Tepatnya tanggal 23 Februari 2014, pukul 09.00
perjalanan ke GunungKidul tepatnya ke Gunung Api Purba dimulai dari Wonosari,
Klaten. Untuk menuju ke Gunung Api Purba sebenarnya kita tak tau jalannya. Dan
hanya berbekal rute dari teman, maka kita putuskan lewat Prambanan yang
sebenarnya "ngalang/semakin jauh", tapi itu jalan yang cukup kami tau
dari pada jalan lainnya. Rutenya : Wonosari, Klaten -> Klaten sampai di
Prambanan -> Pasar Prambanan -> Piyungan -> BukitBintang -> Patuk ->
Nglanggeran. Cuaca hari ini sangat cerah sekali. Kita sampai di Nglanggeran
sekitar pukul 10:30 yang disambut para pemuda yang sibuk mengatur parkir. Dan
sepertinya hari ini banyak yang berkunjung dan bertepatan dengan hari minggu
juga. Sikap ramah para pengelola
sudah membuat kita nyaman dan kitapun membayar retribusi sebesar 5000 rupiah per orang sudah untuk pendakian
pagi – siang sedangkan untuk pendakian malam kita dikenakan cash 7000 rupiah.
Dan tanpa persiapan apapun kita langsung menuju pintu
masuk Gunung Api Purba. Sebelum masuk tiket kami di cek dulu dan dilubangi oleh
petugas yang ramah senyum. Sebelum mendaki kita akan di suguhi oleh
sebuah pendopo kecil dan papan informasi (ini
penting karena di seni terdapat jalur pendakian atau yang disebut peta (Dora
The Explorer ...mana peta peta peta) serta beberapa penjelasan, so mampir
sejenak untuk membaca). Ternyata di GAP ini juga ada spot untuk panjat
tebing. Hal yang menarik di GAP inilah adalah papan petunjuk arah/papan
peringatan yang cukup mengelitik hati aku. Dari sayang pacar ya sayang alam
juga atau apa aku lupa, cemudhuzt ea kakak dkk dan yang terpenting berapa titik
penting terdapat kantong/ tempat sampah. Nah ini menujukan bahwa pengelola
sangat memperhatikan SAPTA PESONA cuma sayangnya pengunjung sepertinya sebagian
besar kurang sadar akan sampah tersebut.
Nah belum seberapa kita mendaki, kita sudah di
kagetkan dengan beberapa track yang ...(duh lewat mana neh, duh piye carane
munggah ) dan beberapa spot yang bisa membuat decak kagum akan ciptaan
Allah. Dan TARAAA kita harus melewati
sebuah batu yang berhimpitan yang seperti terowongan tapi menuju keatas dan di
atas terowongan ada sebuah batu yang kesangkut.
Ternyata kita sampai POS 1 setelah melewati terowongan itu. Dan barulah
ingat ternyata kita tidak membawa bekal sama sekali dan airputih pun tidak
membawa. Sempat membuat kita putus asa untuk tidak melanjutkan perjalanan kita
ke puncak karena waktu itu panas sangat menyengat dan bekal logistik tak ada,
setetes airpun tak kita bawa. Tapi karena perjuangan kita jauh-jauh dari Klaten
masak gak capai puncak kan gak banget. Akhirnya kita putuskan lanjut perjalanan.
Dan menuju ke Pos 2. Dari pos 2 – 4 ini tracking GAP mulai bervariasi dengan
melewati hutan, ngalas a.k.a kebon (bahasa
jawa) atau gunung dengan batuan.
Setelah sampai di Puncak Gunung Api Purba kita
duduk termenung mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang terkuras dan tanpa bekal.
Dirasa tenaga sudah mulai terkumpul, selanjutnya adalah sesi foto-foto, narsis
dech dimulai.. (hehhehe)
Mataharipun telah berada diatas kepala, panas pun
mulai menyengat dan kita putuskan untuk turun dan muncullah pertanyaan “Kuatkah
kita sampai bawah dalam keadaan tanpa bekal dan belum sarapan??. Dan hanya
keyakinan yang diaminilah, kita lanjutkan perjalanan turun.
Akhirnya kita sampai di sebuah pertigaan
dengan papan petunjuk (PUNCAK – SUMBER AIR COMBERAN –TURUN).Sebelumnya
kita sempat mampir ke Sumber Air
COMBERAN, tapi gak jadi karena medannya terlalu sulit. Dan kita turun tidak
menggunakan jalan yang tadi digunakan untuk naik, dengan alasan cari pengalaman
yang lain dan berharap lebih cepat sampai bawah. (Biasa udach capek banget,
naik tanpa bekal, ingin cepat-cepat dapat amunisi.. hehe)..
Dan
setelah sampai bawah, tempat yang pertama kita tuju adalah penjual minuman. Maklum
lah muncak gunung tanpa bekal apapun airpun tidak,dan karena kita STRONG..
hehhe.. akhirnya selamat juga sampai bawah..hehhe
Setelah
istirahat beberapa saat, lanjutlah kita ke Embung yang letaknya tidak jauh dari
Gunung Api Purba. Embung Nglanggeran ini di tarik retribusi sebesar 3000
rupiah. Setelah parkirkami lanjut untuk naik ke embung karena embungnya
emang berada di atas. Jadi ceritanya embung yang sekarang ada ini adalah
dulunya gunung yang dipotong dan di lubangi sedalam 3 meter untuk menampung
mata air yang kayaknya dari sumber air Comberan (soalnya lupa tanya airnya dari
mana, cuma tanya asal mula embung tsb). Rasa capek ketika naik ke
embung ini terobati dengan pemandangan yang mendukung. Kabut yang dari tadi tak
pudar membuat suasana embung serasa kolam di disebuah gunung (lah kan emang bener di gunung –-“).
Sayangnya gak boleh nyebur dan di embung ini. Embung ini meiliki latar belakang
GAP yang cantik banget. Tak lupa juga disana foto-foto alias narsis..,,
Dan ada 1 foto yang tak disengaja ... hehhe
Dan tak selang seminggu, tepatnya tanggal 27 Februari 2014 saya kembali berkunjung ke Gunung Api Purba dan Embung Nglanggeran. Dan suatu hari nanti, saya pasti akan berkunjung kembali.. hehhehe...
Ayyooww temen-temen..,, mari nyusul kemari.. hehhe :)