BAB I
Pendahuluan
A. Latarbelakang masalah
Ditinjau
dari perspektif psikologi perkembangan, manusia adalah makhluk yang senantiasa
mengalami perubahan atau change over
time. Sejak dari masa konsepsi hingga meninggal dunia, manusia secara
bertahap mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu aspek
perkembangan psikososial yang dialami manusia adalah perkembangan tingkah laku.
Perilaku manusia berasal dari faktor bawaan dan
lingkungan (ajar atau dari proses belajar). Perilaku menusia sebagai hasil dari
proses belajar mengandung pengertian juga bahwa perilaku tersebut dapat diubah
atau dimodifikasi alhasil tidak luput dengan menggunakan prosedur mengevaluasi.
Kemampuan untuk menguasai prosedur-prosedur mengevaluasi
perilaku sangat diperlukan oleh seseorang yang bergerak dalam bidang psikologi,
yang dalam hal ini adalah mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Dalam ranah kerja
dan studinya kita akan sering berhadapan dengan orang-orang dan problema
psikologis atau perilaku yang beragam, baik yang berkaitan dengan diri sendiri,
orang lain maupun dunia sekitarnya.
Dengan memahami salah satu prosedur mengevaluasi dan
melaporkan hasil APTL yaitu dalam memilih prosedur yang tepat sesuai
permasalahan yang dihadapi dan menggunakan prosedur tersebut dengan baik. Kita
sebagai mahasiswa Bimbingan dan Konseling dapat menerapkan prosedur tersebut
dengan tepat sesuai yang kita sepakati dan kehendaki
B.
Rumusan
Masalah
Dalam rumusan masalah ini akan membahas
mengenai perilaku nyikut yang dialami oleh seseorang sebagai salah satu
aktivitasnya ketika beranjak tidur.
BAB
II
Landasan
Teori
1.
Pengertian
nyikut dalam kasus ini
Nyikut adalah suatu perilaku yang tidak
normal, yang dilakukan oleh seorang yang memain-mainkan (mencubit-cubit,
mengusap-usap, mengutik-utik dll) siku tangan orang lain. Dan sering dilakukan
saat mau tidur. Dapat diketahui dari subyek, perilaku nyikut ini memberikan
kenikmatan tersendiri.
2.
Teori
perkembangan dalam kasus ini
Ericson memaparkan teorinya
melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan
perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini
bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia
tidak tuntas pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson
berhubungan dengan kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya
tertangani dengan baik, orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak
tertangani dengan baik, orang itu akan tampil dengan perasaan tidak selaras.
Dalam setiap tingkat, Erikson percaya
setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam
perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada
perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas
itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan
potensi kegagalan.
Dan tahapan yang bersangkutan dengan kasus nyikut ini
adalah tahap 1 yaitu Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan).
Gagalnya pengembangan kepercayaan ini menyebabkan subyek merasa takut dan tidak
yakin terhadap lingkungan yang dapat memberi kenyamanan dan keamananan. Dan
sehingga subyek sampai usia saat ini masih membutuhkan keamanan dan kenyamanan
dengan nyikut ibunya.
Tahap 1 Trust vs Mistrust
(percaya vs tidak percaya) ini berlangsung pada
masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun (infancy). Bayi pada usia 0-1
tahun sepenuhnya bergantung pada orang lain, perkembangan rasa percaya yang
dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan & kualitas penjaga
(yang merawat) bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun rasa
percaya terhadap si penjaga, dia akan merasa nyaman & terlindungi di dalam
kehidupannya. Akan tetapi, jika penjagaannya tidak stabil & emosi terganggu
dapat menyebabkan bayi tersebut merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada
lingkungan sekitar. Kegagalan mengembangkan rasa percaya menyababkan bayi akan
merasa takut dan yakin bahwa lingkungan tidak akan memberikan kenyamanan bagi
bayi ters
3.
Tujuan
Berkaitan
dengan teori diatas maka tujuan dalam modifikasi perilaku ini adalah untuk
menghilangkan perilaku subyek yang suka nyikut menjadi tidak nyikut.
4.
Metodologi
Untuk menghilangkan perilaku nyikut ini,
menggunakan metode extinction atau penghapusan dan punishment atau hukuman.
Extinction adalah salah satu teknik asesmen untuk mengurangi perilaku yang
tidak dikehendaki dengan cara menahan atau tidak memberikan positive
reinforcement yang selama ini memperkuat perilaku tersebut. Dapat diartikan
juga dengan menghentikan pemberian pengukuh pada perilaku yang semula
dikukuhkan sampai ke tingkat sebelum perilaku tersebut dikukuhkan. Punishment
adalah pemberian stimulus yang mengikuti suatu perilaku mengurangi kemungkinan
berulangnya perilaku tersebut.
BAB III
Pembahasan
1. Identitas Subyek
a. Nama
Subyek : DNI
b. Umur/Tanggal
Lahir : 19 Juni 2001
c. Jenis
Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Pakis, Boto,
Wonosari, Klaten
e. Pendidikan : SMP
2. Mengidentifikasi Tingkah Laku yang Bermasalah
dan Merumuskan Masalahnya secara Operasional, yang dapat Diamati dan Diukur.
Dalam kasus ini subyek akan melakukan
perilaku nyikutnya ketika hendak beranjak tidur, Nyikut ini dilakukan subyek
terhadap ibunya. Hal yang dirasakan oleh subyek dalam kasus ini adalah subyek
menemukan kenikmatan tersendiri ketika melakukan perilakunya tersebut. Hal ini berbeda
ketika ditanyakan jika tidak
nyikut rasanya gimana, si subyek mengatakan
tidak ada rasa nikmat yang dia lakukan yang ada dia malah tidak tenang karena nyikut
buatnya akan memberikan sensasi enak ketika nyikut sebelum tidur hingga dia
tidur.
Jika digolongkan menjadi beberapa
variabel, kita
dapat mengelompokkannya menjadi beberapa
variabel, diantaranya :
a. Variabel
Stimulus Anteseden
Subyek
dengan kasus nyikut (memainkan siku ibunya). Subyek dengan kasus ini akan
sering melakukan kebiasaan nyikut saat subyek akan tidur.
b. Variabel
Organismik
Kasus
nyikut (memainkan siku ibunya). Subyek benar-benar mengalami rasa enak dan
nikmat yang tidak beralasan saat subyek melakukan kebiasaan nyikutnya sebelum
tidur.
c. Variabel
Respon
Pada
kasus nyikut (memainkan siku ibunya) memiliki,
1. Frekuensi
respon yang nampak adalah sehari subyek bisa melakukan nyikut tergantung,
subyek sering tidur atau tidak. Jika subyek tidur sehari dua kali (siang dan
malam) maka subyek melakukan nyikut dua kali.
2. Intensitas
respon adalah saat pertama intensitas nyikutnya cepat, semakin lama semakin
mendekati subyek tidur menjadi lambat.
3. Lamanya
respon adalah nyikut yang dilakukan hingga subyek tertidur rata-rata 30 menit.
Jadi setelah nyikut 30 menit biasanya, subyek sudah tertidur.
d. Variabel
Konsekuensi
Pada
kasus nyikut (memainkan siku ibunya) : dengan nyikut (memainkan siku ibunya)
subyek menjadi lebih tenang, merasakan nikmatnya nyikut, merasa ada yang kurang
kalau tidak nyikut sebelum tidur, dan lain sebagainya. Akibat-akibat inilah
yang memperkuat perilaku nyikut (memainkan siku ibunya).
3.
Menetapkan Target Tingkah Laku yang Diinginkan
a.
Menghilangkan perilaku
nyikut
Berdasarkan
hasil dari pengamatan maka saya membuat skala keberhasilan dalam pencapaian
tritmen :
Berhasil :
Jika subyek tidak nyikut lagi
Cukup
Berhasil: jika perilaku nyikut subyek berkurang
Gagal :
Jika setelah tritmen belum ada perubahan
4.
Tritmen
Untuk menghilangkan perilaku nyikut
dilakukan program extinction dan punishment yang dilakukan oleh peneliti selama
delapan hari. Program extinction yang digunakan untuk menghilangkan perilaku
nyikut dengan cara menahan atau tidak memberikan positive reinforcement yang
selama ini memperkuat perilaku dan menghentikan pemberian pengukuh pada
perilaku yang semula dikukuhkan sampai ke tingkat sebelum perilaku dikukuhkan
yaitu dengan cara Ibu memakai baju lengan panjang menutupi siku.
Program punishment yang digunakan untuk
menghilangkan perilaku nyikut dengan cara pemberian stimulus yang mengikuti
suatu perilaku mengurangi kemungkinan berulangnya perilaku nyikut tersebut
yaitu dengan cara Ibu mengoleskan minyak pijat yang tidak disenangi subyek.
5.
Merancang dan
Melaksanakan Strategi untuk Mengatasi Masalah dan Mencapai Target Tingkah Laku
yang Diharapkan dengan Memilih dan
Menggunakan Teknik yang Tepat.
a. Mengamati
subyek ketika tidur, hal
ini dilakukan untuk mengamati perilaku subyek ketika akan dilakukan tritmen
guna menemukan strategi yang tepat.
b. Menghalangi
subyek nyikut
dengan menyarankan kepada ibunya menggunakan lengan panjang. Hal ini dilakukan
karena subyek akan terhalang nyikutnya ketika si ibu menggunakan lengan panjang
dikarenakan si anak risih jika ibu melakukan itu.
c. Pemberian
minyak aromatherapi yang aromanya tidak disukai anak. Hal ini diberikan guna
memberikan pencegahan mengurangi kemungkinan berulangnya perilaku nyikut
tersebut
6.
Evaluasi dari hasil
capaian selama tritmen
Untuk
mencapai target yang diharapkan, maka saya menggunakan berbagai strategi yang
telah disebutkan di atas. Hasil yang diperoleh dengan menghubungkan kedua
teknik metode extinction dan punishment dalam proses perubahan tingkah laku
yang ditargetkan pada subyek mengalami fluktuatif, seperti tergambar pada tabel
di bawah ini
Tabel pengamatan sebelum dilakukan modifiasi perilaku
Hari ke
|
Hasil pengamatan
|
1
|
Subyek sebelum tidur
selalu melakukan aktivitas menyikut
|
2
|
Masih sama dengan
hari pertama
|
3
|
Karena diperhatikan
maka subyek nyikutnya makin lama dan susah tidur
|
4
|
Tetap masih nyikut
|
5
|
Subyek tetap nyikut ketika akan tidur
|
6
|
Masih nyikut juga
|
Tabel pengamatan
setelah dilakukan modifikasi perilaku
I.
Hari
ke
|
Program
|
Reaksi
Subyek
|
|
1
|
Ibu
memakai baju lengan panjang yang menutupi siku
|
Subyek
berusaha tetap nyikut dengan cara mengulung pakaian ibunya bagian lengan,
meskipun mengalami kesulitan dan kelihatan sangat kesal dan sebel. Subyek
juga merenggek agar ibunya tidak memakai baju lengan panjang tetapi ibunya
menghiraukannya. Alhasil subyek tertidur dengan nyikut sambil menggulung
pakaian ibunya bagian lengan.
|
|
2
|
Ibu
memakai baju lengan panjang dan mengoleskan minyak pijat yang baunya
menyenggat disikunya.
|
Subyek
tetap menggulung pakaian ibunya bagian lengan dan melakukan nyikut. Tapi, subyek
segera melepaskan nyikutnya setelah tau siku ibunya diolesi minyak pijat yang
subyek tidak sukai. Subyek terlihat marah, sebel, kesal, ngambek dan
merenggek agar ibunya tidak memakai baju lengan panjang tetapi ibunya
menghiraukannya. Akhirnya subyek tertidur dengan nyikut dibatasi pakaian dan
terlihat tidak nyaman.
|
|
3
|
Ibu
memakai baju lengan pendek dan mengoleskan minyak pijat yang baunya
menyenggat disikunya
|
Subyek
terlihat semakin sebel dan menghindari siku ibunya. Akhirnya anak tertidur
tanpa nyikut tapi perlu waktu lama untuk tertidur.
|
|
4
|
Ibu
memakai baju lengan pendek dan mengoleskan minyak pijat yang baunya
menyenggat disikunya.
|
Subyek
terlihat semakin sebel dan menghindari siku ibunya. Akhirnya anak tertidur
tanpa nyikut tapi perlu waktu lebih lama tertidur dibanding hari ke 3.
|
|
5
|
Ibu
memakai baju lengan pendek dan mengoleskan minyak pijat yang baunya
menyenggat disikunya.
|
Subyek
terlihat semakin sebel dan menghindari siku ibunya. Akhirnya anak tertidur
tanpa nyikut tapi tidak perlu waktu terlalu lama untuk tertidur dibanding
hari ke 3 dan 4.
|
|
6
|
Ibu memakai baju
lengan pendek dan mengoleskan minyak pijat yang baunya menyenggat disikunya.
|
Karena kebiasaan
subyek tidur bersama ibunya hanya ingin melakukan nyikut dan mendapatkan siku
ibunya sebelum tidur. Dan beberapa hari subyek tidak mendapatkan yang
diharapkan. Akhirnya subyek tidur tidak bersama ibunya lagi dan subyek tidur
sendiri.
|
|
7
|
Ibu memakai baju
lengan pendek dan mengoleskan minyak pijat yang baunya menyenggat disikunya.
|
Subyek sebelum tidur
mengecek siku ibunya. Dan diketahui ibunya telah mengolesi sikunya dengan
minyak pijat. Akhirnya seperti hari ke 6, subyek tidur tidak bersama ibunya
lagi dan subyek tidur sendiri.
|
|
8.
|
Ibunya
tidak lagi mengoleskan minyak pijat di sikunya.
|
Subyek
akhirnya terbiasa tidur tanpa harus nyikut terlebih dahulu.
|
|
7.
Evaluasi
hasil modifikasi perilaku
Pada kasus ini kita bisa melakukan
pengamatan bahwa subyek dalam kasus ini sebelum diberikan tritmen terlihat
bahwa subyek masih sering melakukan perilaku nyikutnya . Hal yang signifikan
terlihat ketika subyek diberikan tritmen bahwa perlahan-lahan perilaku subyek
dalam menyikut sudah mulai berkurang
Berdasarkan hasil tabel yang saya
cantumkan diatas terlihat bahwa beberapa hari setelah dilakukan tritmen si subyek sudah mulai tidur tanpa melakukan
aktivitas nyikutnya maka pencapaian skala yang sudah saya cantumkan diatas yang
dilakukan adalah “ berhasil” dalam menghilangkan perilaku subyek.
8.
Beberapa
kendala masih dirasakan penulis dalam melakukan tritmen ini :
a) Kurangnya
bekal materi yang dimiliki penulis mengingat penulis masih semester tiga dan kurangnya waktu dalam perkuliahan.
b) Kebingungan
dalam memodifikasi perilaku dan menentukan tritmen yang tepat.
c) Pencarian
sebab subyek melakukan aktivitas nyikutnya
9.
Rekomendasi
Untuk memodifikasi kasus ini,
dirasa metode extinction dan punishment sangat efektif. Penulis menyadari masih
banyaknya celah ketidaksempurnaan dalam penulisan tritmen ini,maka diharapkan
berbagai pihak memberikan masukan serta kritik saran yang membangun guna
memberikan kesempurnaan dalam penulisan ini.
Daftar Pustaka
http://kharinblog.wordpress.com/2012/11/24/tahap-tahap-perkembangan-
psikososial-erik-erikson/, diakses 23
Desember 2013
http://diahastutisaputriretnaningsih.blogspot.com/2013/11/extinction-penghapusan.html,
diakses 23 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar