang seperti
ini sering dianggap sepele oleh sebagian kalangan, namun hal ini sangatlah
disayangkan terutama bagi pemerintah yang sudah berusaha keras untu memajukan
pendidikan di Indonesia.
Dan untuk kepedulian peneliti kepada merosotnya kedisiplinan dalam pendidikan, maka peneliti melakukan penelitian tentang para subyek yang
membolos saat jam pelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka
yang menjadi rumusan masalah adalah
1. Apa
yang dimaksud membolos?
2. Apa
yang menyebabkan subyek membolos?
3. Apa
akibat dari membolos?
4. Apa
yang dilakukan untuk menangani membolos?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas maka tujuan yang hendak
dicapai dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui
pengertian dari membolos.
2. Mengetahui
penyebab subyek membolos.
3. Mengetahui
akibat dari membolos.
4. Mengetahui
penanganan dari membolos.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dasar
Teori
Yang dimaksud dengan membolos sekolah di sini adalah
keadaan dimana subyek tidak datang ke sekolah untuk mengikuti pelajaran
sebagaimana mestinya pada jam yang telah ditetapkan. Suatu perbuatan mangkir,
melarikan diri dari aktifitas sekolah. Membolos juga dapat diartikan sebagai
perilaku subyek yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau
bisa juga dikatakan ketidakhadiran dengan alasan yang tepat banyak faktor
menyebabkan subyek membolos, antara lain:
1. Pengertian
Faktor Penyebabnya
Yang
dimaksud dengan faktor penyebab disini adalah segala yang menjadi alasan yang
ada kaitan dengan kegiatan belajar, sehingga subyek tidak hadir di sekolah
tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
2. Faktor-faktor
Penyebab Subyek Bolos Sekolah
Beberapa
faktor penyebab subyek bolos sekolah diantaranya adalah
a. Faktor
Internal, yaitu faktor yang berasal dari subyek, berupa
1) Perilaku
dan kebiasaan subyek yang memang tidak suka belajar. Sekolah hanya dijadikan
tempat mangkal karena kalau di rumah nanti disuruh kerja dan tidak dapat uang
jajan sekolah.
2) Tidak
ada motivasi belajar. Subyek sepertinya tidak ada dorongan untuk maju entah
bercita-cita menjadi apa, sehingga ia tidak merasa perlu untuk sekolah secara
baik.
b. Faktor
Eksternal, berasal dari luar.
1) Dipengaruhi
oleh teman yang suka bolos, hal ini bisa terjadi. Misalnya karena ia punya
teman yang suka bolos dan bermain, seperti ditaman, intenet, dll.
2) Tidak
mampu mengikuti pelajaran di sekolah, artinya subyek tidak mampu menguasai
pelajaran tertentu sehingga menyebabkan ia malah belajar/bolos.
3) Tidak
mengerjakan PR, artinya bahwa subyek yang bersangkutan mempunyai tugas dari pembimbing
yang belum diselesaikan, sehingga ia takut masuk nanti dimarahi pembimbing.
4) Peraturan
sekolah longgar. Peraturan dan pengawasan sekolah yang longgarkurang begitu
memperhatikan anak didiknya dengan alasan tertentu juga bisa menjadi penyebab subyek
gapang bolos karena pihak sekolah tidak pernah menindaklanjutinya.
5) Suasana
belajar tidak menarik. Hal ini bisa terjadi kalau pembimbing yang mengajar
kurang memperhatikan suasana belajar dikelas bagaimana agar subyek merasa
senang setiap mengikuti pelajaran yang disajikan.
6) Hukuman
yang tak setimpal atas kesalahan/pelanggaran yang dilakukan subyek. Kadangkala
ada pembimbing yang tidak mampu menahan emosi karena pelanggaran yang
berulang-ulang dilakukan oleh subyek sehingga hukuman yang diberikan melebihi
apa yang seharusnya.
3. Akibat
yang ditimbulkan subyek sering membolos.
Subyek
yang dapat datang ke sekolah tapi sering juga membolos, akan mengalami
kegagalan dalam pelajaran. Meskipun dalam teori pembimbing harus bersedia
membantu subyek untuk mengejar ketinggalan pelajaran, akan tetapi akan sulit
dalam prakteknya karena hal ini sukar dilakukan. Karena pelajaran kelas akan
berjalan terus, tidak mungkin kembali lagi
ke awal untuk mengejar ketinggalan. Bahkan kalau subyek tersebut hadir,
ia tidak akan mengerti apa yang akan diajarkan oleh pembimbing, karena ia tidak
mempelajari pelajaran sebelumnya dari mata pelajaran yang diperlukan untuk
dapat mengerti apa yang akan diajarkan oleh pembimbing. Selain mengalami
kegagalan dalam pembelajaran, subyek tersebut akan mengalami perasaan yang
tersisihkan dari teman-temannya. Hal ini terkadang manakala subyek
tersebut sudah parah sehingga anggapan
teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.
Hal
yang tidak mungkin terlewatkan ketika subyek membolos adalah hilangnya rasa
disiplin dalam dirinya, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila
diteruskan, subyek tidak peduli dengan semua urusan sekolahnya. Dan yang lebih
parah lagi subyek dapat dikeluarkan dari sekolah. Akhirnya ia harus belajar
sendiri untuk mengejar semua mata pelajaran yang ketinggalan. Masalah akan
muncul manakala ia tidak memahami apa yang dijelaskan oleh pembimbing. Sudah
pasti akan berpengaruh pada nilai ulangnya.
4. Penanganan
Subyek Membolos
a. Kebutuhan,
potensi, minat, bakat dan masalah anak underachiever dalam kegiatan
pembelajaran.
Anak
membolos adalah perilaku untuk mendapatkan perhatian, dihargai pendapat dan
perbuatannya, diberikan kasih sayang, memberinya tugas agar dirinya merasa
tertantang,dan ditumbuhkannya minat pada diri subyek.
Potensi/minat
anak membolos adalah dalam bidang yang merasakan kreativitasnya, menantan dan
sportif. Dan biasanya mempunyai kecerdasan dibanding dengan teman yang lain.
Orangtua
juga harus ikut berpasrtisipasi dalam pendidikan sang anak, untuk mempermudah
dan membantu dalam mengembangkan bakat minat anak, memberikan kepercayaan dan
pengawasan kepada anak, memberi motivasi dan pengarahan apabila anak berhasil
dalam prestasinya, serta menjalin komunikasi dengan pembimbing, dan anak dengan
baik.
Pembimbing
atau guru dan sekolah diantaranya memberikan sanksi yang tegas dan konsisten,
diberi tugas sekolah yang menarik, menyenangkan dan menantang, mengubah teknik
pembelajaran menjadi lebih inovatif, memberi penghargaan/reward ketika subyek
mendapatkanprestasi yang memuaskan, melakukan pendakatan individual dan
melakukan komunikasi dengan orang tua.
b. Memberi
kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan subyek di lingkungan sekolah
1) Membuat
kegiatan belajar menjadi menyenangkan.
2) Menanyakan
pendapat/pandagan anak terhadap kegiatan belajar di sekolah.
3) Memberikan
tugas yang dapat merangsang kreativitas sang anak.
4) Memberikan
rasa nyaman kepada para subyek.
5) Mengenalkan
minat pada subyek dan mengembangkannya.
c. Melakukan
bimbingan kelompok, baik di dalam maupun di luar pembelajaran
1) Membantu
kesulitan subyek dalam proses pembelajaran di kelas.
2) Menanyakan
apa ada kesulitan dalam proses pembelajarannya.
3) Memberikan
hal-hal yang baik terhadap subyek.
d. Melakukan
konseling
1) Menanyakan
keinginannya di dalam kelas/ di sekolah.
2) Mencoba
menghargai pendapatnya.
3) Menanyakan
apa masalah subyek yang kini sendang dialami.
B.
Hasil
Observasi
Observasi dirumah dilakukan pada hari Selasa,16
Desember 2014. Pada pukul 6.35 si X keluar dari rumah dan menuntun sepeda
motornya dengan berpakaian seragam putih abu-abu, dengan baju tidak dimasukkan,
celana bentuk bawahan yang sempit, rambut panjang, sepatu bertali warna merah
hitam. Sampai di depan rumah, si X mengelap sepeda motornya dan memanasi sepeda
motornya. Terlihat tetangga menyapa, “kok rung mangkat le?” (dalam bahasa
Indonesia, Kok belum berangkat nak?). Si X, menjawab dengan wajah yang senyum
“riyin mbah, manasi motor riyin. Ndak pundi mbah? (Bentar mbah, manasi sepeda
motor dulu. Mau kemana mbah?). Si tetangga tadi menjawab dan bertanya lagi, “Ki
arep ngilikne banyu nang sawah. Opo ora telat kowe mengko?” (Ini mau
mengalirkan airdi sawah. Apa nanti kamu tidak terlambat?). Si X menjawab,
“Mboten mbah!” (Tidak mbah). Dan tetangga pergi meninggalkan si X. Pukul 6.45
si X langsung naik ke sepeda motor dan menghidupkan mesinnya, mengendarai
sepeda motor meninggalkan rumah dengan motor yang suaranya menganggu telinga.
Pukul 08.00 si X kembali ke rumah, dan ada tetangga yang bertanya, “Kok wes
mulih le?” (Kok udah pulang nak?). Si X menjawab sambil berjalan memasuki rumah
dan menuntun sepeda motor, “Guru ne wonten rapat budhe.” (Guru nya ada rapat
Budhe). Pukul 08.30 si X kembali keluar rumah dengan membawa sepeda motor. Dan
saya mencoba menyapa dan bertanya, “Arep nangndi dik?”. (Mau kemana dik?) Si X
menjawab dengan wajah senyum merekah, dolan lah cah enom kok, hehhehe (Mainlah
anak muda kok). Saya menjawab, wwoo dolan terus lho! (Woo main terus lho). Dia
menjawab, yow mbok biar tho.. hahhaha.. sik yow mbak. (Ya biarin. Hahha...
Duluan ya mbak). Saya menjwab, “Yow ati-ati”. (Ya hati-hati). Si X menjawab dan
sambil mengendarai sepeda motor meninggalkan rumah, “Siap grraakk, mbak. Yen
ono ling ngolek i omong o ra reti ya mbak...” (Sip grak, Mbak nanti kalau ada
yang nyari bilang aja tidak tau ya mbak). Sampai sore si X belum terlihat
pulang kembali ke rumah. Sekitar pukul 19:00 terdengar suara sepeda motornya.
Observasi hari kedua, hari Rabu, 17 Desember 2014.
Pukul 07.30 si X baru keluar dari rumah dengan seragam putih abu-abu, baju
tidak dimasukkan, celana bagian bawah sempit, memakai topi dibalik, mengenakan
jaket, sepatu warna merah hitam, menuntun sepeda motor. Lalu, ada tetangga yang
mengendarai sepeda ontel, memakai caping dikepala, membawa cangkul, pakaian
lengan pendek warna merah, celana pendek menegur , “Lagi arep mangkat le? Opo
ora telat.” (Lagi mau berangkat nak? Apa tidak terlambat?) Dan tetangga yang
satunya agak muda memakai seragam kerja mengendarai sepeda motor, memakai
jaket, helm, sepatu hitam berkata, “Paling bolos pakdhe, koyo ra ngerti bendino
ne kan bolos terus”. (Paling bolos Pakdhe, kayak tidak tauaja setiap hari kan
bolos) Si X menjawab dengan suara pelan dan tatapan mata yang agak melotot,
“Asseemm i, jancuk, cerewet wae”. Lalu sekitar pukul 07.40, si X menghidupkan
sepeda motor lalu mengendarai sepeda motor dan meninggalkan rumah. Pukul 11.00
si X kembali ke rumah. Dan saya mencoba menyapa, “Kok wes muleh dik? Sekolah po
ra e mau ki?” (Kok sudah pulang dik? Sekolah apa tidak tadi?). Si X menjawab,
“Sakjane ora mbak, hehhehe” (Sebenarnya tidak mbak, hehhehe). Saya menjawab
lagi, “Bolos ki critane? Lha ngopo kox bolos ki?” (Bolos nich ceritanya? Lha
kenapa kok bolos?). Dia menjawab, “Pisan ne mbak. Males oog mbak sekolah, ra
seneng aku sekolah nang kono, yow wes mbak aku arep mlebu sek ganti klambi,
njut metu meneh”. (Sekali aja mbak. Males mbak sekolah, tidak suka aku sekolah
disana, ya udah mbak aku mau masuk dulu ganti baju, lalu keluar lagi). Saya
bertanya lagi, “Arep nang ndi meneh?” (mau kemana lagi?) si X menjawab, “Nang
Hek’an mbak.. hehhehe” (di hek’an mbak).
C.
Temuan
Dari proses observasi dan wawancara yang telah saya
lakukan, temuan yang saya peroleh tentang anak membolos memiliki perilaku
antara lain adalah
a. Observasi
1. Subyek
sering bangun terlambat.
2. Subyek
berpakaian kurang rapi.
3. Subyek
berpenampilan kurang rapi.
4. Subyek
berkata kurang sopan..
5. Subyek
sering keluyuran.
b. Wawancara
1. Subyek
sering dimarahi orangtua
2. Subyek
tidak mau ikuti aturan orangtua
3. Subyek
tidak pernah belajar.
4. Subyek
tidak suka dengan sekolahnya.
5. Subyek
tidak memiliki motivasi belajar
6. Subyek
tidak bisa mengikuti pelajaran.
7. Subyek
tidak disukai teman-temannya.
8. Tidak
punya motivasi belajar.
9. Komunikasi
dengan orangtua kurang baik.
10. Subyek
tidak mengikuti ekstrakulikuler.
11. Subyek
tidak mendengarkan penjelasan pembimbing.
12. Subyek
tidak pernah mengerjakan PR.
13. Subyek
tidak dihargai dan diperhatikan orangtua.
14. Subyek
nongkrong di warung hek.
D.
Analisa
Data
Dari temuan yang diperoleh melalui proses observasi
dan wawancara dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Pada
subyek 1 yang saya lakukan dengan observasi dan wawancara, penyebab subyek
tersebut membolos adalah subyek tidak nyaman dengan sekolahnya. Subyek tidak
minat bersekolah disekolahnya dan merasa tidak cocok dan subyek memilih untuk
membolos. Subyek juga malas belajar karena dia bersolah tidak sesuai yang
diinginkan. Selain itu, subyek di sekolah juga tidak disukai teman-temannya
karena dianggap arogan, maka subyek lebih memilih membolos ke warung hek yang
subyek merasa ada teman disana. Selain itu, sikap orangtua yang tidak
menghargai dan memperhatikan pendidikan anaknya merupakan penyebabnya.
Penyebab
itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Penyebab
internal antaralain adalah
a. Tidak
memiliki motivasi dan suka belajar
Perilaku
dan kebiasaan subyek yang memang tidak suka belajar dan tidak memiliki motivasi
belajar. Sekolah hanya dijadikan tempat mangkal karena kalau di rumah nanti
disuruh kerja dan tidak dapat uang jajan sekolah. Dan subyek sepertinya tidak
ada dorongan untuk maju entah bercita-cita menjadi apa, sehingga ia tidak
merasa perlu untuk sekolah secara baik.
Dan penyebab yang berasal dari eksternal
atau luar antaralain adalah
a. Tidak
cocok dengan sekolahnya
Penyebab
ini dapat berasal dari banyak hal antaralain, adalah lingkungan sekolah yang
kurang nyaman, sekolah disekolahan yang terpaksa atau sekolah yang tidak sesuai
dengan keinginannya. Dan kaerena penyebab itu, anak jadi merasa tidak nyaman di
sekolahnya dan mencari kenyamanan diluar dan menyebabkan membolos.
b. Orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan.
Sikap
orang tua terhadap sekolah juga memberi pengaruh yang besar pada anak. Jika
orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan hanya membuang-buang
waktu saja, atau juga jika mereka menanamkan perasaan pada anak bahwa ia tidak
akan berhasil, anak ini akan berkurang semangatnya untuk masuk sekolah.
Biasanya sikap orang tua yang menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting
karena mereka sendiri orang yang kurang berpendidikan. Akibatnya penghargaan
terhadap pendidikan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan mereka menuntut agar
anak-anaknya untuk bekerja saja mencari uang. Ironisnya mereka juga menuntut
agar anaknya memperoleh hasil yang lebih besar dari kemampuan anak tersebut.
Orang tua seperti ini tidak memiliki pandangan jauh ke depan, sebagai imbasnya
masa depan anaklah yang menjadi korban.
c. Pengaruh
dari teman
Dari
temuan subyek 1 ini, subyek 1 ini tidak disukai teman-temannya disekolah karena
dengan alasan subyek terkenal arogan. Karena subyek tidak disukai teman dan
tidak memiliki banyak teman, subyek merasa tidak nyaman. Maka subyek akan
mencari teman-teman yang menyukainya dan mau menerimanya apa adanya, dan itu
yang menyebabkan subyek memilih membolos ke suatu tempat yang subyek pikir akan
mendapatkan teman-teman yang mau menerima apa adanya dan subyek bisa merasa
nyaman.
2. Pada
subyek 2 yang saya lakukan dengan wawancara, subyek tersebut membolos karena
tidak mempunyai motivasi belajar dan malas belajar, maka subyek lebih memilih
membolos. Subyek juga jarang mengerjakan PR, dan agar tidak dimarahi karena
tidak mengerjakan PR maka subyek memilih membolos. Membolos yang dilakukan juga
disebabkan oleh pengaruh teman yang mengajak untuk berkumpul di suatu tempat
seperti tempat PS, warung hek, dll. Subyek juga tidak memahaim pelajaran yang
di dapat di sekolahnya, maka subyek memilih untuk membolos. Selain itu juga
karena peraturan sekolah yang longgar, yang peserta didik bolos tindak
lanjutnya kurang.
Faktor
membolos subyek 2 itu dapat berasal dari internal dan eksteral. Dan faktor internalnya,
antara lain
a. Tidak
memiliki motivasi dan suka belajar
Perilaku
dan kebiasaan subyek yang memang tidak suka belajar dan tidak memiliki motivasi
belajar. Sekolah hanya dijadikan tempat mangkal karena kalau di rumah nanti
disuruh kerja dan tidak dapat uang jajan sekolah. Dan subyek sepertinya tidak
ada dorongan untuk maju entah bercita-cita menjadi apa, sehingga ia tidak
merasa perlu untuk sekolah secara baik.
Selain faktor internal, juga ada faktor
eksternal. Dan faktor eksternal itu antaralain adalah
a. Tidak
mengerjakan PR, artinya bahwa subyek yang bersangkutan mempunyai tugas dari
guru yang belum diselesaikan, sehingga ia takut masuk nanti dimarahi guru. Maka
subyek lebih memilih untuk membolos.
b. Dipengaruhi
oleh teman yang suka bolos, hal ini bisa terjadi. Misalnya karena ia punya
teman yang suka bolos dan bermain, seperti warung hek, ditaman, intenet, dll.
c. Tidak
mampu mengikuti pelajaran di sekolah, artinya subyek tidak mampu menguasai
pelajaran tertentu sehingga menyebabkan ia malas belajar/bolos.
d. Peraturan
sekolah yang longgar
Peraturan
yang longgar ini, membuat subyek merasa lebih leluasa dan berani untuk
membolos. Karena membolospun tidak mendapatkan hukuman ataupun teguran. Dan
seperti tidak ada yang melarang, maka subyek membolos.
Dan untuk mengatasi perilaku membolos
pada anak dapat dilakukan beberapa hal antara lain, adalah
1. Kebutuhan,
potensi, minat, bakat dan masalah anak underachiever dalam kegiatan
pembelajaran.
Anak
membolos adalah perilaku untuk mendapatkan perhatian, dihargai pendapat dan
perbuatannya, diberikan kasih sayang, memberinya tugas agar dirinya merasa
tertantang, dan ditumbuhkannya minat pada diri subyek.
Potensi/minat
anak membolos adalah dalam bidang yang merasakan kreativitasnya, menantan dan
sportif. Dan biasanya mempunyai kecerdasan dibanding dengan teman yang lain.
Orangtua
juga harus ikut berpasrtisipasi dalam pendidikan sang anak, untuk mempermudah
dan membantu dalam mengembangkan bakat minat anak, memberikan kepercayaan dan
pengawasan kepada anak, memberi motivasi dan pengarahan apabila anak berhasil
dalam prestasinya, serta menjalin komunikasi dengan pembimbing, dan anak dengan
baik.
Pembimbing
atau guru dan sekolah diantaranya memberikan sanksi yang tegas dan konsisten,
diberi tugas sekolah yang menarik, menyenangkan dan menantang, mengubah teknik
pembelajaran menjadi lebih inovatif, memberi penghargaan/reward ketika subyek
mendapatkanprestasi yang memuaskan, melakukan pendakatan individual dan
melakukan komunikasi dengan orang tua.
2. Memberi
kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan subyek di lingkungan sekolah
a) Membuat
kegiatan belajar menjadi menyenangkan.
b) Menanyakan
pendapat/pandagan anak terhadap kegiatan belajar di sekolah.
c) Memberikan
tugas yang dapat merangsang kreativitas sang anak.
d) Memberikan
rasa nyaman kepada para subyek.
e) Mengenalkan
minat pada subyek dan mengembangkannya.
3. Melakukan
bimbingan kelompok, baik di dalam maupun di luar pembelajaran
a. Membantu
kesulitan subyek dalam proses pembelajaran di kelas.
b. Menanyakan
apa ada kesulitan dalam proses pembelajarannya.
c. Memberikan
hal-hal yang baik terhadap subyek.
4. Melakukan
konseling
a. Menanyakan
keinginannya di dalam kelas/ di sekolah.
b. Mencoba
menghargai pendapatnya.
c. Menanyakan
apa masalah subyek yang kini sendang dialami.
5. Pembimbing
melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa
sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa
6. Pembimbing
memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat
dihukum sedangkan pembimbing yang sering terlambat dibiarkan saja.
7. Pembimbing
selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan
hidup.
8. Pembimbing
hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan
memahami yang telah diajarkan pembimbing.
9. Pembimbing
harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan
tidak merekayasa.
10. Mencari tahu faktor-faktor penyebabnya
Dengan
mengetahui faktor-faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi
permasalahan subyek. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya subyek
yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika subyek masih
bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos,
maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya.
Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung
mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di
atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang
baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya
anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada subyek. Ada banyak sebab yang
terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan
membolos subyek tidak sepenuhnya kesalahan subyek. Ada faktor dari luar yang
juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain
memberi arahan pada subyek juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik
mungkin supaya subyek merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing
juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga subyek ada kesepakatan dalam
usaha mengatasi masalah anak.
11. Menerapkan Gerakan Disiplin
Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos
atau pergi pada waktu jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat
keramaian atau di tempat hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan
dirinya sendiri juga berpotensi untuk menimbulkan keresahan di masyarakat
karena biasanya pelajar yang suko membolos mempunyai tingkat kenakalan yang
tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti pengompasan pelajar yang
lebih kecil atau dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di
kalangan pelajar juga muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang tua
sering kali tidak di rumah karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat
negatif. Fenomena bolos sekolah ini sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena
dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral pelajar dimulai. Oleh karena
itu perlu tindakan tegas dari para aparat Satpol PP untuk sering melakukan
operasi agar menjadi sebuah shock therapy yang mempunyai efek jera bagi para
pembolos dan juga ketegasan dari pihak sekolah untuk mencegah subyeknya bolos
sekolah. Kalaupun subyek harus keluar sekolah pada jam sekolah haruslah seijin
sekolah dengan menggunakan surat ijin.
12. Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan
Pihak Dinas Pendidikan dibantu oleh Kesbanglinmas dan Satpol PP serta
berkoordinasi dengan Kepolisian harus terus mensosialisasikan kepada para
pengelola hiburan seperti Play Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar
pada jam sekolah. Kebanyakan pelajar yang bolos sekolah ”bersembunyi” di sana.
Setelah sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan penempelan stiker atau poster
tentang larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka ditingkatkan menjadi
taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para pelajar bolos
bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan
maka bisa dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa
disesuaikan dengan aturan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Membolos sekolah adalah keadaan dimana subyek tidak
datang ke sekolah untuk mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya pada jam yang
telah ditetapkan. Faktor penyebab membolos antaralain, adalah karena subyek
malas belajar, tidak memiliki motivas untuk belajar atau sekolah, pengaruh
teman bermain, orangtua yang kurang memperhatikan anak, suasana kelas atau
sekolah yang kurang atau tidak nyaman, peraturan yang longgar, dll. Untuk
mengatasi subyek yang sering membolos dapat dilakukan antara lain dengan
melakukan konselig, melakukan bimbingan kelompok, orangtua lebih memperhatikan
anak terutama hal pendidikan, peraturan atau kedisiplinan ditegakkan, membuat
suasana sekolah atau kelas nyaman untuk belajar, dan lain-lain.
B.
Saran
1) Untuk
Subyek
a. Seharusnya
subyek menyadari kerja keras orangtua yang rela kerja membanting tulang untuk
sekolahnya.
b. Seharusnya
subyek menyadari bahwa manfaat belajar itu juga untuk dirinya sendiri di suatu
waktu kelak.
c. Menjalin
komunikasi dengan siapapun terutama orangtua.
2) Untuk
Orangtua
a. Seharusnya
orangtua lebih memperhatikan anak terutama hal pendidikan.
b. Menjalin
hubungan yang baik terutama komunikasi dengan anak.
c. Menghargai
pendapat atau pencapaian anak.
d. Membantu
menyelesaikan masalah anak, agar tidak menyebabkan masalah yang lebih besar.
3) Untuk
Pihak Sekolah
a. Seharusnya
guru atau pemimbing juga bisa menjadi teman bagi anak, dan tidak hanya menjadi
polisi sekolah.
b. Menegakkan
peraturan atau kedisplinan di sekolah.
c. Membantu
subyek menyelesaikan masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, kartini. 1991. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja Yang
Bermasalah. RajawaliPers: Jakarta
LAMPIRAN
1. Observasi
Hari,
tanggal : Selasa-Rabu, 16-17 Desember
2014
Jam : 06.30-11.00
Lokasi : Pakis, Boto, Wonosari, Klaten
(didepan rumah subyek)
Nama
Subyek : P
Identitas : Pelajar STM
Hari/Tanggal Waktu
|
Peristiwa
|
Evaluasi
|
|
Selasa,
16-12-2014
06. 35
|
Si X keluar rumah dan
sampai di depan rumah, si X mengelap sepeda motornya dan memanasi sepeda
motornya. Terlihat tetangga menyapa, “kok rung mangkat le?” (dalam bahasa
Indonesia, Kok belum berangkat nak?). Si X, menjawab dengan wajah yang senyum
“riyin mbah, manasi motor riyin. Ndak pundi mbah? (Bentar mbah, manasi sepeda
motor dulu. Mau kemana mbah?). Si tetangga tadi menjawab dan bertanya lagi,
“Ki arep ngilikne banyu nang sawah. Opo ora telat kowe mengko?” (Ini mau
mengalirkan air di sawah. Apa nanti kamu tidak terlambat?). Si X menjawab,
“Mboten mbah!” (Tidak mbah). Dan tetangga pergi meninggalkan si X.
|
Si X berbicara dengan
sopan.
Si X kesiangan
berangkat sekolah.
Bagaimana agar si X
tidak kesiangan ke sekolah?
Misalnya : memasang
alarm
|
|
Selasa,
16-12-2014
06. 40
|
Si X langsung naik ke
sepeda motor dan menghidupkan mesinnya, mengendarai sepeda motor meninggalkan
rumah dengan motor yang suaranya menganggu telinga
|
Si X berangkat ke
sekolah kesiangan.
Bagaimana agar Si X
tidak kesiangan ke sekolah?
Misalnya: dengan
memasang alarm, agar banguntepat waktu dan tidak kesiangan.
|
|
Selasa,
16-12-2014
08.00
|
Kembali ke rumah.
Tetangga yang bertanya, “Kok wes mulih le?” (Kok udah pulang nak?). Si X
menjawab sambil berjalan memasuki rumah dan menuntun sepeda motor, “Gurune
rapat budhe.” (Gurunya rapat Budhe).
|
Bicara dengan lebih
tua kurang sopan.
Bagaimana agar si X
bicara dengan orang lebih tua sopan?
Misalnya: Menggunakan
bahasa krama kepada orang yang lebih tinggi.
|
|
Selasa,
16-12-2014
08.30
|
Pukul 08.30 si X
kembali keluar rumah dengan membawa sepeda motor. Dan saya mencoba menyapa
dan bertanya, “Arep nangndi dik?”. (Mau kemana dik?) Si X menjawab dengan
wajah senyum merekah, dolan lah cah enom kok, hehhehe (Mainlah anak muda
kok). Saya menjawab, wwoo dolan terus lho! (Woo main terus lho). Dia
menjawab, yow mbok biar tho.. hahhaha.. sik yow mbak. (Ya biarin. Hahha... Duluan
ya mbak). Saya menjwab, “Yow ati-ati”. (Ya hati-hati). Si X menjawab dan
sambil mengendarai sepeda motor meninggalkan rumah, “Siap grraakk, mbak. Yen
ono ling ngolek i omong o ra reti ya mbak...” (Sip grak, Mbak nanti kalau ada
yang nyari bilang aja tidak tau ya mbak).
|
Si X suka keluyuran.
Bagaimana agar si X
dapat menggunakan waktu dengan baik, tidak hanya untuk main?
Misalnya: Membantu
pekerjaan orang tua di rumah.
|
|
Selasa,
16-12-2014
19:00
|
Terdengar suara sepeda motornya.
|
Si
X main terlalu lama, pulang malam.
Bagaimana
agar si X tidak terlalu lama bermain?
Misal:
membuat time schedule, mencari dan mengikuti kegiatan yang bermanfaat.
|
|
Rabu,
17-12-2014
07.30
|
si X baru keluar dari rumah dengan
seragam putih abu-abu, baju tidak dimasukkan, celana bagian bawah sempit,
memakai topi dibalik, mengenakan jaket, sepatu warna merah hitam, menuntun
sepeda motor. Lalu, ada tetangga yang mengendarai sepeda ontel, memakai caping
dikepala, membawa cangkul, pakaian lengan pendek warna merah, celana pendek
menegur , “Lagi arep mangkat le? Opo ora telat.” (Lagi mau berangkat nak? Apa
tidak terlambat?) Dan tetangga yang satunya agak muda memakai seragam kerja
mengendarai sepeda motor, memakai jaket, helm, sepatu hitam berkata, “Paling
bolos pakdhe, koyo ra ngerti bendino ne kan bolos terus”. (Paling bolos
Pakdhe, kayak tidak tau aja setiap hari kan bolos) Si X menjawab dengan suara
pelan dan tatapan mata yang agak melotot, “Asseemm i, jancuk, cerewet wae”.
|
Si
X berpakaian tidak rapi.
Bagaimana
agar si X dapat berpakaian rapi?
Misalnya:
membiasakan berpakaian rapi dan sesuai aturan.
Si
X berbicara tidak sopan.
Bagaimana
agar si X berbicara sopan?
Misal:
membiasakan berbicara sopan, diberi punishment saat berbicara tidak sopan.
|
|
Rabu,
17-12-2014
07:40
|
si X menghidupkan sepeda motor lalu
mengendarai sepeda motor dan meninggalkan rumah.
|
Si
X berangkat ke sekolah kesiangan.
Bagaimana
agar si X bisa berangkat sekolah awal dan tidak terlambat?
Misal:
membiasakan bangun pagi dan awal, membuat time schedule, memasang alarm.
|
|
Rabu,
17-12-2014
11:00
|
si X kembali ke rumah. Dan saya
mencoba menyapa, “Kok wes muleh dik? Sekolah po ra e mau ki?” (Kok sudah
pulang dik? Sekolah apa tidak tadi?). Si X menjawab, “Sakjane ora mbak,
hehhehe” (Sebenarnya tidak mbak, hehhehe). Saya menjawab lagi, “Bolos ki
critane? Lha ngopo kox bolos ki?” (Bolos nich ceritanya? Lha kenapa kok
bolos?). Dia menjawab, “Pisan ne mbak. Males oog mbak sekolah, ra seneng aku
sekolah nang kono, yow wes mbak aku arep mlebu sek ganti klambi, njut metu
meneh”. (Sekali aja mbak. Males mbak sekolah, tidak suka aku sekolah disana,
ya udah mbak aku mau masuk dulu ganti baju, lalu keluar lagi). Saya bertanya
lagi, “Arep nang ndi meneh?” (mau kemana lagi?) si X menjawab, “Nang Hek’an
mbak.. hehhehe” (di hek’an mbak).
|
si X kembali kerumah lebih awal dari
waktu pulang sekolah dan membolos.
Bagaimana agar si X bisa pulang
sekolah sesuai waktu dan tidak membolos?
Misalnya: memberikan teguran atau
punishment saat subyek membolos.
Si X tidak senang dengan sekolahnya.
Bagaimana agar si X senang dengan
sekolahnya?
Misalnya: menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolah, membuat nyaman dengan suasana sekolah
Si X pulang sekolah ganti baju dan
main.
Bagaimana agar si X sepulang sekolah
tidak langsung main?
Misalnya: memberikan si X pekerjaan
atau tanggung jawab dirumah.
|
|
2.
Wawancara
Subyek
1, Wawancara 1
Hari,
tanggal : Kamis, 18 Desember 2014
Jam : 16.30-17.30
Lokasi : Pakis, Boto, Wonosari, Klaten
(didepan rumah subyek)
Nama
Subyek : P
Identitas : Pelajar STM
Keterangan :
P :
Pewawancara
S :
Subyek
Baris
|
Isi Wawancara
|
Baris
|
Tema
|
|
1
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
|
P:
Selamat Siang, dik X?
S:
Siang juga mbak (sedikit tidak suka)
P:
maaf menganggu belajar dek X sebentar
S:
Tidak apa-apa mbak?
P:
Terimakasih, kalau boleh tau sepulang sekolah biasanya apa kegiatan dik X?
S:
Biasanya saya tidak langsung pulang mbak, mampir ke warung hek dulu, baru
pulang
P:
Kenapa dik X tidak langsung pulang dan lebih memilih ke warung hek dulu?
S:
Daripada di rumah dimarahi terus oleh orang tua mbak, lebih baik ke warung
hek bisa kumpul bersama teman-teman
P:
Biasanya ke warung hek mana dan apa saja yang dik X lakukan disana?
S:
Warung hek dekat sekolah mbak, ya Cuma nongkrong saja mbak, kadang-kadang ya
sambil main remi (main kartu)
P:
Sepulang dari warung kopi, apa yang X lakukan?
S:
Biasanya tidur mbak kalau tidak ada acara keluar dengan teman-teman.
P:
Kalau begitu kapan waktu belajar adik?
S:
Tidak pernah belajar mbak, belajar juga buat apa, wong saya ini tidak pernah
diperhatikan orang tua saya kok.
P:
Maksud X tidak memperhatikan?
S:
Saya itu sebenarnya kepengin bersekolah di STM di Surakarta, tapi orang tua
tidak pernah mau mendengarkan dan akhirnya saya bersekolah di SMK YP
Delanggu.
P:
Kalau boleh tau apa yang menjadi alasan orang tua X lebih memilih STM di
Delanggu daripada di Surakarta?
S:
Orang tua saya itu kepinginnya saya sekolah di dekat-dekat saja.
P:
Apa karena tidak boleh masuk ke STM di Surakarta itu yang membuat X selalu membolos
sekolah?
S:
Iya mbak, la wong saya itu tidak berminat sekolah selain sekolah di daerah
Surakarta, ya mau bagaimana lagi mbak, saya itu tidak bisa mengikuti
pelajaran dengan baik.
P:
X bisa bertanya ke teman-teman yang lain kan?
S:
Teman-teman tidak ada ya suka dengan saya mbak, soalnya kata teman-teman saya
itu kalau bicara arogan. Makanya saya sering bolos karena saya tidak punya
teman di sekolah, lebih baik saya ke warung hek banyak yang menghargai saya.
P:
Apa X tidak merasa rugi kalau X selalu membolos sekolah?
S:
Tidak mbak buat apa wong saya memang tidak suka sekolah disini. Kalau
orangtua saya mau memindahkan saya sekolah didaerah Surakarta ya saya akan
rajin sekolah mbak.
P:
Apa X tidak pernah membicarakan kepada orangtua X?
S:
Saya itu jarang bicara dengan orang tua saya mbak. Paling-paling kalau mau
marahi atau menyuruh saya saja baru bicara. Mereka itu tidak pernah mau tau
dengan keinginan anak-anaknya. Makanya kakak saya dulu juga sering bermasalah
dengan orang tua seperti saya ini.
P: Jadi komunikasi X dengan orang tua selama
ini bagaimana?
S:
Ya seperti yang saya bilang tadi mbak.
P:
Menurut informasi dari seseorang teman di sekolah. X juga tidak punya sopan
santun pada guru dan tidak pernah ikut ekstrakulikuler, apa benar demikian?
S:
Saya tidak pernah mengikuti ekstrakulikuler karena tidak ada yang saya sukai
mbak, jadi buat apa saya ikut. Kalau sopan santun dengan guru, saya sopan kok
mbak.
P:
Pernah X tidak memperhatikan saat pelajaran berlangsung?
S:
Sering mbak, saya tidak suka dengan
perlajarannya makanya saya tidak mau mendengarkan mbak.
P:
Apa X selalu mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan oleh guru?
S:
tidak mbak
P:
Baik, apa alasan X tidak pernah memasukkan baju den berambut panjang?
S:
Biar keren pak, biar kelihatan macho, kalau tidak begini tidak ada cewek yang
naksir saya donk mbak, sudah bodoh dan tidak keren. Kalau begini kan keren
mbak.
P:
Lalu apa yang membuat X tidak pernah mematuhi peraturan orang tua?
S:
mereka juga tidak memperhatikan saya mbak.
P:
Maksud X?
S:
Mereka kan maunya menang sendiri. Mereka juga tidak pernah memberi
penghargaan atas prestasi saya.Saya pernah menang juara 1 dalam lomba
menggambar tingkat kecamatan. Semua teman memberi upacan selamat. Tapi orang
tua saya biasa saja dan tidak menghargai saya.
P:
Baik, kalau begitu untuk sementara waktu cukup dulu. Terimakasih.
S:
Baik
|
10-12
16-19
23-26
34
40-45
50-51
56-58
60-61
64-66
74-76
76-79
83-84
87-88
89-91
94-95
102
110
117
121
130-131
133-141
|
Keluyuran
Selalu
dimarahi orangtua
Tidak
mau mengikuti aturan orang tua
Tidak
pernah belajar
Tidak
suka dengan sekolahnya
Orangtua
menginginkan subyek sekolah yang dekat
Tidak
berminatdengan sekolahnya
Tidak
bisa mengikuti pelajaran dengan baik
Tidak
disukai teman
Tidak
merasa rugi karena membolos
Tidak
punya motivasi
Jarang
komunikasi dengan orangtua
Orangtua
tidak mau tau kemauan anak
Kakaknya
dulu juga bermasalah
Komunikasi
kurang baik dengan orangtua
Tidak
mengikuti ekstrakulikuler
Sering
tidak memperhatikan pelajaran
Tidak
mengerjakan PR
Berpakaian
kurang rapi
Tidak
diperhatikan orangtua
Tidak
dihargai orangtua
|
|
Subyek
2, Wawancara 2
Hari,
tanggal : Jumat, 19 Desember 2014
Jam : 16.00-17.00
Lokasi : Pakis, Boto, Wonosari, Klaten
(ditempat subyek bermain)
Nama
Subyek : SB
Identitas : Pelajar STM
Keterangan :
P :
Pewawancara
S :
Subyek
Baris
|
Isi
Wawancara
|
Baris
|
Tema
|
1
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
|
P:
Bagaimana dengan sekolah hari ini dik?
S:
Ya, menyenangkan sih mbak.
P:
Menurut adik apakah sekolah disana menyenangkan?
S:
Ya, begitulah mbak kadang enak, kadang juga tidak enak.
P:
Apakah teman-teman adik semuanya baik pada adik?
S:
Baik-baik sih mbak, ya ada yang agak sirik juga.
P:
Saya tadi sempet bicara sama kakakmu. Apakah benar kamu sering membolos?
S:
Iya bener mbak.
P:
Kalau boleh mbak tau nih, adik membolos sekolah kenapa?
S:
Males aja mbak, emm kadang juga alesan gara-gara belum ngerjain PR.
P:
Biasanya kalau adik membolos pergi kemana?
S:
Eemm. Kalau tidak ke PS’an paling juga nongkrong di warung hek mbak.
P:
Apa adik tidak takut tertangkap Satpol PP?
S:
Ya, takut lah mbak, secara kalau saya ditangkap pasti yang ambil saya kalau
tidak orangtua ya guru.
P:
Apa selama ini adik pernah tertangkap sama Saptol PP?
S:
Belum pernah mbak,kan saya pinter kalau ada razia, saya bawa baju bebas, jadi
tidak ketangkep. Hehhe
P:
Memangnya kalau adik membolos tidak ketahuan sama orangtua?
S:
Ya kadang ketahuan sih mbak, tapi ya tetep bandel.
P:
Kalau ketahuan bohong sama orang tua, apa alasan adik?
S:
Ya, saya bilang kalau gurunya ada acara mendadak atau rapat guru rutin.
P:
Kalau adik masuk sekolah, apa tidak takut diberi sanksi sama guru, terutama
guru bk?
S:
Ya, takut sih mbak, kadang orangtua di suruh datang ke sekolah itu yang bikin
saya takut.
P:
Bila kamu meminta sesuatu sama orang tua apakah akan dipenuhi?
S:
Ya, kalau orang tua ada uang.
P:
Selama kamu membolos apakah adik tidak takut kalau nantinya banyak
ketinggalan pelajaran?
S:
Biasa saja sih mbak, saya masuk sama
tidak masuk, pasti tidak ngerti bahan pelajarannya.
P:
Kok begitu dik?
S:
Ya itu mbak,aku tidak paham sama pelajarannya.
P:
Seandainya adik tidak naik kelas gara-gara membolos dan ketinggalan banyak
pelajaran bagaimana?
N:
Wah, kalau itu saya takut banget mbak, nanti saya bisa-bisa dinikahin sama orangtua.
Hehhe
|
15
18-20
23-25
28-31
34
41-42
63-65
67-68
73
|
Mengaku
sering membolos
Penyebab
membolos adalah malas dan belum mengerjakan PR.
Nongkrong
di warung hek.
Takut
ditangkap Satpol PP
Belum
pernah tertangkap satpol PP
Kadang
ketahuan orangtua membolos
Merasa
biasa saja saat ketinggalan pelajaran.
Tidak
paham dengan pelajaran
Takut
kalau tidak naik kelas
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar