RESUME
“Pendekatan Psikologi Realitas”
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Konseling
Dosen : Nur Muhlashin, S.Psi., M.A.
Disusun oleh :
1.
Albig
Koma Jaya (121221004)
2.
Baharudin
Syah Rizal Mustofa (121221012)
3.
Diah
Astuti Saputri Retnaningsih (121221020)
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
SURAKARTA
2013
Pendekatan Psikologi Realitas
Konsep Dasar
Pendekatan
realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan psikologi tunggal yang
hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas yang mencakup suatu
kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan dan ketersendirian.
Menurut
pendekatan realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas dalam
pengertian “identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Dalam pembentukan
identitas masing-masing dari kita mengembangkan keterlibatan-keterlibatan
dengan orang lain dan dengan bayangan diri, yang dengannya kita relatif merasa
berhasil atau tidak berhasil.
Menurut
Glasser, basis dari terapi realitas adalah membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya yang mencakup “kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik
bagi diri sendiri maupun orang lain”.
Pandangan Tentang Sifat Manusia
Pandangan
tentang manusia mencakup pernyataan bahwa suatu “kekuatan pertumbuhan”
mendorong kita untuk berusaha mencapai suatu identitas keberhasilan.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Glasser dan Zunin, “kami percaya bahwa
masing-masing individu memiliki kekuatan kearah kesehatan dan pertumbuhan. Pada
dasarnya orang-orang ingin puas hati dan merasakan identitas keberhasilan
menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab dan memiliki hubungan interpersonal
yang penuh makna”. Pandangan terapi realitas menyatakan bahwa, karena individu
dapat mengubah cara hidup, perasaan, dan tingkah lakunya, maka merekapun dapat
mengubah identitasnya. Perubahan identitas bergantung pada perubahan tingkah
laku.
Secara
lebih terperinci hakikat manusia menurut pendekatan realistis adalah sebagai
berkut:
1. Manusia
memiliki kebutuhan psikologis tunggal yang disebut kebutuhan akan identitas.
2. Manusia
memiliki kekuatan untuk tumbuh yang mendorong menuju ke identitas sukses.
3. Kekuatan
tumbuh bukanlah bawaan
4. Manusia
memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri dan bertanggung jawab.
5. Manusia
adalah agen perubahan terhadap dirinya sendiri.
Ciri-Ciri Pendekatan Realistis
1. Sekurang-kurangnya
ada delapan cirri yang menentukan terapi realitas sebagai berikut.
2. Terapi
realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa
bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidak
bertanggungjawaban.
3. Terapi
realistis berfocus pada tingkah laku sekarang atau menekankan kesadaran atau
tingkah laku sekarang.
4. Terapi
realistis berfokus pada masa sekarang bukan masa lampau, karena masa lampau
seseorang itu telah tetap dan tidak dapat diubah maka yang dapat diubah hanya
masa sekarang dan masa yang akan datang.
5. Terapi
realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Terapi realitas menempatkan
pokok kepentingannya pada peran klien dalam menilai kualitas tingkah lakunya
sendiri dalam menentukan apa yang menjadi penyebab kegagalannya.
6. Terapi
realitas tidak menekankan transferensi. Terapi realitas menghimbau agarpara
terapis menempuh cara beradanya yang sejati, yakni menjadi diri sendiri tidak
memainkan peran sebagai ayah dan ibu klien.
7. Terapi
realitas menghapus hukuman.
8. Terapi
realitas menekankan aspek-aspek kesadaran .
9. Terapi
realistis menekankan tanggungjawab. Menurut Glasser, orang yang bertanggung
jawab melakukan apa-apa yang memberikan kepada dirinya perasaan diri berguna
dan perasaan bahwa dirinya dan berguna bagi orang lain.
Tujuan Konseling
1. Membantu
individu mencapai otonomi, yaitu kematangan yang diperlukan bagi kemampuan
seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan internal.
2. Membantu
individu dalam mengartikan dan memperjelas tujuan hidup mereka.
3. Klien
mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab atas siapa mereka dan ingin jadi
apa mereka serta mengembangkan rencana-rencana yang bertanggung jawab dan
realistis guna mencapai tujuan-tujuan mereka.
Fungsi dan Peran Terapis
1. Konselor
terlibat dengan klien dan membawa klien menghadapi kenyataannya.
2. Tidak
membuat pertimbangan nilai dan keputusan bagi klien.
3. Sebagai
pembimbing yang membantu klien agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara
realistis.
4. Memberi
pujian apabila klien bertindak dengan cara bertanggung jawab.
5. Mengajari
klien bahwa tujuan terapi tidak diarahkan kepada kebahagiaan, karena menurut
terapi realistis klien bisa menciptakan kebahagiaannya sendiri.
Pengalaman Klien dalam Terapi
Para klien diharapkan,
1. Memusatkan
pada tingkah laku.
2. Membuat
dan menyepakati rencana dengan konselor.
3. Mengevaluasi
tingkah lakunya sendiri.
4. Harus
belajar kecanduan positif.
5. mengembangkan
sikap yang bertanggung jawab.
6. Semakin
sadar akan tingkah lakunya.
Hubungan antara Konselor dan Klien
Hubungan antara konselor dan klien
dapat berjalan sebagai berikut :
1.
Terapi realitas berlandaskan hubungan untuk
keterlibatan pribadi antara terapis dan klien. Terapis, dengan kehangatan,
pengertian, penerimaan, dan kepercayaannya atas kesanggupan klien untuk
mengembangkan suatu identitas keberhasilan, harus mengomunikasikan bahwa
dia menaruh perhatian.
2.
Perencanaan adalah hal yang esensial dalam terapi
realitas. Situasi terapeutik tidak terbatas pada diskusi-diskusi antara terapis
dan klien.
3.
Komitmen adalah kunci utama terapi realitas. Setelah
para klien membuat pertimbangan-pertimbangan nilai mengenai tingkah laku mereka
sendiri dan memutuskan rencana-rencana tindakan, terapis membantu mereka dalam
membuat suatu komitmen untuk melaksanakan rencana-rencana itu dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Pernyataan-pernyataan dan rencana-rencana tidak ada artinya
sebelum ada keputusan untuk melaksanakannya.
4.
Terapi realitas tidak menerima dalih. Jelas bahwa
tidak semua komitmen klien bisa terlaksana. Rencana-rencana bisa gagal. Akan
tetapi, jika rencana-rencana gagal, terapis realitas tidak menerima dalih.
Arinya dalam pendekatan realitas, seorang terapis tidak pernah memaklumi atau
memaafkan tingkah laku klien yang tidak bertanggung jawab.
Teknik Konseling
1. Terlibat
dalam permainan peran dengan klien.
2. Menggunakan
humor.
3. Mengkonfrontasikan
klien dan menolak dalih apapun.
4. Membantu
klien dalam merumuskan rencana-rencana spesifik bagi perubahan.
5. Melayani
klien sebagai model dan guru.
6. Menentukan
batas-batas dan menyusun situasi terapi.
7. Menggunakan
“terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang tepat untuk menentang klien dengan
tingkah lakunya yang tidak realistis.
8. Melibatkan
diri dengan klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih efektif.
Penerapan pada situasi-situasi
Konseling
Pendekatan ini paling cocok untuk
konseling individu, kelompok, dan konseling perkawinan. Dalam konseling
individu, biasanya konselor menemui klien sekali dalam seminggu. Sementara
dalam konseling kelompok, konselor bisa dengan meminta komitmen dari para
anggota kelompok untuk melaksanakan rencana dan komitmen yang telah dibuat
sesuai dengan masalah yang dibahas dalam forum tersebut. Sedangkan aplikasi
pendekatan realitas dalam konseling perkawinan adalah ketika sepasang suami
istri berkeinginan untuk bercerai. Melalui pendekatan ini konselor dapat mengeksplorasi
pro dan kontra diteruskannya suatu perkawinan. ( Gerald Corey, 1973 : 283 )
Kelebihan Pendekatan
Realitas
- Klien diharuskan dapat mengavaluasi tingkah lakunya sendiri.
- Pemahaman dan kesadaran tidak cukup, tetapi klien dituntut untuk melakukan tindakan atas komitmen yang telah ia buat.
- Klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistic dan karenanya bisa tercapai keberhasilan.
- Jangka waktu terapi yang relatif pendek dan berurusan dengan masalah tingkah laku sadar.
- Langsung lebih cepat menyadarkan klien karena menggunakan secara langsung mengajak klien berbuat.
- Bersifat praktis, luwes dan efektif
- Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan pengetahuan tentang diagnosis dan psikopatologi.
Kelemahan Pendekatan Realitas
1. Klien
bisa belajar tingkah laku yang lebih realistic dan karenanya bisa mencapai
keberhasilan.
2. Jangka
waktu terapi yang relatif pendek dan berurusan dengan masalah tingkah laku
sadar.
3. Teknik
yang digunakan kurang mampu mengungkapkan data yang dialami dari diri pribadi
klien.
4. Hanya
menekankan perilaku tanpa mempertimbangkan sisi perasaan.
5. Tidak
memberikan penekanan yang cukup pada dinamika tidak sadar dan pada masa lampau individu
sebagai salah satu determinan dari TLnya sekarang.
6. Bisa terjadi suatu tipe campur tangan yang
dangkal karena ia menggunakan kerangka yang terlampu disederhanakan.
7. Tidak
memperhatikan dinamika alam bawah sadar manusia.
- Di satu sisi pendekatan ini juga memandang peristiwa masa lalu sebagai penyebab dari peristiwa sekarang.
Referensi :
Corey, Gerald. 1999. Teori dan
Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar