A.
Pengertian
Kepekaan
Manusia tumbuh dan berkembang di sebuah lingkungan.
Manusia pun tumbuh dengan rasa peka atau sensitivitas jiwa bermula dari
lingkungan yang lebih luas dan global. Kepekaan terhadap lingkungan pun juga
mengalami peningkatan. Seorang individu diasah dan ditempa untuk mengenal nilai
moral baik buruk, pantas tidak pantas, mulia, hina, sikap-sikap yang membawa
pada keberhasilan, atau pola perilaku yang mengakibatkan kegagalan. Tumbuhnya
kepekaan diri dan kepekaan sosial tersebut selanjutnya akan membentuk
kepribadian seseorang.
Bentuk kepekaan diri, antara lain: peka terhadap
ekspresi wajah dan perasaan, pikiran, pendapat, dan lain-lain. Adapun kepekaan
sosial contohnya peka terhadap berita di media massa, perilaku ikut-ikutan,
gosip, fitnah, serta pergaulan. Observasilah ekpresi orang ketika mengungkapkan
perasaan dan pikirannya. Nisalnya saat sedih, senang, marah, dan sebagainya.
Catatlah hal-hal sekecil-kecilnya,
meliputi berikut ini.
1. Gerakan
mata: tatapan, gerak pupil atau gerakan hitam, arah pandang, lirikan,
berkaca-kaca, dan tetesan air mata.
2. Gerakan
mulut atau bibir: senyum (tipis, sinis, lebar), pojok bibir (ke atas ke bawah),
gemetar.
3. Isyarat
suara: datar, rendah, tinggi, berbisik, lantang.
4. Isyarat
tangan: bergerak, gemetar, mengepal, menuding, dan menggit jari.
5. Gerakan
badan: condong, mendekat, menjauh, jantung berdebar-debar.
Kepekaan diri akan menumbuhkan jiwa yang
responsif, empati, dan peka terhadap apa yang terjadi di lingkukan sekitarnya.
Kepekaan jiwa dapat menjauhi sikap egois, mau mennag sendiri, atau mementingkan
diri sendiri.
Bagaimana menurut kalian sikap terbaik
dalam menghadapi ekspresi perasaan orang lain? Bagaimana tutur kata atau
ekpresi wajah atau tindakan kalian menanggapi perasaan orang-orang terdekat
kalian?
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa kepekaan adalah sifat sensitif seseorang terhadap suatu keadaan atau
perilaku orang lain, baik perilaku yang menyenangkan maupun perilaku yang tidak
menyenangkan (menyakitkan). Sifat peka sangat erat hubungannya dengan
perasaan/hati seseorang.
B.
Peka
Terhadap Pemberitaan
Berita adalah kabar tentang sesuatu keadaan. Baik
keadaan alam maupun keadaan manusia ataupun keadaan suatu negara di dunia ini.
Sumber berita itu bisa dari mulut ke mulut, melalui radio, televisi, internet,
maupun melalui media massa (koran, majalah).
Berita di media massa itu dahsyat pengaruhnya.
Berita itu mudah tersebar secara luas, sehingga mempengaruhi pikiran dan sikap
jutaan pembaca atau penerimanya. Inilah yang disebut bahwa berita dapat
membentuk opini publik.
Bahayanya apabila berita itu menyangkut citra dan
martabat seseorang. Khususnya bila berita itu tidak benar, isu, gosip,
ditambah-tambah, dibelok-belokan, atau fitnah. Hal inilah yang sering
dikeluhkan bahwa pemberitaan dapat menghakimi atau membunuh karakter seseorang
individu. Ini tidak adil dan kejam! Di samping itu, jurnalistik memang menganut
prinsip anomali, yaitu sesuatu yang anah, “sakit”, penyimpang, dan unik dinilai
sbagai daya tarik berita. Naumun sayang, suatu berita dianggap seolah-olah
mewakili keadaan mayoritas pada umumnya.
Untuk berita yang baik biasanya orang tidak begitu
mempedulikan atau dianggap biasa-biasa saja. Tetapi untuk berita buruk
menyangkut status seseorang seperti perselingkuhan, kawin cerai selebritis,
korupsi pejabat, kasus narkoba bagi siswa SMP atau SMA akan cepat membuat
heboh. Bahkan menjadi hot line (berita yang hangat) yang sangat diminati oleh
para pembaca. Namun bagi pelajar harus selektif dalam mencerna atau membaca
berita, bila kita mengetahui berita yang menyangkut kejelekan seseorang, maka
tidak usah dibesar-besarkan. Bila perlu dieliminasi, agar tidak mudah tersebar
meluas, sebagai pelajar hendaklah kita sendiri dan secara religius orang yang
menjaga/menutupi aib saudaranya akan mendapatkan pahala di sisi Tuhan Yang Maha
Esa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar