“Kecelakaan Bertamu”
Sumber:
@AnnaSurtiNina
Berkunjung
ke kerabat kadang ada ‘kecelakaan’ seperti anak rewel, menumpahkan minuman,
muntah, dll. Apa ya yang bisa kita lakukan ketika ada ‘kecelakan bertamu’
semacam itu? Bahas yuk.
Antisipasi
umum sebelum bertamu untuk menghindari ‘kecelakaan bertamu’ adalah sudah bilang
ke anak bahwa kita akan pergi ke sebutkan ke mana saja yang jelas, misalnya ke
rumah eyang Bambang, lalu ke rumah om Joko. Kita bisa tunjukkan foto yang
bersangkutan supaya kebayang. Bisa juga tunjukkan foto ketika bertamu di tahun
sebelumnya, ketika anak masih kecil. Ceritakan juga apa aja yang akan
dilakukan. Misalnya akan masuk rumah, salaman, ketemu tante ini itu, makan
ketupat, ngobrol, terus pergi. Kalau perlu bikin simulasi. Bikin simulasi di
rumah untuk latihan bertamu, sehingga anak bisa punya bayangan.
Jaga tubuh anak fit sebelum bertamu.
Bawakan makanan minuman favorit, jika anak menolak makan atau makanan tak bisa
dimakan anak, anda bisa berikan makanan itu. Bawakan juga mainan favorit, 2-3
buah. Jangan dikeluarkan sekaligus, tapi bisa diberikan satu per satu aja
bergantian. Dengan antisipasi dan tubuh
anak fit, sebetulnya sih sudah lumayan terhindari dari ‘kecelakaan bertamu’,
tapi tetap bisa terjadi. Pedoman umum ketika ada ‘kecelakaan bertamu’ adalah
gak usah marah, gak perlu juga menghukum berlebihan. Banyak anak yang sudah
malu walaupun tidak dimarahi, karena bentuk-bentuk reaksi orang lain. Artinya
itu sudah jadi ‘hukuman’ buat anak.
Ketika
anak sudah menangis atau terlihat menyesal gara-gara ‘kecelakaan’ itu, maka ya
sudahlah, tenangkan saja tak usah pakai marah-marah. Jauhkan dulu dari area
‘kecelakaan’, apalagi kalau membahayakan. Misalnya lantai licin atau ada
pecahan keramik. Periksa dulu keadaan anak, misalnya anak terliha shock atau
ada luka, bisa juga bingung dan menangis keras. Mama dan papa dalam
menanganinya tarik napas panjang dan senyum dulu, untuk menenangkan diri. Nah,
penanganan secara khusus, yuk kita bahas per kasus berikut ini
1. Anak menolak masuk ke rumah yang akan
dikunjungi.
Sudah
jauh-jauh bertandang, anak maunya hanya di depan rumah atau pagar saja.
Sebetulnya ini bisa diantisipasi dengan bicara kepada anak sebelum berangkat,
bilang bahwa nanti sesampai disana akan segera masuk. Begitu kejadian, pastinya
segeralah dibujuk. Kalau tetap tidak mau, bilang dulu sama pemilik rumah bahwa
anda akan ajak anak jalan-jalan sekitar dulu, nanti kembali lagi. Selama
jalan-jalan, katakan kepada anak bahwa kita akan putar-putar dulu, tapi begitu
sampai rumah tadi akan segera masuk. Bikin perjanjian gitu lho. Nah kalau sudah
bikin perjanjian seperti itu, maka lakukan sesuai yang dijanjikan. Jadi
kalaupun anak agak rewel, ya tetaplah masuk ke rumah tersebut. Kalau anak rewel
terus, jangan lama-lama ya.
2. Anak tak mau keluar dari kendaraan.
Maunya
di kendaraan saja, biasanya terjadi ketika anak mengantuk berat. Antisipasinya
adalah anak dipersilahkan tidur dulu sepanjang perjalanan. Nanti sekitar 5-10
menit (tergantung seberapa cepat anak ‘on’) sebelum sampai di tempat tujuan, anak
dibangunkan, diingatkan akan segera tia dan akan amsuk ke rumah kerabat. Jika
terlanjur, mama dan papa bisa ‘membelah diri’, misalnya mama masuk ke rumah
kerabat dan papa menunggu anak di kendaraan. Perhatikan aliran udara dan suhu,
jangan sampai anak terlalu kepanasan di kendaraan. Beberapa saat kemudian, anak
dibangunkan lalu ajak masuk. Kalau anak masih kecil sekali bisa juga digendong
saja, diajak jalan-jalan sekitar rumah keraat, baru diajak masuk.
3. Anak tak mau salaman.
Intinya
sih, santai aja, nggak usah paksa anak salaman. Bisa kok diajak main akrab
dulu, baru belakangan salaman. Kalau sudah lebih nyaman buat anak, tentunya
anak lebih mau salaman.
4. Anak menumpahkan minuman.
Biasanya
sih terjadi karena koordinasi motorik anak belum oke. Jadi gak usah dimarahi.
Peluk anak. Minta maaf kepada pemilik rumah. Minta tolong pemilik rumah
menunjukkan tempat tisu, sapu, pel. Lalu ajak anak mengambilnya dan mengajak
membersihkan dengan bantuan kita. Ini lebih mudah kalau di rumah. Kalau tidak
biasa, boleh dech orang tua aja yang membereskan. Bereskan dengan tenang tanpa
mengomeli anak. Kapan boleh ngomel? Gak usah ngomel, tapi boleh ditegur
sambil beri nasehat sedikit pas
kejadian. Kalau dirasa belum cukup, nanti setelah pulang bertamu bisa
dilanjutkan lagi. Dirumah, latihan beresin lagi ya.
5. Anak menyela pembicaraan.
Namanya
juga anak-anak, sering nggak
sabar menunggu mama dan papa selesai bicara, mereka langsung menyela. Kalau
orang tua langsung menjawab anak, maka anak tak belajar untuk menghargai orang
tua yang sedang bicara, tak belajar menunggu. Jadi tetaplah mengobrol dengan
kerabat, peluk/pangku anak atau tatap matanya tapi tetap dengan mengobrol
dengan kerabat. Kita bisa berikan kode, misalnya kita menyentuh bibir kita
dengan jari telunjuk. Kode ini akan lebih dipahami kalau pernah dicoba. Kalau
pembicaraan bisa disela, permisi dulu ke kerabat, barulah menanggapi anak
bicara dengan tenang, gak usah pakai marah-marah. Setelah menanggapi anak
dengan singkat, kemudian ingatkan anak lagi bahwa mama atau papa ingin
mengobrol lagi, lalu persilakan anak main lagi seperti semula. Ingatkan juga
kalau mau bicara, bisik-bisik dulu ke mama atau papa, tidak langsung
ditanggapi.
6. Anak rewel terus.
Mungkin
karena tubuhnya tidak nyaman (misalnya, karena lapar, mengantuk, sakit,
ngompol, dll), atau karena bosan. Jika karena tubuhnya tidak nyaman, usahakan
memenuhi kebutuhannya, jika mungkin. Misalnya kalau anak mengantuk, bisa pinjam
ruangan atau kasur untuk menidurkan anak. Kalau tidak mungkin memenuhi
kebutuhannya, misalnya karena itu bukan rumah kerabat dekat, segeralah akhiri
kunjungan. Mohon maaf sebesarnya kepada pemilik rumah. Mereka juga perlu
memahami ketidaknyamanan ini.
7. Anak Tantrum alias mengamuk.
Biasanya
sih ini diawali dengan kerewelan dulu, nggaakk langsung tantrum, jadi harusnya
sudah bisa tertangani dengan trik untuk anak rewel. Tapi kalau kita berkunjung
ke kerabat dekat yang perlu agak lama, atau ada acara berkumpul yang lebih
resmi dan kita nggaak bisa segera pergi, kadang tak bisa dihindarkan anak menjadi
tantrum. Ngertiin aja. Minta maaf dulu kepada pemilik rumah dan tamu-tamu lain.
Tarik napas dalam dan lepaskan perlahan untuk menenangkan diri Anda dulu.
Usahakan untuk menggendong anak, dan mengajaknya keluar ruangan atau keluar
rumah dan berjalan-jalan dulu misalnya sekitar 15 menit. Kalau anak sudah lebih
tenang, barulah kembali ke rumah itu lagi. Ohya sebelum kembali, buat dulu
beberapa janji, misalnya bahwa nanti akan lagi kembali lagi ke rumah tersebut,
akan bersenang-senang lagi dengan tamu-tamu yang ada. Usahakan sepositif
mungkin bilangnya. Karena sedang di rumah orang lain, kemungkinan kita nggak
bisa melakukan trik-trik yang biasa berhasil dilakukan di rumah. So, boleh juga
memberikan sedikit sogokan, misalnya ada mainan baru yang kita bawakan, atau
kita belikan sesuatu yang dia suka. Trik menyogok itu bener-bener trik di ujung
tanduk ya, nggak boleh sering-sering dilakukan supaya gak kehilangan
‘ketajaman’nya. Pokoknya sebelum menyogok sudah pasti kudu dilakukan semua cara
alternatif lain dulu. Jika setelah tantrum juga masih rewel terus, apa boleh
buat, sepertinya anda harus lebih lama undur diri dari acara tersebut. Nnggaakk
rela? Ya emang nnggaakk sih. Tapi ini bagian dari tanggung jawab kita sebagai
orang tua, untuk dahulukan kepentingan anak daripada diri sendiri.
8. Anak Muntah.
Biasanya
karena sakit, bisa juga karena kenyang dan loncat-loncat seru. Segera mohon
maaf kepada pemilik rumah dan tamu lain. Minta tolong ditunjukkan kamar mandi
atau kamar agar bisa segera menggantikan baju anak (juga kita mungkin perlu
ganti baju). Dahulukan kepentingan anak untuk bersihkan dan tenangkan, soal
membersihkan lantai bisa belakangan atau dibantu orang lain. Bisa juga mama
menggantikan baju sementara papa membersihkan muntah anak. Nah, kalau persediaan
bajunya sudah abis gmana? Mau tak mau, pinjam baju dari pemilik rumah. Mohon
maaf juga tentunya. Nantinya kalau sudah dicuci, bisa dikembalikan.
9. Anak lari-lari atau kejar-kajaran.
Usahakan
menangkap anak ketika berlari dekat kita, lalu bida dipangku dulu. Jika memang
ada ruangan lain yang lebih aman (misalnya taman, pastikan aman), maka arahakan agar anak-anak berlari-lari
diruangan tersebut. Tapi kalau tak ada ruangan lain, dan banyak barang pecah
belah berharga di rumah itu (misalnya guci, vas, toples mahal), maka mau yak
mau Anda mengeluarkan mainan andalan dan mengajak anak bermain sambil bertamu.
Kalau memang ada temannya, ajak temannya itu bermain sambil duduk dekat Anda.
Keluarkan salah satu maianan andalan.
10. Anak
merusak barang pemilik rumah.
Ini
salah satu mimpi buruk orang tua, tapi kadang terjadi. Segera pastikan anak
tidak apa-apa (misalnya tidak terluka). Gendong anak agar terhindar dari
pecahan barang, dan segeralah minta maaf kepda pemilik rumah. Papa dan mama
bisa segera bagi tugas, misalnya mama menenangkan anak, sementara papa
membereskan keberantakan yang terjadi. Usahakan menjanjikan untuk menggantikan
barang tersebut, dan tepati janji Anda. Anak boleh ditegur sedikit disana, tapi
janganlah orang tuanmarah-marah berlebihan. Nanti ketika sudah pulang, segera
bahas kejadian tersebut, apa efeknya, jika perlu anak dihukum. Hukumannya yang
relevan ya. Misalnya anak diminta mengambil tabungan untuk membeli barang yang
harus diganti. Nantinya ketika mengembalikan barang, anak harus ikut, agar
alami sendiri konsekuensi perbuatannya. Belajar bertanggung jawab.
11. Anak
Tidak Mau Pulang
Hihhihi,
ini kadang kejadian lho. Anak terlalu betah di rumah kerabat dan tidak mau
beranjak dari sana. Gunakan teknik jam dinding. Tunjukkan jam berjarum,
tunjukkan angka sekitar 10-15 menit setelah waktu saat ini. Bilang bahwa kita
akan pulang pada jarum jam tersebut, dan anak dipersilahkan main dulu sampai
jam tersebut. Dekat-dekat waktu tersebut anak diingatkan lagi. Lalu di waktu
yang ditentukan, anak bisa digendong dan diajak pamit. Anak mungkin menangis.
Kita bisa bilang bahwa pemilik rumah mau istirahat, boleh juga alasan yang
relevan. Karena udah ‘janjian’ pakai teknik jam dinding, maka kita bisa tetap
mengajak pulang. Jangan kelamaan nego waktunya. Boleh lho janjian lagi dengan
pemilik rumah, lain kali akan kembali bertandang ke sana. Atau sebaliknya
mereka yang ke rumah kita.
Nah,
mau persiapan sekeren apapun, kalau perginya sama anak selalu duga apa yang
tidak diharapkan terjadi. Jadi siap mental aja. :D Nah, itu tadi sharingnya
tentang berbagai ‘kecelakaan bertamu’. Moga-moga bisa buat bahan siap-siap
bertamu. Lebaran besok ya..