Pendakian
pertama ini dilakukan saat saya masih semester tiga, sore itu kami memutuskan
untuk berkumpul dirumah Dila di sekaran, wonosari, klaten. Sesampai disana saya
disambut dengan hangat oleh Ibunya Dila, waktu itu Dila belum berada di rumah.
Dia sedang menukar sepeda motornya dengan sepeda motor yang lebih kuat milik
kakaknya. Karena rute jalan menuju gunung kan tinggi, jadi perlu sepeda
motorpun yang kuat juga. Disana saya juga harus menunggu Kang Debi yang kembali
pulang untuk mengambil kameranya yang ketinggalan dirumah. Tak lama ditunggu
Kang Debi pun datang, dan disusul si Dila. Semua sudah terkumpul dan sekarang
waktunya packing ulang. Melihat bawaan mereka, kayaknya bawaan dan cara packing
saya salah dech. Si Dila aja sampai bilang, “Kamu bawa apa aja, Diah? Besar
banget tasmu, ndak takut keberatan ntar?” “Hehhehehe, aku Cuma bawa yang
dismsin Kang Debi nich, tapi kox tasku doanx ya yang terlihat besar. Duch salah
bawa kali ye aku, hehhehe”
Setelah
packing selesai, kita memutuskan untuk menuju ke Gapura Kampus saya, yaitu
Gapura IAIN Surakarta yang lebih terkenal dengan nama Merapi, tapi bukan Gunung
Merapi ya, lebih terkenal dengan Merapi karena disebelah gapura ada bengkel
yang bernama Mega Merapi dan sering disebut Merapi. Kami memutuskan untuk
menunggu di depan tempat potong rambut. Disitulah saya bertemu dan berkenalan
dengan Mbak Elisa dan Mas Fajar. Setelah say hello, say hello akhirnya
diketahui lah ternyata Mas Fajar itu juga mahasiswa IAIN. Tetapi Mas Fajar
berbeda jurusan dengan saya, saya jurusan BKI dan Mas Fajar jurusan Ekonomi.
Ternyata disana kami harus menunggu dua teman lagi dari Mas Fajar. Tepat pukul
setengah 6 akhinya berkumpullah kami tujuh orang, dan memutuskan untuk
berangkat. Keluar dari gapura IAIN Surakarta ambil kiri sampai depan kolam
renang Kopasus belok kanan dan berputar arah menuju bundaran kartasura. Setelah
sampai bundaran kartasura ambil kiri, jalanan boyolali, solo-semarang mulai
kami arungi. Setelah itu kami, mengambil jalan menuju cepogo dan selo. Jalanan
menuju selo pun, ulala banget jalanan naik dan belokan menukik yang sering
disebut irung petrukpun, kami lalui dengan semangat. Udara dingin menyambut
kedatangan kami, dan mulai menusuk ke tulang. Rasanya ingin mengurungkan niat
mendaki karena dingin yang tidak terkira. Sampai di Polsek Selo kami belok
kanan memasukki gang dan menuju basecamp merbabu. Basecamp merbabu ini berada
di dalam desa. Untuk mencapai basecamp tersebut jalanan naik menukik dan gelap
menyambut kami. Dan alhasil, saya harus turun dari boncengan dan jalan kaki
dibeberapa tanjakkan karena sepeda Kang Debi tidak kuat membawa beban naik
tanjakkan. Duch, mendaki gunung aja belum, tapi udah jalan naik dengan bawaan
berat sekali. Hheemm, tak disangka setelah berjalan cukup jauh akhirnya
sampailah dibasecamp Merbabu. Disana kami memutuskan untuk beristirahat sejenak
dan tak lupa menunaikan shalat maghrib dan isya. Setelah kewajiban sudah
ditunaikan dan istirahat dirasa cukup, sekitar pukul 9 kami memutuskan keluar dari
basecamp dan memulai pendakian. Ternyata jalanan beraspal dari basecamp sampai
gerbang pendakian, masih luumayan lah. Saya pikir mah keluar basecamp langsung
jalan setapak, ternyata tidak. Semangat lah, hehhehe.
Tepat di depan gerbang
pendakian selo, kami memanjatkan doa untuk keselamatan kami dan mohon
perlindungan Allah. Mas Fajarpun memimpin doa, setelah doa selesai senter mulai
dinyalakan. Duch awal jalan aja, saya udach salah bawa senter. Ya, saya membawa
senter dengan cahaya merah, dan kata teman-teman kalau untuk pendakian lebih
baik pakai senter cahaya putih. Dengan alasan cahaya putih itu jarak
pancarannya lebih jauh dan lebih terang. Oke dech, lain kali kalau naik ndak
pakai senter ini lagi dech, tapi kayaknya nggaakk akan naik lagi dech. Baru jalan
belum ada lima menit aja, udach teriak “break” nafas mulai tak teratur. Setelah
istirahat dirasa cukup, kami mulai jalan lagi. Di perjalanan pendakian pertama
ini, kami khususnya saya lebih banyak beristirahat, mungkin baru pertama kali
saya belum terbiasa. Waktu yang biasa ditempuh dari basecamp ke pos 1 adalah
1-1,5 jam, karena saya yang melewati hingga mencapai hampir 2 jam an. Di pertengahan perjalanan pos 1,
sepatu saya rusak ternyata dan tidak memungkinkan untuk dipakai, akhirnya salah
satu teman mas Fajar meminjamkan sandalnya untuk saya. Duch, salah lagi kan
saya, sendal yang saya pakai tidak sesuai. Dan karena bawaan kami sudah berat,
maka sepatu saya ditinggal di atas pohon yang ambruk kalau besuk masih ada ya
dibawa pulang, kalau tidak ada ya diikhlaskan saja kali ye, hhehehe.
Pos
1 akhirnya sudah kami lewati, karena cuaca yang sangat dingin kami memutuskan
untuk mengeluarkan peralatan memasak. Jjiiaah, sang koki langsung dengan sigap
menyiapkan minuman hangat. Ditunggu dan ditunggu akhirnya minuman hangat pun
siap dinikmati didampingin makanan ringan. Dirasa istirahat cukup, peralatan
memasakpun dipacking ulang dan perjalanan siap dilanjutkan.
Perasaan
ogah-ogahapun mulai merasuk ke diri, tapi perasaan perkewuh dan tidak enak
kepada teman-temanpun mampu melawan itu semua. Perjalanan menuju pos dua pun
semakin ulala, tanjakkan mulai ditemui. Satu jam berlalu, akhirnya pos bayangan
pun kami lewati. Di sinilah kami mulai istirahat lagi. Di pos bayangan itu
ternyata baunya tidak sedap, mungkin banyak yang buang air kecil disini yang
menyebabkan bau tidak sedap. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke pos 2,
jalanan tanah disertai batu besarpun kami lewati. Ditengah perjalanan,
seolah-olah tergelitik untuk melihat ke belakang, daripada penasaran akhirnya
saya membalikkan badan, subhanallah sungguh indah kemerlap lampu yang menyala
membelah jalanan. Terlihat dengan jelas jalanan boyolali kota dengan indahnya.
Terlalu lama diam ternyata membuat badan kedinginan, dan kaku untuk bergerak.
Dan kami memutuskan untuk berjalan lagi. Sekitar pukul 1 akhirnya kami sampai
dipos 2, karena tenaga yang tak mungkin lagi diperas untuk mengarungi
perjalanan menuju puncak merbabu. Kami memutuskan untuk istirahat dan ngecam
dipos 2. Peralatan ngecam kami keluarkan dengan ekstra hati-hati, dome dan
peralatan masakpun juga dikeluarkan. Karena cacing diperut udach pada demo,
maka kami bagi tugas ada yang mendirikan dome dan ada yang memasak mie. Setelah
dome berdiri dengan gagah, cacing udah disuap dengan mie, kami bersiap-siap
untuk memejamkan dan berharap mimpi indah. Saat itu sangat dingin banget,
tidurpun kami sangat terganggu.
Saat
mata masih terpejam, telinga mulai tergelitik oleh salah satu alarm adzan subuh
dari handpone, akirnya kami mulai lah menyiapkan diri untuk menunaikan shalat
subuh. Shalat subuh selesai, ternyata sb memanggil-manggil untuk disentuh lagi.
Karena masih dingin banget, tanpa pikir panjang langsung sambar aja sb tersebut
dan mulai memejamkan mata kembali. Dua jam berlalu, mata mulai digelitik oleh
pancaran cahaya yang sedikit menghangatkan tubuh. Mata langsung melirik jam
tangan, “What?”, udach hampir jam 7 ternyata. Akhirnya kami semua membuka dan
berunding untuk melanjutkan pendakian kali ini atau tidak, karena teman-teman
sudah lama tidak melakukan pendakian dan ini pendakian pertama saya. Dan fisik
belum terbiasa, kami memutuskan tidak melanjutkan pendakian. Akhrinya di pos 2
ini lah kami melakukan pemotretan-pemotretan nnggaakk jelas alias narsong.
Pemotretan selesai akhirnya kami memasak mie lagi untuk bahan bakar menuruni
pos 2 menuju basecamp. Sarapan usai, kami akhirnya packing, satu persatu barang
dimasukkan dan ditata rapi di dalam tas kami masing-masing. Semua udach
dipacking, sudah dimasukkan semua, kami meninggalkan pos 2 menuju bacesamp.
Perjalanan
turun ternyata lebih menakutkan, tak disangka semalam melewati jalanan seperti
ini. Bingung turun, takut terpeleset, takut njungkel semua ada diotak. Berbekal
yakin dalam menepakkan kaki, akhirnya pos 1 udah di depan mata. Sepertinya
udach kangen berat seperti bertahun-tahun tidak ketemu basecamp, pos 1 Cuma
untuk numpang lewat aje lah, hehhehe. Akhirnya kami melewati jalanan dimana
saya kemaren menaruh sepatu, ternyata sepatu saya masih ada dan katanya kan,
klo gunung, “Jangan tinggalkan apapun selain jejak”, maka sepatu tersebut saya
ambil kembali. Dijalanan menuju baecamp, kami mulai foto-foto ndak jelas gitu.
Akhirnya kami sampai di gerbang pendakian selo, disinilah pemotretan diakhiri
dengan foto bersama. Alhamdullillah syukur selalu saya panjatkan, akhirnya kami
sampai di basecamp merbabu walaupun puncak tidak kami capai. Perasaan tidak
enakpun hadir, perkewuh kepada teman-teman karena saya merasa membuat pendakian
menuju puncak teman-teman terganggu. Tetapi disinilah saya belajar banyak
pelajaran, antaralain tentang kebersamaan, kesolidaritasan, kepemimpinan, dan
laim-lain.
Terimakasih
Kang Debi, Mbak Dila, Mas Fajar, Mbak Elisa, dan 2 teman dari Mas Fajar telah
menemani pendakian pertama saya. Dan kalian yang pertama kali mengenalkanku
akan gunung yang sebenarnya. Terimakasih.. J J
J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar