Pendakian
lawu perdana ini, tanpa persiapan yang matang dan sangat mendadak. Kami
berangkat mendaki tanggal 24 Januari 2014 hari sabtu tepat saat siangnya
terjadi gempa yang dapat dirasakan sampai klaten dan pusat gempa tidak saya
ketahui jelas. Sehari sebelumnya, yaitu hari jumat malam saya disms mbak ita,
“Diah,
besuk naik yuk?”
“Naik
kemana mbak?”
“Lawu.”
“Sama
siapa aja mbak?”
“Sama
temanku anak kampus juga. Mau ya, temani aku naik?”
“Belum
bisa jawab, mbak. Minta izin Ibu dulu aku.”
Mungkin
begitulah singkat sms awal rencana pendakian Lawu perdana. Setelah sms selesai,
saya mencoba meminta izin ke Ibu. Ibupun mengizinkannya dan saya membalas pesan
mbak Ita untuk mengiyakan ajakan naik Lawu.
Tepat
siang hari sebelum malam pendakian, saya bermain kerumah teman saya dan saat
itulah terjadi gempa bumi. Pendakianpun terbesit untuk saya pending, tetapi
persiapan dari mbak Ita dan temannyapun sudah ready. Ragupun menghampiri, tanya
lagi ke Ibu. Ibupun menyerahkan semua kepada saya, dan saya minta pendapat
kepada teman saya yang lain. Jangan berangkat. Itu jawaban yang langsung
diberikan. Saat mau mengabari untuk memending pendakian, mbak itapun sudah
datang kerumah dengan membawa dome. Duch, masak iya mau batalin padalah udah
pada semangat. Itulah yang terbesit dalam pikiran saya. Dengan basmalah, saya
putuskan untuk melanjutkan rencana pendakian ke Gunung Lawu. Persiapanpun saya
lakukan. Cari barang dan alat kesana-kemari saya lakukan. Dan saya dengan mbak
Ita janjian untuk berkumpul ke rumah saya setelah isya.
Sekitar
pukul setengah delapan, mbak ita sudah menghampiri saya untuk melakukan
pendakian. Saya memohon izin dan doa restu ke Ibu, lalu saya bersama mbak Ita
meninggalkan rumah saya menuju kampus saya, IAIN Surakarta untuk bertemu dengan
Mas Ahsan. Kami berkumpul di SC IAIN Surakarta untuk memacking ulang bawaan
kami. Setelah siap, kami mulai meninggalkan kampus saya tercinta, menuju
basecamp gunung lawu. Dan Mas Ahsan memilih basecamp Cemoro Sewu untuk
dijadikan awal pendakian lawu kali ini. Jalanan solo karanganyar, karanganyar
tawangmangu dan tawangmangu magetan siap kami arungi. Semakin kami dekat dengan
basecamp, dingin dengan sigap menusuk-nusuk tulang kami. Dingin tetap kami
hadapi, kami mencoba melawan dingin. Tak terasa basecamp pun kami capai. Kami
memarkirkan sepeda motor dan mencari perlindungan dari sergapan dingin.
Basecamp cemoro kandang saat itu termasuk dalan keadaan sepi, karena banyak
pendaki yang lebih memilh mendaki melalui cemoro sewu. Sebelum naik kami
memutuskan untuk mengisi perut yang mulai kroncongan. Soto dengan teh hangat
yang kami pinta, tak lama semangkok soto dan teh hangat udah dihadapan siap
untuk disantap. Setelah selesai makan, kami kembali ke basecamp untuk mendaftar
mendaki.
Sekitar
pukul setengah dua belas, dan diawali dengan doa kami memulai pendakian.
Pendakian melalui cemoro kandang lebih sepi, karena banyak pendaki yang memilh
melewati cemoro sewu. Karena kata orang-orang kalau lewat cemoro kandang itu
lebih jauh, jalannya agak mutar. Dan kalau cemoro sewu jalanan sudah bertangga
dan diatas ada yang jualan. Baru berjalan setengah jam, saya sudah sering
meminta untuk beristirahat. Badan saya mulai tidak bersahabat, kepala pusing,
perut ndak enak, mual pengen muntah. Semua terasa ndak enak dan ingin mengakhiri
pendakian ini. Tetapi, mbak Ita dan mas Ahsan selalu memberi semangat kepada
saya. Dan saya mulai jalan pelan-pelan. Tetapi belum nyampai pos satu, saya pun
sudah tidak tahan lagi, rasa pusing dan lemas pun menyerang saya. Dan sayapun
terjatuh dan tiduran di atas pohon yang roboh. Rasanya untuk mengangkat kepala
saja yang tidak kuat. Dan mas Ahsanpun memutuskan untuk ngecamp karena melihat
kondisi saya yang tidak memungkinkan. Ditunggu dan ditunggu akhirnya dome pun
berdiri dengan gagahnya. Dan saya disuruh untuk masuk kedalam dome, tetapi saat
saya mencoba berdiri, saya malah terjatuh, lemas sekali dan pusing yang saya
rasakan. Akhirnya mbak Ita memapah saya menuju dome. Di dalam dome saya
langsung memakai sb dan disuruh untuk tidur. Saya mencoba memejamkan mata, tapi
rasa mual membuat saya susah memejamkan mata. Minumn hangat diberikan kepada
saya dan saya mencoba meminumnya. Dan saya mulai memejamkan mata kembali.
Akhirnya sayapun terpejam, hingga akhirnya saya terbangun oleh sorotan matahari
yang menyinari alam ini.
Setelah
terbangun kami mulai menyiapkan nesting dan kompor untuk memasak mie untuk
mengisi perut kami. Setelah dirasa kondisi memungkinkan, kami memutuskan untuk
packing dan melanjutkan perjalanan pendakian kali ini. Alhamdulillah saya sudah
merasa enakan, walaupun masih terasa lemas. Akhirnya, kami sampai di pos 1.
Di
pos 1 kami memutuskan untuk beristirahat dan segera keluarkan kamera dan mulai
ngeksis. Cepret sana cepret sini, gaya gini gaya gitu. Dirasa cukup kami
melanjutkan pendakian kami, jalanan tanah pun kami susurui. Bau menyengat dari
belerang pun menganggu hidung saya. Akhirnya sampailah di pos 2, kami
beristirahat lagi. Dan mulai foto-foto lagi. Setelah melihat alat waktu,
ternyata tidak memungkinkan kami untuk melanjutkan pendakian. Dikarenakan
sorenya kami sudah mempunyai acara masing-masing. Akhirnya kami memutuskan
untuk turun kembali, dan pendakian perdana lawu ini puncak kesepakatan kami
adalah pos 2.
Disepanjang
perjalanan turun, kami selalu ngeksis untuk berfoto-foto. Tapi saat ditengah
perjalanan ke pos 1, sungguh sangat disayangkan kami melihat bapak-bapak yang
menebang pohon yang kayunya akan dibawa pulang. Karena wajah bapak itu sangat
sangar, maka kami hanya lewat dan menganggukan kepala. Tatapan sinis dari
bapaknyapun kami terima. Karena cari aman, kami mempercepat laju perjalanan
menuju basecamp. Alhamdulillah suara sepeda motor sudah terdengar dengan jelas,
tandanya basecamp semakin dekat. Puji syukur kami haturkan saat kami sampai di
basecamp. Kami memutuskan untuk beristirahat sebentar sebelum memutuskan untuk
pulang ke rumah kami masing-masing. Istirahat cukup, kamipun memutuskan untuk
pulang tak lupa kami berpamitan kepada bapak penjaga basecamp. Jalanan menuju
karanganyarpun siap kami arungi, dan alhamdulillah kami sampai dirumah dengan
selamat.
Terimakasih
untuk Mbak Ita dan Mas Ahsan, yang telah memberikan pelajaran baru dalam
pendakian kali ini. Dan terimkasih telah merawat saya, saat saya tepar. Maaf
pula sudah banyak merepotin dan maaf belum bisa sampai puncak. Terimakasih JJJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar