Tugas
Sejarah Dakwah Lokal
“Tradisi
Yaqowiyyu di Jatinom Klaten”
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Dakwah Nusantara
Dosen : Dr. Syamsul Bakri, S.Ag,
M.Ag
Disusun oleh :
Diah Astuti Saputri Retnaningsih
121221020
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
SURAKARTA
2015
Tradisi sebaran apem yaqowiyu ini salah satu sejarah dakwah lokal yang ada di daerah saya.
Tradisi ini berada di jatinom, klaten. Sejarah tradisi sebaran apem yaqowiyu memang tak lepas dari sosok Ki Ageng Gribig. Sejarah kue apem ini berawal dari saat Ki Ageng Gribig selesai
menunaikan ibadah haji dari Mekah membawa
beberapa buah kue apem untuk oleh-oleh anak cucunya. Karena tidak cukup, maka Nyi Ageng Gribig
membuat apem lagi sekaligus untuk dibagikan kepada penduduk Jatinom dan saat
membagikan apem beliau meneriakkan kata “yaqowiyu” yang artinya “Tuhan berilah kekuatan”. Oleh karena itu momen tersebut
diabadikan dalam sebuah tradisi setiap satu tahun yang dikenal sebagai Tradisi
Yaqowiyu.
Kyai Ageng
Gribig juga meminta kepada orang-orang Jatinom di bulan Sapar, agar merelakan
harta bendanya sekedar untuk zakat kepada sesama yang datang (tamu). Oleh
karena orang-orang semua tahu bahwa Nyai Ageng Gribig sedekah apem, maka kini
penduduk Jatinom ikut-ikutan membawa apem untuk selamatan. Sekarang ini orang-orang
Jatinom membawa apem untuk diserahkan ke panitia penyebaran apem, dan sesudah sholat Jumat disebarkan di
lapangan.
Menurut
kepercayaan warga, apem tersebut sebagai syarat untuk bermacam-macam maksud.
Bagi petani dapat untuk sawahnya, agar tanamannya selamat dari hama. Ada yang
percaya bahwa apem tersebut akan membawa rezeki, membawa jodoh, dan lain-lain.
Bahkan, ada yang percaya siapa yang mendapat banyak apem pada perebutan itu
sebagai tanda akan memperoleh rezeki melimpah. Saking percaya hal itu ada yang
kaul (nadar) menggelar wayang kulit, atau pertunjukan tradisional yang lain.
Pada Kamis siang sebelum apem disebar pada hari jumat, apem disusun dalam
dua gunungan yaitu gunungan lanang dan gunungan wadon. Gunungan apem ini lalu
akan diarak dari Kantor Kecamatan Jatinom menuju Masjid Ageng Jatinom
yang sebelumnya telah mampir terlebih dahulu ke Masjid Alit Jatinom.
Arak-arakan ini diikuti oleh pejabat-pejabat kecamatan, kabupaten, Pemerintah
Daerah Kabupaten, Bupati (atau yang mewakili), Disbudparpora (Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga) dari Klaten. Arak-arakan jalan kaki ini juga
dimeriahkan oleh marching band, reog, seni bela diri dan Mas Mbak Klaten yang
terpilih.
Setelah kedua gunungan apem sampai di Masjid Ageng Jatinom maka gunungan
apem tersebut dimalamkan di dalam Masjid untuk diberi doa-doa. Pada hari Jumat
setelah sholat Jumat, apem tersebut disebar oleh Panitia bersama dengan ribuan
apem sumbangan dari warga setempat.
Banyak orang berpendapat bahwa apem yang ada di gunungan dan telah
dimalamkan di Masjid Ageng itulah apem yang paling “berkhasiat” atau manjur.
Menurut banyak warga sebenarnya dari ribuan apem yang disebar apem yang telah
dimalamkan di Masjid tersebut adalah apem yang benar-benar punya berkah. Tapi
meskipun demikian tidak berarti ribuan apem lain yang disebar tidak membawa
berkah, masyarakat percaya bahwa apem-apem yang disebar itu punya berkah.
Menurut para sesepuh Jatinom, gunungan apem itu mulai diadakan sejak 1974,
bersamaan dengan dipindahnya lokasi sebaran apem dari halaman Masjid Gedhe ke
tempat sekarang. Sebelumnya, acara sebaran apem tidak menggunakan gunungan.
Jumat siang,
ribuan orang memadati lapangan di dekat Masjid Ageng Jatinom Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten untuk berebut kue apem yang disebar, yaa qowiyyu yang dirayakan pada
setiap hari Jumat bakda sholat Jumat pada pertengahan bulan Sapar ini telah ada
sejak jaman sejarah Kyai Ageng
Gribig dan sampai saat ini masih dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar