Merbabu
Again..,,
Merbabu
masih membuat penasaran saya, karena itu saya berniat untuk bersilaturahmi
kembali. Pendakian kali ini saya lakukan bersama teman-teman kampus dengan Mbak
Asni, Mbak Atika, Mas Pundat dan Masnya Mbak Asni. Bada ashar saya bersiap-siap
dari rumah menuju kost mbak Asni didekat kampus saya, kampus IAIN Surakarta.
Sekitar pukul setengah 5 saya sudah berada di kost mbak Asni dan harus menunggu
Mbak Tika, Mas Pundat dan Masnya mbak Asni. Sambil menunggu tak lupa kami menunaikan
kewajiban kami, sholat maghribpun kami tunaikan. Sholat maghrib telah
ditunaikan, akhrinya teman-temanpun datang. Kami mulai packing dan mengecheck
barang-barang bawaan kami masing-masing. Selesai kami packing, suara adzan isya
mulai terdengar dan kami menunaikan kewajiban sholat isya terlebih dahulu
sebelum berangkat menuju ke Merbabu. Sholat isya usai, kami menunggu waktu
berangkat, tepat pukul delapan kami bersiap meninggalkan kost mbak Asni menuju
Basecamp Merbabu. Jalanan dari Kartasura menuju Selo, basecamp siap kami
arungi. Jalanan mulai menuju cepogo dingin mulai terasa, semakin naik semakin
mendekati selo dan melewati irung petruk udara dingin mulai merasuk ke
tulang-tulang, tangan mulai kaku dan mati rasa, kami harus ekstra hati-hati
dalam perjalanan ini semua. Sekitar pukul setengah sepuluh akhirnya sampai juga
di basecamp merbabu. Kali ini sepeda motor tidak berhenti terlebih dahulu di
basecamp, tapi langsung naik sampai gerbang pendakian gunung merbabu.
Setelah
sampai kami mulai turun, dan yang bawa sepeda motor kembali ke bawah untuk
memarkir sepeda di basecamp. Saya dan tika pun menunggu mbak Asni, Mas Pundat
dan Mas Fajar di depan gerbang. Sekitar sepuluh menit berlalu, kami pun lengkap
berlima berkumpul dan berdoa bersama untuk mengawali perjalanan malam menyusuri
gunung. Doa usai, mulailah kami melangkahkan kaki menyusuri jalanan setapak
yang gelap dan senterpun jadi alat penerang kami. Pendakian merbabu yang kedua
kali bagi saya ini, tidak seperti pendakian pertama lalu yang baru lima langkah
break, lima langkah break. Tapi, rupanya hal itu dialami oleh tika yang baru
pertama kali melakukan pendakian. Sekarang ambil posisi, saya berada paling
tepat disusul dibelakang saya mas Pundat, dibelakangnya Mbak Asni, selanjutnya
tika dan mas Fajar. Mas fajar dibelakang bertugas menyemangati dan memotivasi
si tika. Karena keadaan yang sangat dingin, dan berhenti semakin lama membuat
badan kaku. Maka saya mbak asni dan mas pundat disuruh mas fajar untuk berjalan
duluan, dan beristirahat ditempat yang lebih enak. Di pertengahan perjalanan
pos 1, kami memutuskan untuk beristirahat dan membuka beberapa cemilan dan
makanan ringan, tanpa pikir panjang karena lapar dan sebagai pengusir dingin
langsung lahap dech makanan tersebut. Setelah dirasa cukup, perjalanan kami
dilanjutkan. Dan akhirnya sampailah di pos 1.
Perjalanan
kami berlanjut menuju ke pos 2, jalan yang harus dileati semakin memperlihatkan
jalan sebenarnya di gunung. Jalanan setapak mulai naik, kami lalui dan lewati.
Pos 2 bayangan telah kami injak, dan ternyata disini tak berubah saat pendakian
pertama saya, yaitu baunya tidak enak, bau air kencing yang semerbak berhembus
ditiup anging pegunungan. Karena tidak enak tersebut, perjalanan menuju pos 2
kami lanjutkan. Posisi tempat masih tetap seperti tadi, dan dibelakang mas
Fajar masih semangat memotivasi tika yang sepertinya hampir putus asa. Jalanan
menuju pos 2 terus kami lalui, dan kami lewati. Tanah licin tetap kami lewati,
dan dekat dengan pos 2 ternyata naikkannya semakin tinggi. Dan akhirnya saya
dan mas pundat memutuskan berhenti dan beristirahat di pos 2 sembari menunggu
mbak asni, mbak tika dan mas fajar. Saat menunggu, mas pundatpun kembali
mengeluarkan makanan ringannya kembali, tak lama datanglah mbak asni seorang
diri. Ternyata mbak tika dan mas fajar masih dibelakang. Detik demi detik,
menit demi menit ditunggu akhirnya mereka datang juga dan personel kita
lengkap. Saat beristirahat di pos 2, ada yang lewat 4 orang, 2 orang pria dan 2
orang wanita. Dengan sedikit say hello kamipun menyapa,
“Mari,
mas.. Mari, mbak..”
“Iya,
mas.. iya mbak, nutrisari. Darimana mas mbak?”
“Kami
dari Solo. Lha mas mas dan mbak-mbaknya?”
“Solonya
mana mas mbak? Kami dari kartasura.”
“UMS.
Kalian?”
“IAIN
Surakarta. Tetanggaan ternyata.. hehehhe.”
“Iya
mas, tetanggaan ternyata. Ya sudah mas mbak kami duluan, ketemu lagi ntar di
puncak. Hehhe”
“Iya
.. hehhehe”
Mas
mbak UMS telah hilang dari hadapan kita dan suasana kembali menjadi sepi sunyi.
Pendakian kali ini termasuk sepi, karena hingga perjalanan pos 2 baru 1
rombongan yang menyusul naik.
Setelah
istirahat dirasa usai, kami melanjutkan perjalanan ke pos 3. Ternyata, ulala
track semakin menantang. Batu-batu besar dengan tanah yang cukup tinggi kami
lewati. Akhirnya sekitar pukul setengah dua, sampailah kami di pos 3. Karena
dingin semakin menusuk-nusuk tulang, tanpa pikir panjang dome segera kami
dirikan. Dengan jurus cepat kilat satu dome telah berdiri dengan gagah. Dan
kami para wanita-wanita mendapat perlakuan special, yaitu kami disuruh untuk
segera masuk ke dome yang telah berdiri untuk menghangatkan tubuh dan
menyiapkan makanan dan minuman hangat untuk mengusir dingin. Akhirnya mas fajar
memutuskan untuk memasak di dalam tenda, karena di luar angin sangat besar dan
api selalu mati. Saat memasak tanpa sengaja kompor kesenggol dan jatuh, tapi
untungnya tidak mengenai dome dan tidak terbakar. Setelah perut terisi kami
mulai membaringkan badan untuk beristirahat untuk melanjutkan pendakian
selanjutnya. Dingin membuat tidur tidak nyenyak, tetapi saya mencoba selalu
memejamkan mata. Hingga saya membuka mata ternyata sudah pukul setengah lima
dan waktunya sholat subuh. Berwudhu dengan tayamun pun kami lakukan. Kiblat
sesuai yang diyakini. Sudah siap kamipun sholat subuh didalam dome, saya, mbak
asni dan mbak tika berjamaah bareng. Setelah sholat selesai, kamipun keluar
dari dome. Dan apa yang terjadi, kabut turun, jarak pandang dekat dan badai
menyerbu kami. Dan kami akhirnya tidak memutuskan untuk melanjutkan pendakian,
tapi kembali untuk turun. Seperti lyric lagu, “Walau badai menghadang,
pemotretan tetap dilakukan”. Setalah asyik dan puas berfoto-foto, dan karena
badai mulai tak dapat dilawan, air mulai turun dari atas, dingin semakin tak
terelakkan dan semakin menusuk-nusuk tulang. Kami memutuskan untuk packing dan
kembali turun ke basecamp.
Kebiasaan
sayapun terjadi lagi, yaitu saat turun tak terpeleset, takut jatuh, dan
takut-takut lainnya. Jalanan pos 3 ke pos 2, pos 2 ke pos 1, dan pos 1 menuju
basecamp pun kami lalui satu persatu, tapak demi tapak saya langkahkan kaki
saya. Dan alhamdulillah, puji syukur akhirnya sampailah di basecamp. Setelah
sampai di bacecamp perjalanan pulang ke kartasura kami lanjutkan. Dan di masjid
dekat polsek selo, kami memutuskan untuk bersih-bersih dan mejalankan kewajiban
kepada Allah. Istirahat tak lupa kami lakukan, setelah siap semua lengkap
perjalanan kami lalui. Jalanan naik-turun yang membahayakan, ramaian kota kami
lalui. Akhirnya sampailah sekitar pukul setengah tiga di kost mbak Asni di
dekat kampus IAIN Surakarta. Dan saya memutuskan untuk langsung pulang dengan
diantar tika sampai ke Mega Merapi dan perjalanan saya lanjutkan dengan
menaikki angkutan dan turun di bangjo pakis. Perjalanan jalan kaki masih harus
saya tempuh, agar bisa sampai rumah. Alhamdulillah akhirnya sampai juga
dirumah.
Terimakasih
mbak Asni, mbak Atika, Mas Pundat dan Mas Fajar yang telah memberikan
coretan-coretan pengalaman dalam hidup saya melalui pendakian merbabu kali ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar